17

.

.

.

[ POV 3 : Arinka, Neva, Lavender ]

Mereka berhasil melewati portal utama sky land yang terhubung langsung dengan kawasan pusat bernama Middlenia dengan keadaan baik-baik saja. Semuanya utuh, bahkan mereka bertiga tidak merasakan pusing atau rasa aneh lainnya saat berpindah tempat menggunakan portal tersebut.

Kedua penjaga portal yang mengantar mereka segera kembali ke tempat asal mereka, setelah memberi pesan singkat bahwa mereka bisa mencapai kota dan kawasan ramai hanya dengan berjalan lurus ke arah barat sampai menemukan jalan raya atau bangunan berupa toko, penginapan, restoran, dan sejenisnya. Setelah keduanya lenyap ditelan portal, mereka bertiga mulai melangkah sesuai instruksi dalam diam.

Beruntung, ada Neva di sana. Ia yang membuka topik terlebih dahulu dan bertanya pada Lavender mengenai saudara kembarnya, juga dunia asalnya yang tampak misterius. Sementara Arinka, ia hanya menyimak obrolan keduanya dalam diam.

Hanya saja, ia kadang merasa kesal karena Neva terlalu memiliki banyak empati dan mudah bergaul dengan siapa saja. Maka tak heran, kalau ke mana-mana Pangeran kerajaan musim dingin itu menebar senyum dan sapaan pada orang yang tidak dikenalnya. 

"Lalu, kau bekerja setiap harinya sebagai pemandu?"

Lavender mengangguk. "Kurang lebih seperti itu."

Pembicaraan mereka terpaksa terhenti, kala melihat keramaian orang-orang yang berlarian kalang kabut. Entah Arinka harus senang atau tidak dengan hal itu, ia tidak tahu. Yang jelas, saat ini mereka malah dihadapkan dengan situasi yang berhasil membuat Arinka melupakan sejenak rasa tidak enak di hatinya itu.

Beberapa orang di sana tampak aneh  Mereka tampak ketakutan dan hanya ingin menyelamatkan diri mereka sendiri. Bahkan, mereka juga tidak segan-segan untuk menubruk siapa saja yang ada di hadapan mereka, termasuk Arinka, Neva, dan Lavender. Beruntung saat berhasil menerobos kerumunan ke arah pinggir jalan, mereka akhirnya bisa menghela napas lega dan beristirahat sejenak.

"Tanganmu terluka?" tanya Neva pada Lavender yang sedaritadi berusaha untuk menyembunyikan lukanya. 

Karena sudah ketahuan, gadis itu akhirnya hanya mengangguk sambil meringis. Luka gores di tangannya itu tidak sengaja ia dapat ketika mereka sedang menerobos kerumunan orang tadi.

"Di sebelah mana lukamu? Biar kusembuhkan."

Arinka merasakan ada yang aneh dengan dirinya, saat melihat Neva kini menggenggam pergelangan tangan Lavender guna menyalurkan energinya untuk menyembuhkan luka gadis itu. Padahal, itu teknik penyembuhan yang sama, seperti yang pernah Arinka terima saat ia terluka dulu. Dan Pangeran memang selalu melakukan hal yang sama, pada semua orang yang terluka, ketika ia mampu untuk mengeluarkan kekuatan itu sesuai batasannya.

Hanya saja, Arinka merasa tidak senang dengan hal itu. Bukan berarti ia membenci Lavender. Tentu tidak seperti itu maksudnya. Entahlah... Arinka sendiri tidak bisa menjelaskan dengan tepat seperti apa perasaan aneh yang ia rasakan saat ini.

Sambil berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan wajahnya dengan topeng muka datar andalannya, ia membuang muka dan memilih untuk menatap keramaian di depan sana.

Sebenarnya...

Arinka sudah tahu. 

Neva adalah gambaran nyata dari seorang Pangeran negeri dongeng yang sempurna. Parasnya yang tampan, senyum yang menawan, juga kebaikan hatinya pada siapa saja tanpa memandang status atau dari mana orang itu berasal. Tidak pernah pula ia berlaku buruk, bahkan dengan orang yang terkadang memperlakukan dirinya buruk. 

Sepertiku...

 Itu memang salahnya. Salahnya telah menaruh hati pada seseorang yang terlalu sempurna.

Memang apa salahnya kalau Pangeran bersikap baik kepada saja? Kenapa ia malah merasa tidak senang dengan fakta itu sekarang? 

Tetapi, ketika dipikir-pikir kembali. Dirinya juga tidak jauh berbeda dari Lavender. 

Kau sungguh bodoh, Arinka. Memangnya kau siapa?

Tentu saja ia tidak berhak melarang Pangeran untuk bersikap baik kepada siapa saja. Toh ia juga bukan siapa-siapanya.

Ia melirik ke arah Neva yang kini memberinya senyum secerah matahari yang selalu mampu menghangatkan hatinya kapan saja. Arinka balas tersenyum tipis sambil menahan hatinya yang perih.

Karena...

Mencintaimu sama seperti menggenggam angan kosong.

.

.

.

Tbc

************************************

Published : 18 Februari 2022

Tema : Buat tulisan yang diakhiri dengan kalimat, "Mencintaimu sama seperti menggenggam angan kosong."

A/N :

Ya Tuhan... 

Bikin karakterku jadi bucin yang tersakiti tu agak gimana gitu rasanya...//mencekik diri sendiri

dahlah... makin menuju ending makin absurd hiks

see u di tema berikutnyaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top