Franziska : Bagian Dua
Franziska fokus menyimak penjelasan dosen di depan kelasnya dan mencatat bagian-bagian yang menurutnya penting.
Dosennya terus memberi penjelasan serinci-rincinya tentang etika hukum di dunia kesehatan.
Kelas telah selesai. Ziska berjalan menuju gedung dimana perpustakaan berada. Perpustakaan berada di belakang gedung untuk kelasnya barusan. Ziska terus menelusuri lorong dimana banyak anak fakultas kedokteran yang lain juga berlalu lalang. Mulai dari yang baru selesai kelas, praktikum, ada yang duduk sambil membaca buku.
Sesampainya di perpustakaan Ziska mencari buku tentang Anatomi manusia. Ia harus memahami tentang Anatomi untuk Praktikum nanti sore.
Ziska menelusuri rak, membaca judul-judul buku, mengambilnya satu persatu, membaca bagian-bagian yang ia cari. Sampai menemukan beberapa buku yang tepat untuknya. Membawa semua buku yang ia dapat, mengedarkan pandangannya ke sekitar meja tempat membaca. mMnemukan posisi yang tepat untuk membaca, ia berjalan menuju meja yang ada di dekat jendela.
Ziska mulai mencoba memahami dengan sepaham-pahamnya tentang semua syaraf yang ada di tubuh manusia. Mulai dari garis-garis, aksis atau sumbu, arah gerakan hingga istilah-istilah yang ada.
***
Joshua tengah serius mencatat bagian penting tentang statistika bisnis yang sedang di jelaskan.
Di kursi lain Kevin merasa benar-benar mengantuk dan bosan. Ia bahkan hampir tidur jika semua orang di kelasnya bertepuk tangan karena kelas sudah selesai.
"Lo tidur?" Joshua melihat wajah Kevin kusut.
"Cuman merem."
"Cabut yuk laper gue."
Kevin lansung bangkit dengan semangat, berjalan keluar kelas mendahului Joshua.
"Tas lo woy!" Joshua melempar tas Kevin yang mengenai kepala Kevin.
Kevin mengusap-usap kepalanya yang kena tas.
"Eh, gimana ponsel yang kemarin?" Tanya Kevin.
"Udah gue balikin."
"Kok bisa?"
"Yang punya nelpon ke ponsel itu."
Kevin manggut-manggut mengerti.
"Tapi ya," sambung Joshua,"Pas orang itu nelpon nama yang keluar lead boss
suaranya cewek. Lah pas ketemu yang dateng cowok." Joshua berpikir dengan wajah heran.
"Pacarnya kali." Kevin menyahut asal.
"Tapi pas gue tanya, dia bilang dia bos. Jadi sebenernya itu bos nya perempuan apa laki-laki, terus pemiliknya perempuan apa laki-laki?" Joshua terheran-heran lagi.
"Udahlah gak usah kepo."
"Eh, satu lagi. Itu yang gue temuin terus bilang dia bos itu masih kecil. Masih SMP."
"Udah. Bodo amat sama tuh bos." Sahut Kevin.
Joshua membalas dengan delikan mata pada Kevin yang gak peduli pada ceritannya padahal si curut ini yang mulai nanya.
Joshua dan Kevin sedang dalam perjalanan menuju tempat makan. Joshua berhenti di salah satu gedung fakultas yang masih di Universitas Baskara.
Kevin bingung kenapa mereka malah ke sini. Bukankah mereka mau pergi makan? "Loh kita mau kemana?"
"Mau ketemu pelatih melukis gue."
"Dia kuliah di sini? Ini fakultas kedokteran kan?" Kevin bungung.
"Ya, Dia minta ketemu di sini katanya sekalian mau jemput adiknya."
Mereka masuk bersamaan menuju gedung fakultas kedokteran, menelusuri koridor. Joshua berhenti melirik pada seorang cewek yang sedang duduk sambil membaca di bangku koridor.
"Kantin dimana?"
Cewek itu tetap diam dan terus membaca.
"Woy! Budek ya? Calon dokter kok budek," ledek Kevin.
Cewek itu mengangkat kepalanya, memperhatikan sekitar ternyata hanya dia yang jaraknya lumanyan dekat dengan dua orang ini. Lalu ia melanjutkan membaca bukunya sambil berkata,"Lurus, lorong tengah belok kanan, lurus, di lorong kedua belok kiri."
Joshua menyipitkan matanya setelah mendengar suara cewek ini. Sepertinya dia punya memori dengan suara ini. Tapi ia lupa.
"Thanks," ujar Joshua.
"Gitu kek dari tadi."
Cewek itu tidak merespon lagi, terus fokus pada bukunya. Mereka berjalan ke arah yang di beri tahu oleh cewek itu.
"Dokter sejutek dia, nanti pasiennya pasti keburu jantungan pas liat dia," gerutu Kevin.
"Kayaknya gue pernah ketemu dia tapi dimana ya?"
"Beneran?"
"Kayaknya, soalnya suaranya kayak pernah gue denger." Joshua memcoba menggali informasi di otaknya.
"Alahh, cuma mirip kali."
"Kayaknya."
***
"Mana pelatih lo? Udah 20 menit belum dateng juga." Kevin mulai merasa jengah.
"Tunggu aja, lagia lo juga seneng di sini. Liatin cewek-cewek," Sindir Joshua.
"Tapikan makanan gue udah mau habis." Kevin memasang wajah sedih yang sangat di paksakan.
"Pesen lagi lah. Muka lo gak usah di gituin curut."
"Traktir Bang." Kevin menaik turunkan alisnya.
"Kaya orang gak mampu aja lo," Sarkas Joshua.
Kevin mendesis sebal dengan perkataan Joshua.
Joshua memotret Kevin yang sedang makan.
"Woy! Ngapain potoin gue pas lagi makan? Pasti jelek nih hasilnya," omel Kevin,"Kalo nge fans bilang aja, sini poto berdua." Kevin telah merebut ponsel Joshua, mengaktifkan kamera depan, memaksa Joshua ikut berpose.
"Hai."
Mereka berdua menoleh secara bersamaan. Di sana berdiri seorang wanita muda, cantik dengan sedikit menarik garis bibirnya untuk tersenyum. Walaupun senyumnya cuman sedikit tapi manis.
"Joshua?"
"Oh, saya mbak," sahut Joshua sambil berdiri di ikuti oleh Kevin disebelahnya.
"Saya Kevin temenya Joshua mbak." Kevin memperkenalkan diri dengan percaya diri.
Wanita itu membalas dengan senyum. Joshua mempersilahkannya duduk di kursi yang masih kosong.
"Sorry ya telat. Tadi ada urusan."
"Oh, gak apa-apa mbak."
"Saya Ramona, panggil saja mona."
"Iya mbak."
"Untuk Kelas melukis, saya perlu tau jadwal kamu untuk saya sesuaikan dengan jadwal kelas saya. Di kelas seni saya ada kelas pagi jam 8-10, siang jam 1-3." Mbak Mona mulai mendiskusikan kelas untuk Joshua.
"Tidak ada kelas malam?" Tanya Joshua.
"Saya sengaja meniadakan kelas malam untuk pelatihan melukis say. Karena ada beberapa hal. Kelas seni saya dari senin sampai minggu. Untuk kelas melukis senin, rabu, jum'at dan minggu."
"Saya tidal yakin bisa menghadiri tiga hari kelas." Joshua memikirkan jadwal kuliah dan melukisnya akan sulit jika pagi sampai siang.
"Ada kelas private tapi bukan saya yang pegang. Jam dan hari bisa di sesuaikan dengan tutornya nanti."
Joshua mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Lalu memberi tau Mbak Mona jadwal free nya.
"Nanti saya akan kabarkan lagi. Saya permisi dulu."
Joshua dan Kevin mempersilahkan Mbak Mona untuk pergi. Mereka pun ikut pulang berhubung makanan mereka sudah habis.
***
Saat Joshua dan Kevin berjalan menuju mobilnya di parkiran. Joshua melihat Mbak Mona sedang berbicara dengan seorang cewek. Joshua memperhatikan cewek yang bersama Mbak Mona.
"Vin, itu bukannya cewek yang kita tanya tadi ya?"
"Mama?"
"Itu yang ngomong sama mbak Mona." Joshua mengisyaratkan ke tempat Mbak Mona berdiri.
"Eh, iya kayaknya." Kevin ikut mempeehatikan mereka.
"Dia adiknya Mbak Mona kayaknya. Seinget gue Mbak Mona mau jemput adiknya." Joshua mencoba menebak.
Saat mereka keluar parkiran dan melewati tempat Mbak Mona berdiri. Pembicaraan mereka samar-samar terdengar.
"Ziska mau mampir ke toko dulu....."
***To Be Continue***
Sorry for late update. 🤧
With Love
Kinarian
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top