Frame 3

Berulang kali kukatakan, menjadi anesthesiologist harus siap untuk hidup dalam kegelapan. Eung... maksudnya, ya... bayangkan saja kalau ada operasi subuh buta dan baru berakhir saat matahari sudah mau balik ke peraduan. Cuma bisa bersapa hai sekejap aja. Bahkan biasanya malah nggak ketemu sama sekali. Merindukan surya... Mmm, maksudnya sinar matahari. Perlu kuklarifikasi untuk menghindari kesalahpahaman. Apalagi kalau si Akang denger. Dikira aku merindukan yang namanya Surya. Aish, bisa disembelih aku kalau berani-beraninya menaruh hati sama pria lain. Dia kan jagal.

Dan, apalah hari ini yang begitu hectic dengan keriwehan ini itu. Aku pulang ke rumah itu paling sejam dua jam aja. Karena nanti malam ada puncak Anniversary RMC. Ya masa aku hadir dengan pakaian pagi tadi? Belum lagi parfum rumah sakit yang khas sangat melekat. Oh, No!

Lagian, aku juga perlu mengurus dua kecintaanku yang menungguku di rumah itu. Nggak yakin Si Juwi bakal keramut sama bapaknya. 😒

Sudah kaum kita ini tegangan tinggi akibat capek, ya? Eh, sampai rumah ditambah dengan pemandangan yang bikin jengkel pengin meledak saja rasanya.

Juwi dengan cantiknya dan tanpa dosa lagi camilin permen kapas yang entah itu dibelikan siapa. Astaga!!

"Juwi, kok jajan begituan? Siapa yang kasih?" Aku sudah mendidih dibuatnya.

Sementara Juwi masih anteng aja sambil mencuil permen kapas sedikit-sedikit.

"Juwi, Bunda tanya? Juwi tahu kan kalau itu bikin batuk? Bunda kan udah pernah bilang. Ayo dibuang!"

"Tinggal dikit, Bundaa..."

"Juwi..." Aku menggertaknya secara spontan. Duh, naaak.... Maafkan Bunda.

Benar saja sebentar kemudian Juwi sudah nangis kejer.

"Ayaaah..." Segala pakai teriak Ayahnya. Duh, paling bisa cari pembelaan emang anak satu ini.

"Tadi Ayah yang beliin, Bun," kata Juwi sambil menunjuk ke arah sofa.

Astaga!

Dengan gantengnya tuh orang mainan hape sambil santai macam di pantai. Nggak tahu aja yang di sini udah kayak orang kesurupan.

"Ayah!!!!"

"Apasih, Bun...,"

"Kamu ngapain sih jajanin Juwi begituan? Kalau Juwi batuk gimana? Bikin kesel aja orang baru pulang."

"Nggak usah lebay, Frey... Jadi orang tuh jangan kaku-kaku macam kanebo kering. Santai kenapa sih," jawabnya enteng pakai banget.

Sabar....

Nggak bisa!

Gimana bisa sabar, Ya Allah...

"Udah, udah, Juwi sekarang minum, habis itu ayo ganti baju, kita mau ada acara sayang. Yuk itu dibuang dulu." Aku sudah gak sabaran lagi. Meneruskan debat dengan suamiku itu nggak bakal selesai kalau kau ladenin.

"Kamu siap-siap, Yah! Jangan hapean mulu!" teriakku sambil berlalu menuju kamar si Juwi.

Haaaah. Apa yang salah dengan hari ini?

🍥🍥🍥🍥

Begitu aku selesai mandi. Hal yang membuatku mendengus lagi adalah bapaknya Juwi lagi mematut diri di depan cermin.

Ngapaaaaiiiinnnn??????


Yawlaaa ada-ada aja siiih kelakuan nih bapak-bapak satu.

"Akang!!! Ngapain?" Aku antara mengernyit nahan ketawa tapi sisa kesal tadi juga masih ada.

"Neng, Akang ganteng ya? Pantesan kamu kepincut."

Astaga....

Aku...

Aku...

Hahahah

Aku kepingkal-pingkal saat itu juga. Eung... Pede boneng sih orang ini?

Nggak menanggapi kegilaannya, aku hanya berdecak sambil berlalu keluar kamar. Dasar Mikocok pake telor!

Nah, lebih ajaib lagi pas aku memasuki kamar Juwi. Hal serupa terjadi juga.


"Bunda...." ucap Juwi sambil hiper ekspresi macam begitu.

"Udah cantik anak Bunda?"

"Cantik dong, anak siapa dulu?"

"Emang anak siapa?"

"Anak ayaaaaaah dong." Bubar! Aku nggak kepake.

🍥🍥🍥🍥

Hingga sampailah kami di acara besar itu. Sudah tampak ramai seluruh keluarga besar RMC berkumpul. Ini saja sepertinya kita hampir telat.

Juwi begitu bertemu dengan para sepupunya langsung berlarian nggak karuan. Apalagi kalau ketemu Abang Rayyan, tingkahnya sudah macam cacing kepanasan yang nggak bisa diem barang sebentar saja. Ada aja yang ngikutin Ray ke mana lah. Yang narik-narik baju Ray lah.

Yawlaaa anak gueeee kenapa begini banget dah 😕😲

"Abaaang, Juwi ikut Abang yaa... Ayo kita ambil es krim yang di sana. Ayoo..."

Mungkin Rayyan saat ini lagi gondok banget kali ya. Tapi untung aja Ray yang masih kalem meskipun anakku kelakuannya begitu.

Yaiyalah, Bapak Emaknya juga kalem. Apa kabar bapaknya Juwi yang macam itu????

Yes, Juwi itu cetakannya plek persis Miko. Nggak ada aku kebagian sedikit.

Acara kemudian dimulai. Kubiarkan saja anak-anak bersama tantenya, si Val.

"Frey, lihat Ray di mana?" Shakiya datang menanyakan anaknya.

"Diajakin Juwi sama Izzy nggak tahu tuh, biarin lah."

Aku sendiri kemudian berbaur dengan para dokter lain. Klan anestesi ada di sayap kanan dekat stage. Kumpul lengkap dari koas, residen, dan para konsulen, bahkan sama perawat-perawatnya juga.

Oh si Miko juga sudah berbaur sendiri sama yang lain. Orang rumah sakit sudah banyak yang kenal dia sih jadi ya nggal sulit untuknya kemudian mencari bahan obrolan. Lagian, di sana juga ada Ayik. Kalau Arga mah jangan ditanya. Dia yang punya ini acara jadi ya nggak usah dicari lah tuh orang. Shakiya aja melalang buana sendiri.

"Dok, Juwi tuh gemesin banget sih, Dok. Centil-centil manjaaa. Ya ampun pengin cubit pipinya yang gembul itu lho."

Aku hanya geleng-geleng sambil senyum singkat aja menanggapi reaksi mereka lihat kelakuan Juwi malam ini.

Sampai satu suara mengintrupsi perbincangan kami.

"Anesthesiologist terbaik versi RMC Award 2017.... Diberikan kepada...."

Aku nggak berharap lebih sih untuk itu. Banyak kok anak spesialis lain yang baru lulus, karirnya sudah cemerlang. Banyak juga konsulen yang lebih senior daripada aku yang track record di bidang anestesinya nggak perlu diragukan lagi.

"Selamat kepada Dokter Freya Katyaluna Spesialis Anestesi Konsulen Anestesi Kardiovaskuler...."

Yeah, lagi. Untuk ketiga kalinya.

Anak-anak di sekitarku sudah bersorak heboh. Tak terkecuali Miko dari gerombolannya juga ikutan bersorak, "You're rock, Neng!" Astaga aku malu kalau boleh jujur.

Ada juga si Juwi yang lagi sama tante-tantenya ikutan meneriakiku dengan kencang begitu aku menaiki panggung.

"Bundanya Juwiiiiii. Bundaaaa hebaaat."

Iya, Neng. Kamu yang lebih hebat bisa tumbuh secerdas ini sayang.

"Aduh... Saya bingung berdiri di sini mau mengucapkan apa."

"Yaa, ini kali ke tiga saya ada di podium ini."

"Terima kasih, Alhamdulillah tentunya untuk Tuhan saya Allah yang Maha Esa. Terima kasih, untuk dua orang tercinta saya. Suami saya, Demiko Bisri, Ayah... terima kasih telah sabar menunggu saya dengan jadwal operasi yang MashaAllah itu. Dan Juwita Ameera, Bunda love you, Neng."

"Juga, untuk TERBIUS CINTA SQUAD, MANA SUARANYA??????"

"Terima kasih untuk kalian yang sudah kooperatif jadi rekan sejawat di Departemen Anestesi. Koas yang super mandiri, Residen yang begitu cekatan dan ringan tangan. Dan para konsulen lainnya yang saya hormati, terima kasih atas sharing ilmu, pengalaman, apapun itu. Akhir kita.... ANESTESI!!!!! TERBIUS CINTAMU, DOK!"

Tepukan riuh serta kehebohan semakin menjadi karena aksi para anak-anak anestesi lainnya.

Tiga kali, menjadi Anestesi terbaik secara berturut-turut bukanlah suatu prestasi menurutku. Tapi amanah. Ya, amanah untuk bisa meringankan kesakitan, rasa nyeri, pasien dalam sejenak. Amanah untuk menjaga mereka tetap aman selama operasi dan membuatnya bangun kembali setelahnya.

I love my hectic all day long. Aku mencintaiku profesiku segenap darah dan nadi yang mengalir ini.

Untuk Akang Miko dan Neng Juwi.... Bunda nothing tanpa kalian. Love you with i dunno the right sentence to describe it.

Sekian cerita malam ini. Nantikan cerita kami selanjutnya. Ps, si Icha numpang ngomong katanya.



















______________________________________
Hai, ini Icha.

Pinjem ya Neng lapaknya...

Yawlaaa malah apdet ini. Keplak aja keplaaaak....

Maafkan ya Ayesha belum tersentuh. Habis mandeg masa? Aku kudu Otokke yo?

Jadi, nikmatilah yang ada dulu ya. Si Nenh Freya lagi pengin eksis.

Udah, buat menemani malming kalian.

Oh kalau typo, yaaaa yuno Icha jempolnya kegedean, ngetik di hape cyin. Abaikan sikik ya.

Selamat bersabtu malam.

Kelupaan. Ekeh mau ngucapiiiiiiiin HAPPPY BERTAMBAH TUWIR BUDE SHILLA sheila_marcia dapat kado permen kapas dari si Juwi yaaak.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top