Frame 2

Sesore ini aku dan Arga memang sudah off. Kami sedang siap-siap untuk menghadiri malam keakraban puncak Anniversary RMC. Ya, aku nggak menyangka bisa jadi bagian rumah sakit dengan nama besar tersebut. Aku bersyukur, aku ada di dalamnya untuk kemudian memberikan dukungan penuh kepada suamiku dalam rangka suksesnya RMC seperti sekarang ini.

Bukannya segera ganti baju, yang ada Daddy-nya Abang malah mengungkungku.

"Yang... Sini bentaran," ucapnya yang sudah menyenderkan kepalaku di dadanya.

Jadi, kalau kata anak zaman sekaean, ini tuh senderable banget, its my comfort zone. Kalau kayak gini sih aku betah-betah aja nggak beranjak, kadang saking nyamannya sampai-sampai ketiduran hingga pagi.

"Ayo lah, Ar. Kamu kan ngasih sambutan, ya masa telat?" sungutku yang sama sekali nggak digubris.

Arga tuh gitu, suka banget mainin rambut aku, di sisir-sisir pakai jarinya, kemudian dirapiin, setelahnya eh diacak lagi.

"Yang, kamu punya uban, ih." Aku mendelik, berusaha keluar dari jeruji lengannya.

"Mana?" tanyaku panik.

"Biarin sih, Yang, nggak usah dicabut, nggak baik lagian akarnya masih kuat, nyangkut saraf tau rasa."

Aku nggak memperdulikan ocehannya, dia nggak tahu saja ini tuh hal sendiri bagi kaum kami. Ubanan, its mean how old i am? Oh no!

Aku bangkit, berlari menghampiri cermin yang terpajang apik di meja rias. Sambil mencari-mencari sebelah mana sih uban yang dimaksud Arga.

"Duh, mana sih, Ar? Nggak kelihatan! Perlu treatment nih, kurang vitamin keknya," ucapku yang hanya dibalas decakan kecil oleh Arga.

Biarin sih ribet, ini juga demi kepuasannya. Aku hanya ingin tetap terlihat cantik di depannya, sampai kapanpun.

"Yang ngajakin siap-siap tadi siapa, ya?" Sindirnya yang sudah mangkat dari tempat tidur, berjalan menuju ruangan wardrobe samping kamar mandi.

Ah, sudahlah, nggak bakal selesai ngurusin rambut putih sehelai saja ini. Daripada kena semprot big bos mending aku segera ikut bersiap-siap.

Oh, astaga hampir lupa. Si Abang kan ikut juga. Aku lantas menuju kamar Rayyan, melihat juga apa yang sedang ia lakukan di dalam sana.

Dan ternyata, Abang lagi nggak di kamarnya. Pemandangan menyejukkanlah yang kudapat.

Aaaaaaa, aku terharu.

Uugh, Abang...

Aku bersyukur dengan karunia yang Tuhan berikan hingga saat ini. Limpahan kasih sayang-Nya benar-benar tak tertakar. Memiliki suami loveable banget, dan anak sholeh macam Abang ini. Memang, dari kecil, Arga sudah membiasakan Rayyan untuk mengenal agamanya. Saat Abang baru bisa jalan aja, Daddy-nya itu sebisa mungkin mengajaknya berjamaan magrib di masjid komplek kalau dia sudah ada di rumah sebelum malam. Memberikan pengertian, bukan menyuruh dengan titah ini itu. Diajak perlahan, diberikan contoh dengan tidak memaksa.

Aaah.... Aku jatuh cinta dengan dua lelakiku ini.

"Ya Allah, Abang sayang sama Biya dan Daddy. Sayangi mereka juga Ya Allah. Abang ingin mereka bahagia. Abang ingin terus sama-sama mereka sampai Abang udah gede ya Allah. Abang ingin seperti mereka yang bisa membantu orang sakit jadi sembuh. Ya Allah... kabulkan doa Abang, ya... Aamiin."

Nyess!!!

Hati ibu mana yang nggak ser-seran mendengar anaknya berdoa untuk kita. Ah, Abang... Biya pengin mewek nih! 😭😭😭

Tak lama kemudian si Abang sudah melipat sajadahnya dan menaruh pada rak di pojok musala.

"Abang sudah selesai salat?"

"Eh, udah, Biya."

"Ya udah sekarang ganti baju, gih. Nggak lupa kan kalau mau ke RS?"

"Oiya, ya? Oke deh Biya, tungguin Abang, ya."

🎉🎊🎉🎊

Fualaaa, dua lelakiku itu sudah ganteng banget sambil duduk anteng depan teve nungguin Biyanya.

"Duh, Biya lama, ya?"

Si Abang mengangguk sambil sedikit mengerucutkan bibir. Alamat ngambek deh kalau sudah gini.

"Ei, ganteng-gantengnya sih, Abang sama Daddy?"

"Iyalah, kami kan nggak mau kalah sama Biya yang tampil cantik. Iya kan, Bang?" Daddy-nya berusaha membujuk Ray agar moodnya nggak semakin hancur karena terlalu lama menunggu.

"Sini, Biya fotoin dulu."


Tuh, bagimana aku nggak sayang coba?

"Ya udah, yuk berangkat," ajak Arga yang sudah menggandeng Rayyan menujh mobil. Sementara aku perlu pamitan sama Bibi terlebih dahulu menitipkan rumah dan segala macamnya.

🎉🎊🎉🎊

And, here we are. Ballroom RMC yang sudah disulap sedemikian rupa untuk kegiatan puncak ulang tahun RMC yang ke 43. Waow, lama. Bahkan sebelum Arga lahir, rumah sakit ini telah merintiskan namanya untuk dikenal di kancah dunia medis Indonesia.

Keriuhan sudah nampak begitu kami memasuki ballroom. Acara memang dibagi dalam dua sesi, tadi pagi sudah ada acara gathering tapi tempatnya di taman belakang dengan konsep gardem party. Sengaja, biar bisa dijangkau oleh semuanya, tak terkecuali pasien serta keluarga pasien yang ingin turut serta.

Kenapa dua sesi? Ini untuk memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kesehatan--atau istilah kami menyebutnya TS--yang sedang off duty di pagi hari. Yaa... Bagaimanapun para TS itu sudah merupakan keluarga besar RMC. Tanpa mereka kami bukan siapa-siapa. Nah, gantian sesi kedua ini rolling deh yang belum ikutan acara tadi pagi.

"Malam, Dok," Sapa para rekan sejawat kami.

"Duh, Abang Ray, ganteng banget. Foto dong sama aunty."

"Abang, abang... Sini, tante punya hadiah buat abang."

Dan lain-lain.

Sudahlah, si Abang sudah laku kalau begini. Pasti sudah dibawa ke mana-mana. Ya kok untungnya si Abang ini anaknua nggak rewel, nggak takut orang, mudah akrab juga sama orang. Ya iyalah, tiap pulang sekolah mainnya ke RS gimana mereka nggak saling kenal?

"Dokter Arga, selamat ya atas RMC tahun ini akreditasinya tercapai penuh." Ucapan selamat datang dari dokter Purnomo, dokter senior dari Bedah Plastik tersebut tahun ini akan purna abdinya.

"Terima kasih, Dok. Berkat bimbingan Dokter juga kita semua bisa sampai di tahap ini."

Dan yaa.. bincang-bincang kemudian berlanjut. Arga menjamu para sejawatnya, terlebih para Senior se-angkatan Ayah. Nah, iya, tuh ada Ayah dan Mama mertuaku juga. Alhamdulillah mereka masih sehat dan segar di usia senjanya kini.

"Dokter Shakiya, mari photo sessions dulu di photo booth. Sama dokter Arga dan Abang Ray juga, Dok," ajak salah satu panitia.

"Oh, iya, bentar."

Lalu, aku membisiki Arga untuk menyempatkan ke photo booth sebentar. Sambil celingukan mencari Abang yang entah sudah ngacir ke mana.

"Abang, foto dulu, yuk," ajakku begitu tahu ternyata lagi ada kumpul bocah dekat stand catering bersama tante-tantenya yang lain. Iya, ada Valerie sama Ayesha Izzy, dan Freya dengan Juwita, pantas sajalah kalau si Abang betah.

"Abang nggak mau poto, Biya," rajuknya sambil bersedekap ogah-ogahan.

"Biarin sih, Kak. Kalian foto aja dulu, ntar biar anak-anak nih kita ajakin," sahut Ayesha yang berusaha menenangkan.

Hmmm... Yoweslah... Aku mengalah, kemudian kembali menemui Arga yang sudah sipa di booth.

"Nggak mau dia?" tanyanya yang hanya kujawab gelengan.

"Dok, siap, ya? Satu... Dua... Tiga..."

Nah! Sekian ya cuplikan cerita kami malam ini. Yang rindu Threever bisa banget dinantikan momen-momen selanjutnya. See you next moment.

Mwaach 😍😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top