8
"Bagaimana mungkin Kak Berta hamil dengan laki-laki yang dia sendiri tidak tahu pasti siapa itu, setahuku sejak dulu Kak Berta tidak pernah mau berhubungan serius dengan siapapun, aku hanya melihat Kakak seperti punya dendam yang tak jelas pada laki-laki."
Gayatri hanya bisa menghela napas, wajahnya terlihat sedih.
"Kau tak tahu keresahan Ibu Bram, bisa kau bayangkan tiap hari dia selalu pulang dini hari, kadang mabuk, kadang tubuhnya menjijikkan, penuh bekas-bekas percintaan entah dengan siapa, aku jad sedih karena tak tahu harus bercerita pada siapa, mula hari ini kau gantikan ibu, semua sudah tahu jika sudah saatnya maka kau yang menggantikan ibu."
Bram hanya mengangguk, ia tatap wajah ibunya yang terlihat semakin tua dan lelah.
"Yang Kakak bagaimana Bu?"
"Biar yang Berta akan aku awasi langsung, dia gigih Bram kalau dalam urusan mengembangkan perusahaan tapi ya itu dia seolah labil dalam urusan asmara."
"Kadang Kak Berta melihat aku dengan tatapan benci Bu, tapi suatu saat dia jadi kakak yang sangat melindungi."
"Entahlah."
Dan percakapan keduanya terhenti saat ponsel Bram berbunyi, ia melihat ada nama Laksmi di sana.
Ya, gimana Kakak, Laksmi?
Dia histeris lagi saat tahu jika dia keguguran, Berta kan sudah tidak ingin hidup lagi katanya sih, makanya saat siuman dan dia dalam keadaan baik-baik dia sangat berharap janinnya sehat-sehat saja tapi ya mau gimana lagi, janinnya tidak kuat
Apa aku perlu ke sana?
Kamu seharusnya di sini, paling tidak dia tidak merasa diabaikan, Berta ini selalu merasa dinomor duakan, baik ibu dan almarhum bapakmu kan selalu saja kamu yang diutamakan itu juga yang selalu Berta keluhkan padaku, ke sini Bram temani Berta
Yah baiklah, aku akan ke sana
Bram memggenggam ponselnya lalu melihat ibunya yang seolah menunggunya mengatakan sesuatu.
"Bu, aku mau menemui Kak Berta dulu, histeris lagi katanya saat tahu janinnya hilang karena keguguran."
"Nggak bisa sekarang Bram, biar saja dulu toh sudah ada Afan di sana, kita harus ke kantor pusat karena ibu akan segera melakukan serah terima dengan kamu, biar ibu bisa konsen pegang yang Berta."
"Ibuuuu ...."
"Tidak Bram, Ibu tidak suka dibantah."
Dan Bram diam saja tak berkata apa-apa lagi.
.
.
.
"Steve, aku titip Ayumi dan anakku ya, aku malam lagi kayaknya."
Sama seperti Ayumi tadi malam, Frans tiba-tiba masuk ke kamarnya, berdiri dengan tatapan dan ekspresi bingung.
"Kak aku mau pindah, aku nggak enak beneran selama beberapa hari kakak pulang malam, kami hanya berdua saja dan aku nggak mau itu jadi bahan omongan tak enak oleh tetangga."
"Justru karena aku sibuk terus makanya aku titip kamu Steve, aku semakin tak tenang jika mereka hanya berdua." Wajah Frans semakin memelas.
"Kakak cari wanita yang bisa tinggal dan menemani Kak Ayumi kalau malam, pembantu kakak kan hanya pagi sampai sore saja, cari aja yang mau Nemani malam hari, aku beneran gak enak, aku mau cari kontrakan hari ini, aku sudah minta tolong teman-teman yang ada di puskesmas kali tahu kontrakan dekat puskemas sana."
"Aku mohon Steve, dan yang bikin aku bingung sekarang Ayumi kayak nggak ngerti aku, aku sibuk, capek dan pikiran terganggu, puskesmasku kan segera visitasi akreditasi, kamu tahu sendiri kan gimana semua sibuk kayak apa? Dan Ayumi tak tahu kelelahanku dia selalu mengajak bercinta saat aku sedang tak ingin, seperti tadi malam dia ngamuk dan sampai saat ini dia belum bicara padaku."
Steve menunduk sambil menghela napas.
"Apa sulitnya sih Kak, sebentar saja setelah kakak mandi, nggak akan sampe tenaga kakak terkuras habis, kasihan juga istri kakak."
"Aku bukan tipe laki-laki yang asal istri ajak mau Steve, aku moody banget kalo urusan itu, pas capek meski tegang kalo nggak ingin ya nggak lah."
"Lah gimana kakak ini, ya tegang terus."
"Ntar juga tidur sendiri."
"Gimana sih Kak masa seterusnya selama kakak capek trus istri dianggurin gitu?"
"Lihat nanti sajalah kalo pingin, please ya Steve jangan pindah."
"Aku nggak janji, kalo segera Nemu ya aku pindah dan akan bantu kakak Carikan Kak Ayumi teman kalo malam hari, kakak jangan ngasi aku dan Kak Ayumi kesempatan buat berdua, karena setan nggak akan lihat persahabatan kita."
Frans menatap wajah sahabatnya yang rasanya sangat disayangkan bisa tergila-gila pada Laksmi yang sudah banyak pengalaman tidur dengan banyak laki-laki. Steve yang baik dan selalu menjaga jarak dengan Ayumi karena menghormatinya sebagai sahabat. Kini saat ia titipi istrinya pun ia enggan karena tetap menjaga hubungan baik dengannya, tapi ia tak punya cara lain, ada rasa aman dan nyaman jika istrinya ia titipkan pada orang yang ia kenal, ia percaya pada Steve juga pada Ayumi, tak akan pernah terjadi apa-apa antara keduanya.
.
.
.
Laksmi sungguh tak mengerti bagaimana mungkin Bram dan ibunya tak ada rasa khawatir pada Berta, selalu saja Afan yang menjaga siang dan malam. Ia tatap wajah penuh derita Berta yang tertidur pulas, sesekali keningnya berkerut seolah tidurnya terganggu oleh mimpi yang tak mengenakkan tidurnya. Lalu tak jauh dari Berta ada Afan yang juga tertidur semalaman laki-laki muda ini dengan sabar menemani Berta, menyuapi saat makan meski Berta enggan dan berusaha menenangkan saat Berta histeris.
Sungguh Laksmi tak mengerti jalan hidup yang dilalui oleh Berta. Wanita yang serba cukup harta namun kurang kasih sayang. Sejak kecil ia melihat perlakuan berbeda Gayatri serta almarhum Adi Laksono pada Bram dan Berta, Bram yang selalu mendapat perhatian lebih sedang Berta yang harus selalu mengalah pada sang adik. Bukan Laksmi tak tahu ia yang hanya sebagai teman bermain Berta tak bisa berbuat banyak mengingat kerasnya Gayatri yang tak mungkin bisa ia intervensi.
Tak lama ia melihat Afan yang bergerak dan langsung duduk dengan benar dan mengusap wajahnya.
"Maaf Bu saya ketiduran."
"Nggak papa."
"Semalaman Bu Berta ngamuk lagi tapi Alhamdulillah saya peluk lalu bisa tenang, tapi ya tetap saja panggil-panggil Satria, saya kok penasaran orang itu kayak apa, wong Bu Berta pacarnya banyak kok tergila-gilaya sama orang gak jelas."
"Itu namanya cinta Afan, masa kamu nggak pernah merasakan cinta sejati setua ini? Eh kamu belum tua ya?" Laksmi terkekeh geli, selalu saja ada hal lucu jika berbicara dengan Afan yang lugu.
"Deg-degan ya Bu, maksudnya kalo ketemu yang disuka gitu?"
"Ya salah satu ciri-cirinya itu, memang kamu pernah apa deg-degan, Afan?"
"Pernah, malah akhir-akhir ini semakin sering, Bu."
"Nah bener itu, emang siapa cewek kamu? Orang mana?"
"Eemmm ... bukan cewek saya sih Bu, saya deg-degan gara-gara ini ..."
"Kenapa, gara-gara apa?" Laskmi penasaran.
"Sering dipeluk Bu Berta jadinya deg-degan dan jadi anu ini saya."
"Hahahaha apa yang anu Afaaan?" Laksmi segera menutup mulutnya khawatir Berta terbangun.
💞💞
4 September 2021 (10.26)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top