THE BEGINNING

Oke, cerita ini juga dihasilkan dari acara sambung kata yang dibuat oleh beberapa member yang sedang aktif saat itu.

Masih belum tau apa judulnya karena cerita ini dibuat tanpa rencana. Hanya berbekal dengan telepati yang terjadi antar anggota ditambah sisi psikopat yang kebetulan muncul saat sesi pembuatan cerita, merubah cerita ini benar-benar serius (Walau absurdnya juga ada).

Ditunggu vote dan saran kalian!!

÷÷÷÷÷

Andi melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah gedung besar tak berpenghuni. Angin menyusup masuk lewat jendela-jendela yang pecah tak terawat. Tak ada penerangan di dalam kecuali cahaya bulan purnama yang masuk melalui sela-sela genting yang bocor. Andi terus menyusuri lorong yang gelap, sampai dia mendengar sebuah suara.

Suara itu terdengar sangat pelan, tetapi karena gedung yang kosong dia bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

Suara itu....semakin lama semakin nyaring seolah-olah yang saat ini sedang bersuara tengah terjebak dalam kenistaan yang membuatnya harus mengeluarkan suara.

Jantung Andi berdegup kencang. Ia berjalan perlahan menuju ke arah sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari balik pintu besi yang terantai dari luar.

"Dor!"

Andi dikejutkan oleh suara tembakan yang asalnya sama dengan asal suara misterius itu. Tanpa ia sadari, kepalanya telah berlubang. Darah bercampur dengan isi otak mengalir lewat tempurung kepalanya.

Andi langsung terjatuh ke lantai sambil memegangi kepalanya. Dan tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.

Suara langkah kaki itu lama-kelamaan terdengar semakin mendekat.

"Punya nyali juga kau datang ke sini," kata sebuah suara wanita, "darahmu terlihat lezat. Aku jadi ingin menghancurkan kepalamu dan menikmati isinya." Wanita itu terkekeh pelan dengan suaranya yang membuat bulu kuduk Andi meremang. Wanita itu bernama Louisiana Van Tat, gembong mafia pengedar ikan sabu sabu yang paling terkenal di seantero Kolorless City.

"Rupanya kau! Untuk apa kau mengundangku kesini hah?! Pake tembak-tembak gak jelas! Huuu… gak jantan!!!" Seru Andi yang rupanya masih bisa bersuara.

Nyonya Van Tat tersebut menarik sudut bibirnya, menaruh mimik sinis pada wajahnya. Dengan perlahan, dia melangkah ke arah Andi yang mengejeknya itu.

"Jadi, kamu mau main dengan saya?" tanya Nyonya Van Tat lalu menjilati bibir atasnya. Andi menatap Nyonya Van Tat dengan tatapan sinisnya. "Ya, tentu saja menyenangkan jika bisa bermain dengan pengedar ikan sabu licik yang bahkan berani mengorbankan anaknya hanya untuk segenggam sabu yang tak berguna!" ujar Andi dengan nafas separuh sambil meludah tepat di depan Nyonya Van Tat.

"Cih, berani-beraninya kau bilang begitu!" ucap Nyonya Van Tat yang emosinya mulai tersulut.
Dengan langkah cepat, Nyonya Van Tat mengambil pistol yang tergeletak tadi dan berteriak, "Makan tuh omonganmu!"

Dor!!!!

Suasana hening tercipta dalam sekejap. Diantara kedua belah pihak tak ada yang bergerak hingga....

BRUK!!

Nyonya Van Tat ambruk ke lantai dengan kepala berlumuran darah segar.

Andi membuka mata dan mendongak.

"Kau....Jane?!

Jane, seorang perempuan cantik berambut panjang, berjalan mendekati Andi. Ia memandang mayat Nyonya Van Tat dengan pandangan jijik.

"Kalau saja kau bukan ibuku, sudah kubunuh kau dari dulu," ujarnya dingin. Ia menoleh dan memandang Andi yang masih terkapar berlumuran darah.

"Kau..." jane mencoba mengingat-ingat, "Andrian hamon kan? Aku kenal dengan saudara kembarmu, lord hamon werben jager man jensen dari Hamsterland. Kenapa kau bisa ada di si-"

Dor!

Rupanya itu bukan suara tembakan, tapi suara dari sebuah balon yang dipegang oleh seorang bocah yang ada di sebelah Jane. James namanya. Dia adalah adik Jane.

Andi mengelus dadanya. Dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Andi hampir saja kencing di celana karena mengira dia yang akan ditembak oleh Jane. Netra Andi kini melirik ke arah James.

Bocah imut itu dengan polos berkata, "Balonnya udah males di dunia. Tadi dia berbisik ke aku. Makanya aku pecahin. Kini dia tenang di surga sana."                                Senyum lebar terpampang di wajah James. Andi menatap James sedikit aneh. “Hey, cepat panggil bantuan. Apakah kau sudah lupa kalau aku udah sekarat?” tanya Andi memecah keheningan. Jane dan James saling bertatap pandang.
“Untuk apa kami panggil bantuan? Aku dan James disini untuk melakukan sesuatu yang sejak dulu sudah kami impikan. Tentunya denganmu,” ujar Jane tertawa kecil sambil mengelilingi Andi yang masih terkapar.
Pikiran Andi mulai kacau.
“Apa maksudmu Jane?” tanya Andi bingung.
James dan Jane mendekati Andi dengan sebuah pisau dan talenan. Mata Andi terbelalak.

"Jangan bilang kau akan memotong-motong tubuhku" ucap Andi ketakutan.

"Tenang saja, ini tidak sakit, kau hanya akan menikmatinya" jawab Jane sambil menunjukkan smirk nya

"Kumohon Jane, jangan potong aku, aku belum siap untuk mati" ujar Andi memohon.

Jane tertawa mendengar permohonan Andi. "James, ambil bagianmu sekarang" ucap Jane kepada James.

Tiba-tiba....

James melemparkan sebuah karung goni kepada Jane, dengan sigap wanita itu mengambilnya dan menutup mayat nyonya Van Tat dengan karung itu.

Lalu, Jane menyorongkan tangannya ke hadapan Andi sambil berkata,

"Ayo, kau harus diobati. Jika tidak, 40 menit lagi kau akan mati."

Andi berhasil berdiri dengan bantuan Jane, kemudian dia berjalan walau terhuyung-huyung.

Diluar gedung, sebuah mobil minibus sudah terparkir.

"Aku kira kalian akan membunuhku tadi," ujar Andi lemah, "terimakasih."

Jane menganggukkan kepala. "Tak usah dipikirkan, aku masih tidak mau kamu mati. Masih banyak hal yang harus kamu lakukan."

James menarik tangan kakaknya. "Tapi, aku lapar kakak." Matanya yang bulat melebar kelaparan sambil melihat darah Andi yang terus mengucur dari kepala.

"Hus! Nanti kakak belikan bayi rebus di restoran bintang lima khusus kanibal. Kamu itu anak dari salah satu mafia yang paling terkenal di Kolorless City, Don Okasino. Kalo kamu makan orang sembarangan bisa kena rabies loh."

"Iya kakak… tapi cepetan ya kak, jangan sampai aku mati kelaparan." Sahut James.

"Adikmu… kanibal?" Tanya Andi dengan hati-hati.

Jane terdiam dan melirik adiknya. "Kita sikat aja yuk, dia banyak nanya." Dan James tersenyum senang. Wajah Andi berkeringat. Ia berusaha mencari akal. "Kalian itu begitu aneh. Kenapa tidak dari tadi saja kalian memakanku?" ujar Andi terkekeh. Jane menatap Andi bingung. "Maksudmu apa? Ini semua tergantung kami! Mau kami aneh atau tidak aneh, kau tak berhak menghakimi kami! Ingat nyawamu berada di tangan kami. Andi terkekeh. "Tidak lagi," Andi menatap ke segerombolan polisi yang menghampiri mereka. Jane dan James saling bertatap pandang.

"Jangan bergerak! Kalian bisa jelaskan perbuatan kalian di kantor nanti!" teriak polisi dari arah belakang sambil menodongkan pistol yang siap menembak mereka.

Tawa James menggelegar, "kak, kita punya santapan baru nih" ucap James misterius.

"Mari kita lakukan"

Keduanya berlari mendekati kerumunan polisi itu, Jane mengeluarkan pisaunya dan James mengambil panah dari balik jaketnya.

Dalam kecepatan yang bisa dibilang luar biasa, mereka berhasil menghabisi seluruh polisi itu.

Andi yang melihat semua itu hanya bisa menganga. Rasa kaget berkumpul di kepalanya, dan dia baru sadar saat Jane sudah berdiri di hadapannya.

Sebenarnya Andi sangat ingin berlari dan kabur dari sana, tapi kakinya tak mau bergerak.

Jane sudah merangkulkan kedua tangannya di bahu Andi. Wajahnya semakin mendekat dengan wajah Andi.

Kemudian, dia menggigit leher Andi hingga pemuda itu berteriak keras.

TO BE CONTINUED....

Made by:

@HunyutheHamster27
@95Widya
@DF_Rost
@DillaShezza
@Junpino
@Merry_Nikita
@Linksyer

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top