Fox And I



'Sahabat'

Arti sahabat bagi setiap orang itu berbeda-beda. Banyak yang menganggap 'pertemanan' sama saja artinya dengan 'persahabatan'. Tapi banyak juga yang belum mengerti arti 'sahabat'.

Salah satunya adalah

Aku

.

.

''ERI !!!''

Aku menoleh mendengar teriakan yang memanggil namaku. Ah.. Ternyata teman-temanku yang berteriak.

''Selamat pagi Chie, Hiroko,Toshiko,'' sapaku.

''Pagi Eri,'' sapa mereka serentak.

''Seperti biasa, hari ini pun kau datang telat,'' kata Hiroko.

''Tahu nih.. Padahal kan rumahmu yang paling dekat dari kampus diantara kita berempat,'' kata Toshiko.

''Maaf ya,'' kataku sambil tertawa.

''Ya tidak apa sih.. Kelas masuk masih 20 menit lagi, tapi kau jadi tertinggal banyak gossip,'' kata Chie.

''Ih parah.. Cerita lagi dong,'' pintaku.

''Malas ah.. Makanya datang lebih cepat dong,'' kata Hiroko.

''Iya deh lain kali ku datang lebih cepat, sekarang tolong ceritakan bagaimana hasil rapat angkatan kemarin?'' tanyaku.

''Hmm.. Biasa lah mereka sok perhatian gitu.. Pakai segala bilang 'kita kan teman seangkatan kalau ada masalah bisa cerita ke ketua angkatan atau teman yang lain, jangan diumbar ke angkatan lain' yah kurang lebih begitu kata-katanya,'' jawab Hiroko.

''Ah alasan doang mereka tuh biar terlihat peduli.. Padahal mereka aja tidak pernah bantuin kita di kelas sama sekali,'' kata Chie.

''Iya bener banget, dimintain bantuan sedikit aja muka mereka langsung bête gitu,'' kata Toshiko.

''Kemarin juga mereka bilang supaya tidak ada jarak diantara kita, menyuruh berbaur gitu,'' kata Hiroko.

''Lha... Kayak sendirinya tidak bikin kelompok aja, menyuruh orang aja bisanya padahal mereka sendiri bikin kelompok masing-masing,'' kataku.

''Yah begitulah teman-teman kalian itu, bullshit semua,'' kata Toshiko.

''Lha.. Temen kamu juga itu,'' kataku.

''Ih sorry ya, aku tidak pernah berpikir mereka temen-temen ku,'' kata Toshiko.

Hiroko dan Chie hanya bisa diam mendengar perkataan Toshiko.

''Eh udah yuk masuk kelas,'' ajak Chie.

''Yuk lah udah mau masuk nih,'' kata Hiroko.

Kami pun berjalan menuruni tangga dan berbelok ke arah kanan melewati lift, berjalan lurus hingga keluar dari pintu gedung A menuju gedung DF.

.

.

''Akhirnya selesai juga kelas hari ini,'' kataku.

''Kalian mau langsung pulang?'' Tanya Chie.

''Aku masih harus nunggu bapakku jemput,'' jawab Toshiko.

''Ku nunggu Toshiko pulang, biar ke depan gerbangnya bareng ,'' jawabku.

''Masih terlalu siang bagiku untuk pulang,'' jawab Hiroko.

''Kebiasaan Hiroko pulangnya sore sampai rumah malem.. Ya udah ke gedung A lagi aja yuk,'' ajak Chie.

''Hi kalian pada mau kemana nih?'' suara itu menghentikkan langkah kami menuju pintu gedung DF kami pun menoleh kebelakang, ''Ikut dong.''

''Oh, kirain siapa ternyata ka Akira.. Kita mau ke gedung A nih ka,'' kata Hiroko.

Itu ka Akira, senior kami 1 tahun diatas. Dia dulu adalah tutor kelompok belajar kami, sekarang masih sih yang berbeda cuman ada tambahan status. Dia kekasih Hiroko. Menjadi tutor kami berarti sering berkumpul dengan kami, dulu hanya membahas pelajaran saja. Tapi sejak dia menjadi kekasih Hiroko, dia akan ikut membahas hal lain saat kami berkumpul. Awalnya memang biasa saja, karena sudah terbiasa berkumpul. Tapi lama-kelamaan kami sedikit risih juga karena dia selalu ikut berkumpul dengan kami kapanpun dia tidak sibuk. Apalagi yang kami bahas bukan hanya angkatan kami, terkadang juga membahas angkatan dia. Tapi kami tidak bisa menolak permintaannya karena segan dengan Hiroko. Yah, dia juga baik jadi kami biarkan dia ikut tanpa protes.

''Sebentar lagi liburan akhir semester.. Kalian mau liburan dimana?'' tanyaku.

''Dirumah aja palingan,'' jawab Chie.

''Di Twitter, Facebook, dan Youtube,'' jawab Toshiko.

''Mau pulang ke Palembang,'' jawab Hiroko.

''Aku belum tau mau kemana, tapi palingan ke bandung sih jenguk bapak,'' jawab ka Akira.

''Kamu sendiri mau kemana?'' Tanya Chie.

''Aku mau liburan ke rumah nenek di Magelang,'' Jawabku.

''Asik.. Oleh-oleh jangan lupa,'' kata hiroko.

''Aku mau candi, bawain ya.''

''Iya nanti ku bawain gantungan candi 100 khusus untuk mu,'' sindirku.

Toshiko hanya tertawa mendengar sindiranku, lalu terlihat serius mengetik sesuatu di handphone nya. Chie pun mengambil handphone nya dan berselancar di instagram, media social favoritnya. Hiroko dan ka Akira terlihat sedang membicarakan sesuatu. Aku tidak tertarik mendengarkan percakapan mereka, jadi aku membuka whatsapp dan membalas beberapa pesan yang masuk sejak tadi.

''Eh bapakku sudah sampai dia nunggu didepan,'' kata Toshiko tiba-tiba.

''Oh ya udah, kalau gitu aku juga mau pulang,'' kataku.

''Aku juga pulang aja deh, keburu sore nanti,'' kata Chie.

''Kalian tidak pulang?'' Tanya Toshiko ke Hiroko.

''Sebentar lagi kami pergi,'' jawab Hiroko.

''Oke.. Kita duluan ya,'' kata Chie.

Setelah bersalaman dengan Hiroko dan ka Akira, kami berjalan menuruni tangga. Kami pun berpisah didepan pintu gedung A, karena Chie pulang lewat gerbang belakang.

.

.

''Ka, bantuin bawa kopernya,'' pinta ibuku.

''Iya ma sebentar,'' kataku sambil memakai tas dipundak.

Aku segera membantu mengeluarkan koper dan tas lainnya dari mobil. Hari ini aku sudah sampai di magelang salah satu daerah di jawa tengah, tempat kakek-nenek ku tinggal. Kami segera menuju rumah nenek ku yang ada didalam sebuah gang. Sesampainya kami menaruh semua barang-barang kami didalam kamar sebelah kiri.

''Besok mau kemana, ma?'' Tanya salah satu adikku.

''Mau ke Wonosari,'' jawab mamaku.

''Berarti bangunnya harus pagi ya, paling telat jalan jam 9 pagi,'' kata bapakku.

Aku hanya bisa menghela napas lalu berbaring dikasur depan televisi. Aku tidak suka kalau harus pergi ke Wonosari. Bukan karena tidak ingin menjenguk nenek ku yang lain disana, tapi perjalanannya. Perjalanan dari Magelang kesana bisa 6 jam jika tidak macet, kalau pulang pergi berarti berangkat pagi dan sampai Magelang lagi malam hari paling cepat jam 12 tengah malam. Seharian berada di dalam mobil bermacet-macet ria di jalan itu membuatku lelah, mual, dan pegal. Tapi aku tidak menolaknya, karena tahun lalu kami tidak kesana.

.

.

Wonosari, suatu kecamatan sekaligus ibu kota kabupaten Gunung Kidul di DIY Yogyakarta. Jadi tidak aneh kalau disini masih banyak pepohonan yang tinggi besar membentuk hutan, dan banyak tempat wisata yang alami. Rumah-rumah di Wonosari tidak semuanya berdekatan, seperti rumah nenekku ini. Bagian belakang, depan, dan kirinya dikelilingi dengan sebuah hutan. Sementara bagian kanannya ada jalanan cukup luas yang bisa dilewati oleh mobil. Kami berhenti di halaman depan. Nenek dan anaknya yang lebih muda dari ku itu menyambut kami di depan pintu rumahnya.

''Eh yang dari Jakarta akhirnya sampai juga,'' kata nenekku.

''Selamat siang nenek dan mbak Putri,'' sapa adik-adikku.

''Aduh udah pada besar-besar ya kalian,'' kata nenek.

''Ayok mbak Eri masuk,'' ajak Putri, sepupu ku itu.

''Iya Put,'' aku masuk kedalam sambil membawa tas.

''Aku mau ke toilet dong mbak,'' Putri menemani adikku ke kamar mandi di belakang rumah.

Kamar mandi nya berada di luar rumah, yang berarti membelakangi hutan tersebut. Aku ikut Putri menunggu adikku di depan kamar mandi, sambil memandangi hutan yang luas itu. Setelahnya aku mengikuti Putri ke dapur, ku lihat nenekku memasak menggunakan kayu bakar yang diambil dari hutan.

''Putri, tolong carikan lagi kayu bakarnya di hutan. Eri bantuin Putri ya,'' aku hanya bisa mengganguk pasrah.

Aku langsung mengikuti Putri, kami hanya mencari di pinggir hutan bahkan rumah nenek masih terlihat. Saat sedang mengambil kayu yang berada di tanah dekat pohon, aku melihat ada seekor kelinci putih sedang memandangiku. Aku tersenyum melihatnya, kelinci itu berjalan memasuki hutan. Aku membiarkannya pergi, tapi tiba-tiba kelinci itu datang lagi. Memandangiku lalu kembali melihat ke dalam hutan, seperti mengajakku ke dalam hutan. Aku tidak bergerak, takut untuk memasuki hutan. Tapi tiba-tiba aku melihat seekor rubah putih. Aku diam membeku, belum pernah aku melihat seekor rubah apalagi rubah putih. Kaki ku melangkah begitu saja, mendekati rubah tersebut. Rubah itu berjalan ke dalam hutan, seperti tersihir aku mengikutinya tanpa berpikir panjang.

Aku tidak tau sudah sejauh mana aku masuk ke dalam hutan. Rubah itu menghilang, aku berusaha menelusuri jalan yang ku lewati tadi. Tapi aku tidak begitu ingat jalannya, aku berusaha menahan air mataku dan tetap tenang. Aku terus berjalan lurus, berharap segera melihat rumah nenek.

SREK

Aku menoleh ke kanan, ke kiri dan juga ke belakang, mencari sumber suara tersebut. Tiba-tiba seorang perempuan cantik keluar dari semak-semak di sebelah kanan ku. Aku senang melihat ada orang lain selain diriku disini, sebelum mendekatinya aku melihat ekor putih yang muncul dari belakang wanita itu. Aku tidak jadi mendekat, dan malah berjalan mundur.

''Hei gadis kecil..'' Aku mundur selangkah, ''Tidak usah takut, aku tidak akan melukaimu.''

''Siapa kau?'' Wanita itu mendekati ku perlahan, seperti tersihir kaki ku tidak bisa digerakan.

''Aku? Aku rubah yang tadi kau ikuti.''

''Bisakah kau memberitauku arah ke rumah yang tadi?''

''Hmm.. kenapa aku harus memberitaumu? Kau kan mengikuti ku dengan keinginanmu sendiri.''

''Tolonglah..''

''Hmm.. Akan ku beritau tapi besok kamu harus kesini lagi dengan membawa makanan manusia.''

''Tapi aku akan pulang sore ini.''

''Oh kau gadis yang jujur ternyata, biasanya manusia yang meminta pertolonganku akan berbohong agar aku menunjukkan jalannya. Hmm.. Tapi bukan berarti aku akan memberitau jalannya begitu saja padamu.''

''Begini saja, kau ikut denganku ke rumah nenek. Nanti aku akan langsung memberikan makanannya padamu, bagaimana?''

''Kau ingin membunuhku? Jika manusia mengetahui kehadiranku, mereka akan langsung membunuhku.''

''Aku yakin nenek tidak akan memberitau yang lain tapi kalau memang kau takut kau bisa menunggu ditempat tadi kita bertemu dan aku akan membawakannya.''

Wanita rubah itu terdiam lalu berjalan melewatiku, aku mengikutinya. Aku melihat ke sekitarku, hutan ini sangat indah. Aku berhenti saat melihat ada seekor kambing yang kaki nya tertimpa kayu berukuran cukup besar, aku mendekatinya lalu dengan sekuat tenaga mendorong kayu tersebut. Setelah terbebas, kambing itu langsung pergi. Aku pikir wanita rubah itu telah pergi, tapi ternyata dia menungguku. 

''Maafkan aku,'' Aku menghampirnya, dia tersenyum lalu kembali berjalan.

Tidak lama berjalan aku melihat sebuah rumah, saat mendekat aku melihat nenek berdiri di depan pintu sendirian. Nenek terlihat begitu cemas, aku segera menghampirinya.

''Eri !! Ya ampun kamu darimana saja sih?'' aku memeluk nenek erat, ''Maafin Eri nek tadi Eri masuk ke dalam hutan.''

''Rubah!!'' nenek kaget melihat seekor rubah tidak jauh dari rumahnya. Nenek terlihat panik, sebelum beliau masuk ke dalam rumah aku mencegahnya.

''Nek.. Rubah itu yang sudah membantuku pulang nek. Tolong biarkan dia hidup, jangan bilang siapapun. Dia sudah ku anggap teman ku nek,''

''Ah ya sudah.. Selama dia tidak melukai seseorang, nenek akan diam.''

''Terima kasih nek.. Oh iya, apakah ada makanan? Aku ingin memberikannya kepada rubah itu.''

''Nenek tidak tau rubah makan apa? Tapi kalau pisang goreng masih ada.''

Aku langsung masuk ke dalam dan membungkuskan beberapa pisang goreng ke plastik. Lalu aku mendekati rubah itu, rubah itu menggigit plastiknya.

''Terima kasih sudah mengantarkanku kembali ke rumah,'' Rubah itu berjalan memasuki hutan.

''Kenapa kamu kasih pisang goreng? Memangnya rubah bisa makan pisang goreng?'' Aku hanya tersenyum lalu mengajak nenek masuk ke dalam rumah.

Ternyata keluarga ku memutuskan untuk menginap selama 2 hari dirumah nenek, kata mama karena ingin mengurus rumah nenek buyutku yang tidak jauh dari sini. Aku tidak tau harus senang atau tidak. Senang karena mungkin saja aku bisa bertemu rubah itu lagi, tidak senang karena aku belum terbiasa hidup di dekat hutan seperti ini.

.

.

Keluarga ku berangkat ke rumah buyutku tadi pagi, sementara aku memutuskan untuk tetap dirumah ini. Aku memandangi hutan di belakang rumah, ingin pergi ke dalam hutan lagi tapi takut tersesat lagi. Saat aku ingin kembali masuk ke dalam rumah, tiba-tiba wanita rubah itu terlihat berdiri tidak jauh dari rumah sambil tersenyum. Aku segera menghampirinya, dia berjalan masuk kedalam hutan. Aku ragu untuk mengikutinya, melihat keraguanku wanita itu mengulurkan tangannya dan mengajakku pergi bersama. Wanita itu membawaku masuk jauh ke dalam hutan, aku memegang erat tangannya takut ditinggalkan. Aku melihat ada batu besar tidak jauh didepanku, dia mengajakku duduk di batu tersebut.

''Kau sudah menepati janjimu kemarin, bukankah kau bilang akan pulang kemarin sore?''

''Keluargaku memutuskan untuk menginap disini sampai besok.''

''Terima kasih atas makanan nya kemarin,'' Aku mengangguk senang.

''Oh iya, ku bawa permen,'' Aku mengeluarkan beberapa permen buah dari dalam kantong.

''Permen?''

''Ini untukmu.. ada rasa jeruk, mangga dan yang lainnya,'' Aku memberikan permen-permen tersebut kepadanya.

Wanita rubah itu memperhatikan dengan teliti, aku tertawa melihatnya. Aku mengambil satu permen, membukanya lalu ku berikan kepada wanita rubah itu. Dia langsung memakannya, wajahnya berubah senang.

''Bagaimana? Enak kan?'' Wanita itu mengangguk senang.

''Kau tinggal disini sendirian?'' tanyaku.

''Tidak, ada banyak hewan lain disini.''

''Maksudku, tidak ada rubah lain yang seperti mu? Yang bisa berubah wujud jadi manusia.''

''Oh.. Tidak ada.''

''Tapi kau berteman baik dengan hewan lain kan?''

''Bisa dibilang begitu, tapi kami tidak biasa bertukar sapa hanya saling membantu itupun jika ingin.''

''Kau pasti kesepian,'' Wajah wanita itu masih tetap terlihat biasa.

''Baiklah.. mulai hari ini kau adalah temanku.''

''Kau mau berteman dengan rubah seperti ku?''

''Kenapa tidak? Kau baik.''

''Kau tidak takut aku akan melukaimu?''

''Jika kau memang berniat melukaiku, kau akan melakukannya sejak kemarin dan tidak akan memberitau jalan pulang 'kan?''

''Memang kau sudah ingat jalan pulang? Bisa saja hari ini kau ku tinggal disini.''

''Aku percaya padamu. Kita kan teman,'' Wanita itu tersenyum, aku membalas senyumnya.

''Apa yang biasanya kau lakukan disini?''

''Tidak banyak, hanya berjalan-jalan lalu mencari makan dan tidur.''

''Hmm.. Sesuai dugaanku, hidup di hutan memang hanya sebatas itu.''

''Hei hidup di hutan tidak se-membosankan itu, kita bisa berpetualang.''

''Itu sama saja dengan berjalan-jalan, bukan? Kecuali dengan perasaan penuh gairahnya.''

''Ugh.. Kau benar.''

''Oh iya.. Namaku Eri, siapa namamu?''

''Untuk apa seekor hewan mempunyai nama? Jika semua manusia saja memanggil kami dengan nama jenis tubuh kami seperti rubah, kambing, dan kelinci. Lagipula seperti yang ku bilang tadi, kami tidak biasa bertukar sapa.''

''Kau benar, tapi sekarang ada aku yang akan memanggil namamu.''

''Huffttt.. Kalau begitu kau saja yang mencarikan nama untukku.''

''Hmm.. Bagaimana dengan Kitsune? Itu bahasa jepang yang artinya rubah.''

''Tidak ada nama lain?''

''Hanya itu yang terlintas di otakku.''

''Tidak buruk, baiklah kau boleh memanggilku dengan nama itu.''

''YEAY!!''

''Aku yang baru saja mempunyai nama, kenapa kau yang terlihat senang sekali?''

Aku tertawa mendengarnya, entah kenapa aku begitu senang bisa memberikannya sebuah nama. Walaupun nama yang ku berikan hanya 'Kitsune' saja, yang artinya sama dengan jenisnya. Siluman Rubah.

''Sudah mulai sore, kau mau pulang sekarang?''

''Huft.. Sebenarnya aku masih ingin berbincang denganmu, tapi nanti keluargaku panic mencariku.''

Kitsune mengulurkan tangannya lagi, lalu berjalan menuntun ku keluar hutan. Besok hari terakhir ku disini, aku masih bisa bermain dengannya sebelum kepulanganku di sore hari. Aku berniat membawakan dia banyak makanan besok dan mungkin novel yang ada di tas ku.

''Besok kita akan bermain lagi kan? Aku akan membawakanmu banyak makanan dan sebuah buku.''

''Buku?''

''Ya, buku.''

''Kalau begitu, aku akan menemuimu di tempat biasa kita bertemu,'' Aku mengangguk semangat.

.

.

Pagi ini aku sudah berdiri di pintu belakang rumah nenekku, sambil memegang sebuah buku dan kantung plastik berisi makanan dan 2 botol air mineral. Tidak lama kemudian, aku melihat Kitsune dari arah hutan sambil tersenyum. Aku segera menghampirinya, lalu berjalan mengikutinya masuk ke dalam hutan. Kami duduk diatas batu yang kemarin, aku membuka plastik yang ku bawa dan mengeluarkan semua isinya. Kitsune terlihat tertarik dengan makanan yang ku bawa. Aku hanya membawa pisang goreng, tempe dan tahu karena hanya ada itu dirumah nenek. Aku berharap bisa membawa lebih banyak jenis makanan untuk dicobanya. Aku membuka botol air mineral lalu memberikan padanya, dia memperhatikan botol itu dengan wajah penasaran. Aku membuka satu lagi botol air mineralnya, lalu meminumnya. Kitsune melihat cara ku meminum, lalu mengikutiku. Kami makan bersama-sama, aku juga memperlihat buku yang ku bawa.

Aku mengajari Kitsune cara membaca karena dia terlihat begitu penasaran dengan buku yang ku bawa, sampai melupakan makanan yang ada di sampingnya. Kitsune sangat pandai, baru satu jam ku ajari dia langsung bisa. Kitsune sedang fokus membaca novelnya, ku tersenyum melihatnya. Aku mengeluarkan handphone dari kantong celana, ternyata aku mendapatkan sinyal. Aku membuka aplikasi chat, banyak notifikasi yang masuk. Ada dari grup kelas, grup teman SMA, grup yang hanya berisi aku dan 3 orang temanku itu, dan beberapa chat pribadi.

Ah aku jadi kangen dengan Chie, Hiroko dan Toshiko. Sedang apa ya mereka?

Kitsune mendekatiku, meneliti handphone yang ku pegang dengan wajah serius. Aku tertawa melihat ekspresi wajahnya.

''Ini namanya handphone, alat komunikasi.''

''Kau harus mengajariku cara memakainya lain kali, saat ini aku akan fokus dengan buku ini,'' Aku hanya mengangguk lalu tersenyum.

Kitsune kembali fokus dengan bukunya, aku pun kembali membalas chat dari teman-temanku. Tidak terasa sore datang begitu cepat, langit mulai berwarna jingga.

''Ayo ku antar kau kembali,'' Dia mengulurkan tangannya, ''Kita harus keluar hutan sebelum mulai gelap.''

Aku hanya diam, menundukkan pandangan ke arah sepatu. Kitsune mendekatiku.

''Aku tidak ingin pulang, aku masih ingin bermain denganmu.''

''Itu tidak mungkin, kehidupanmu bukan disini. Kau punya keluarga dan teman-teman yang menunggumu di luar hutan ini.''

''Tapi kau juga temanku.''

''Ya, tapi kau tidak bisa terus-terusan disini.''

Aku tetap diam, tidak bergerak sedikitpun. Ku dengar Kitsune menghela napas, lalu mengangkat wajahku dengan kedua tangannya berada di pipiku.

''Kita tetap berteman, kau bisa mengunjungiku lagi saat kau kembali kesini.''

''Tapi aku takut kita akan melupakan satu sama lain.''

''Kau memberikan buku itu agar aku tidak lupa padamu kan? Aku berjanji akan menjaga buku itu,'' Aku mengangguk.

Kitsune mengambil sesuatu dari kantong bajunya, lalu memberikannya padaku. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk rubah. Aku mengambilnya.

''Itu satu-satunya barang berharga milikku jadi kau harus menjaganya dengan baik.''

Aku mengangguk lalu memakainya. Kitsune kembali mengulurkan tangannya, kali ini aku menggengam tangannya. Aku berjalan disampingnya, mengikuti langkah kaki nya menuju rumah nenekku.

Aku mulai melihat rumah nenekku didepan sana, tapi tiba-tiba Kitsune berhenti berjalan. Kitsune mengeratkan genggaman tangan kami, aku hanya diam memperhatikannya.

''Kau satu-satunya manusia yang mau menjadi temanku, kau bahkan selalu membawakan ku makanan, kau juga memberikan buku cerita yang kau bawa. Aku berjanji tidak akan melupakanmu dan kebaikanmu. Aku akan menjaga keluargamu yang ada disini. Datanglah ke hutan lagi jika kau berkunjung kesini. Aku akan menunggumu, Eri.'' Kitsune tersenyum sambil melihatku. Aku mengangguk lalu tersenyum.

Aku pergi menuju rumah nenekku, ku lihat Kitsune menunggu ku masuk ke dalam rumah. Aku melambaikan tangan saat sampai didepan pintu, Kitsune tersenyum.

''Ka, darimana aja sih? Dicariin juga daritadi,'' Mama menghampiriku.

''Dari toilet, ma.''

''Lama banget.. ya udah ambil tas kamu terus ke mobil, kita pulang sekarang.''

Aku mengambil tas ku yang ada di kursi, lalu berjalan keluar rumah. Aku memeluk nenek dan Putri yang berdiri didepan pintu, lalu berjalan ke mobil.

Aku akan merindukanmu, Kitsune. Tunggulah aku akan kembali.

.

.

Setelah menginap selama 4 di magelang, dan 3 hari di wonosari. Akhirnya aku pulang ke Jakarta. Aku sudah tidak sabar bertemu Chie, Hiroko dan Toshiko di kampus. Aku akan menceritakan tentang kitsune, aku juga sudah menyiapkan oleh-oleh untuk mereka dan ka Akira. Aku tidak enak dengan ka Akira karena tidak memberikan oleh-oleh untuknya liburan semester kemarin, padahal membagikan ke mereka bertiga didepannya. Jadilah, ku belikan ka Akira oleh-oleh juga. Tidak banyak sih, aku hanya beli 5 baju untuk kami saja. Oh iya, sama satu kotak bakpia juga.

.

.

''Hai teman-teman,'' sapa ku saat melihat mereka sudah menunggu di depan gerbang kampus kami, ''Aku bawa oleh-oleh nih.''

''Wih.. bawa oleh-oleh apa?''

''Candi ya?''

''Mantep Eri.. Aku juga bawa pempek nih, oleh-oleh buat kalian.''

''Wih terima kasih Eri dan Hiroko,'' kata Toshiko dan Chie bersamaan.

''Jadi mau kemana kita hari ini?''

''Hmm.. Mau ke mall?''

''Kalau ke taman aku lebih baik pulang saja, panas banget hari ini.''

Kitsune, kau benar aku punya teman yang menunggu kepulanganku disini. Terima kasih karena sudah membuatku sadar bahwa temanku bukan hanya kau saja. Terima kasih karena kau sudah mau menjadi temanku, sekarang aku punya alasan untuk kembali ke Wonosari. Padahal belum ada 1 bulan kita berpisah, tapi aku sudah merindukanmu. Tunggu lah, aku pasti akan kembali menemuimu.

.

.

END 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top