093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

🌿🌿🌿🌿

Song Fic : My Love Is Hurt
By : Lee Sung Goo
Ost. Gu Familly Book

Netra sebiru samuderanya menatap nanar tubuh tak berdaya sang istri yang meringkuk dalam kerangkeng dengan tangannya yang dirantai. Kaki tegapnya yang dibalut sepatu besi itu berjalan pelan mendekat kearah kereta pembawa narapidana yang pernah membawa sang Ayah menuju tiang gantungan.

"Apa salah mereka terhadap kalian?" Suara parau pria bersurai bagai kelopak bunga matahari itu menyeruak ke seisi halaman istana Dairi. Terdengar pilu bagi mereka yang masih memiliki hati. Tapi menjadi hal menyenangkan bagi mereka yang hatinya sudah mati.

Pandangan Naruto menatap sang istri dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Kembali, Hinata menjadi tumbal atas kekejian yang pernah ia perbuat. Wanita itu sama sekali tak pernah terlibat dalam konspirasi keji klannya. Juga pembantaian yang dilakukan oleh pria tercintanya.

Inikah balasan cinta tulus yang ia serahkan pada Naruto. Sebuah penderitaan ketika menjadi pelampiasan dendam banyak pihak. Sebuah beban yang mengintai nyawanya atas benih titipan pria tercinta yang bersemayam dalam rahimnya.

"Apa Hinata dan Nawaki yang membantai klan kalian?" Tercekat. Suara menahan tangis itu keluar dari mulut pria yang telah meletakkan tahkta Jenderal Samurai itu. "Urusanmu adalah dengan ku Sasuke. Aku yang membatai Uchiha dan Hyuuga, merebut posisi kakakmu sebagai, Shogun, membuatmu menjadi pembunuh kakakmu sendiri."

"Khe..." Mendengus geli tanpa iba pada pria yang telah mengikat tali persaudaraan dengannya. "Membunuhmu dan membiarkanmu mati tanpa melihat bagaimana orang yang kau sayangi hancur. Lalu bagaimana denganku?" Tertawa miris. Sasuke menatap langit sendu musim dingin Kyoto.

"Kenapa tak kau bunuh aku juga dimalam itu hah?! Kenapa kau menyiksaku dengan melihat orang-orang tercintaku meregang nyawa di depan mata? Kau ingin menyiksa batinku bukan? Mengurungku bertahun-tahun di penjara bawah tanah, dan membuat Ibu dan Kakak iparku hidup atas belas kasihanmu. Ishihara, anak itu bahkan lahir tanpa mengenal ayahnya karena kekejihanmu, lalu Ibuku, meregang nyawa di gubuk reot tanpa perawatan dan pengobatan yang layak!!! Dan kau berkata mereka tak pantas menerima ini, penderitaan Itachi-nii, Izumi-nee, Ibu dan Keponakanku merekalah yang harus menanggungnya. Dan tugasmu adalah menontonnya."

"Hen...ti...kan.... Sasu... ke...." Suara Mito tercekat. Ia sudah berada diambang batas kemampuannya.

"Lepaskan rantainya Yahiko, aku ingin mendengar suara mengiba Jalang ini." Kini Toneri yang angkat bicara.

Tersenyum licik, Yahiko melepaskan rantai emas raksasa yang melilit leher Mito. Keberadaan Hinata dan Nawaki yang menjadi tawanan mereka sudah cukup untuk membuat posisi mereka aman.

"Akulah dalang dari semua ini.." Suara Mito melemah. Lututnya bergetar hebat. Bahkan tak sanggup lagi untuk menopang tubuh langsingnya.

"Tsuma!!!" Mengambil langkah seribu, Hashirama berlari menopang tubuh sang istri yang melemah, Mito telah mengeluarkan seluruh energi silumannya. Dia bukan seperti Naruto yang memiliki darah manusia. Rantai-rantai emas milik Yahiko sudah menyedot sisa-sisa energi yang ia miliki.

"Akulah yang membawa Naruto masuk kedalam istana ini..." Lirih pelan.., suara Mito begitu menyayat telinga sang suami. Bertahun-tahun hidup bersama dengan Mito, baru kali ini ia melihat sang istri dalam keadaan terlemahnya.

Menyangga kepala sang istri dalam pelukannya. Hashirama mengecup lembut kepala merah wanita yang sangat ia cintai. Wanita yang telah memberi kekuatan moral padanya. Mengubahnya dari seorang raja boneka pengecut yang tunduk pada kekuasaan militer Uchiha, menjadi Kaisar yang memiliki wibawa. Mito siluman rubah, yang membantunya mengendalikan roda pemerintahan.

"Jangan banyak bicara Tsuma...." Mengecup lembut pipi putih sang permaisuri yang memucat.

"Okaa-sama.....Okaa-sama... Hiks....... Hikss..." Isak tangis Nawaki dari balik jeruji kayu itu menggema menyayat hati, tapi para manusia keji itu sama sekali tidak mempedulikannya. Mereka tertawa terbahak.

Tinju tangan sewarna madunya terkepal erat saat melihat Nawaki yang meraung-raung memanggil ibunya. Bagai melihat cerminan dirinya ketika masih kanak-kanak ketika harus menyaksikan Kushina meregang nyawa dengan mata kepalanya sendiri.

Tersenyum miris, Naruto tahu lingkaran dendam ini tak akan pernah usai. Segala cara yang ia dan Mito lakukan untuk menumbangkan dua Klan keji Heian dan turut campur dalam pemerintahan Negeri Matahari Terbit ini akan membuahkan petaka yang kembali terulang.

Menatap sendu wanita yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri sekarat dalam pelukan pria yang selama ini menjadi sosok ayahnya. Lalu para sahabat setia dan gurunya yang tak berkutik di bawah tudingan katana, sang sepupu yang terus meraung-raung menangis memanggil sang ibu. Juga istri tercintanya yang tengah hamil besar dan diikat dengan rantai. Membuat Naruto ingin menukarkan nyawanya untuk kebebasan mereka.

"Akhirnya kau bertekuk lutut juga Uzumaki Mito." Kini suara Tonerilah yang mendominasi. Nada pilu terdengar dari ucapan dinginnya. Jika di perhatika dengan seksama, ada setitik air mata menetes dari sudut matanya. "Kau ingat hari itu, hari dimana kau mengumumkan hubungan terlarangmu dengan Kaisar sialan ini!" Telunjuk lurus Toneri menunjuk tepat di wajah Hashirama.

"Ibuku mengiba padamu untuk tidak kau ceraikan. Namun kau berjalan bergandengan dengan angkuhnya bersama wanita jalang ini, khe.... cinta pertama yang kembali, namun dengan membuang hati lain. Kau tahu, Hashirama Otou-sama...betapa aku sangat menyayangimu, kau satu-satunya orang yang kukenal sebagai Ayahku!!!" Ia menangis sambil tertawa. Toneri meluapkan semua rasa kekecewaan di dalam hatinya yang bertahun-tahun ia pendam.

"Hanya karena aku bukan berasal dari benihmu, kau melupakan ikatan batin yang terhubung diantara kita, bukankah Naruto juga bukan anak kandungmu, lalu kenapa kau membuangku karena kesalahan Ibuku. Ibuku yang menipumu, tapi mengapa kau tak beri dia kesempatan. Setidaknya untuk tetap jadi selirmu. Tapi kau buang kami, mengucilkan kami di dalam istana Naniwa dengan penuh harta kekayaan. Tak pernah sekalipun kau menunjukkan belas kasihan walau hanya dengan sekedar menjenguk!!!"

Meremas erat dadanya yang tertutup montsuki hijaunya. Toneri kembali menatap sendu pada sepasang manusia paruh baya yang saling memeluk itu. "Sungguh... jika saja kau memperlakukanku seperti Naruto, dengan senang hati aku akan mengikhlaskan takhta ini untuk putera kalian. Jika saja kalian merangkul kami sebagai keluarga, aku akan dengan senang hati memanggilmu Mito Kaa-sama. Tapi seolah menganggap kami barang rongsokan yang harus di buang kalian memulai kehidupan baru tanpa mau merangkul kami. Membuang kami dalam lembah kesepian hingga ibuku harus mengakhiri kehidupannya sendiri. Dan Kau Tenno-sama!!!, bahkan untuk hadir dalam acara kremasinyapun kau tak sudi!!!"

Hashirama menunduk, ia tersenyum tipis ketika akhirnya Toneri mengutarakan alasannya berniat merampas takhta Heian, bekerjasama dengan Akatsuki dan menghalalkan segala cara demi berjalannya pemberontakan ini. Ia tahu... ini kesalahannya. Keegeoisannya untuk memiliki keluarga baru tanpa bayang-bayang masa lalunya, membuat Hashirama ingin menyingkirkan semua yang berhubungan dengan mantan istrinya.

Padahal ia begitu paham, bagaimana hubungannya dengan Toneri terbentuk. Hashirama begitu menyayangi Toneri kala itu. Namun tak dapat di pungkiri ketika mengetahui bahwa Toneri bukan berasal dari benihnya, rasa sayang itu menguap seketika.

Ia tahu ini salah, Toneri menjelma bagai iblis seperti sekarang adalah karena sikap tebang pilihnya. Harusnya ia tak mengubah kasih sayangnya pada Toneri. Harusnya ia sedikit memberi kepedulian pada Kaguya dan Toneri.

"Kenapa, kalian diam hah!!! Tak punya nyali untuk berkilah lagi!! Sekarang aku akan menagih pengganti atas sikap kalian yang membuangku!" Melirik ke arah Yahiko, Toneri mengisyaratkan tentang rencananya.

Sementara Sasuke, setelah lepas dari lilitan Mito, tiba-tiba ia seperti menjadi manusia tak berguna. Berdiri di pojokan tembok sambil memegangi kepalanya yang berdenyut hebat.

Kini Yahikolah yang melanjutkan kendali atas rantai-rantai laknat itu. Dan yang lebih keji lagi rantai bukan diarahkan pada Naruto yang sejatinya masih memiliki kekuatan. Deidara, membuka kerangkeng yang mengurung Hinata dan Nawaki. Kearah sanalah Yahiko mengarahkan rantai laknatnya. Mengecohkan perhatian Naruto.

"Hinata!!!!" Pria bersurai kuning itu berteriak kencang seketika mengambil langkah seribu menggapai sang istri.

Brukkkkk

Crasssssss

Naruto jatuh tersungkur, punggungnya menghantam rantai raksasa yang di kendalikan Yahiko, tepat di hadapan sang istri.

"Hikss... Hiks...." Isakan lirih terdengar dari bibir mungil Hinata. Bersamaan dengan rasa sakit yang mendera tubuhnya, jauh lebih sakit ketika melihat pria tercintanya yang memuntahkan darah dihadapannya.

Mendongak menatap sendu wajah kesakitan sang istri. Mengabaikan kondisi tubuhnya yang mengenaskan. Naruto lebih memilih mendongak memastikan bahwa wanita yang telah berkorban banyak untuknya itu dalam keadaan baik-baik saja.

Bibir merah kecokelatannya tersenyum tipis sambil menggeleng, seolah mengisyaratkan pada tuan puteri lotus ungunya untuk tidak khawatir.

Tanpa ia sadar Toneri sudah menyiapkan sebuah rencana busuk. Ketika semua perhatian terfokus pada Hinata dan Naruto, ia mengangkat busurnya, menujukan anak panah pada tubuh Mito, panah yang di khususkan untuk melenyapkan kitsune. Tersenyum licik saat menarik busurnya, Toneri kalah cepat. Hashirama mengambil langkah menjadikan tameng bagi tubuh sang istri.

"TENNO-SAMA!!!!!"

Jeritan para Samurai itu menggema, jerit ketakutan saat tubuh Kaisar mereka limbung dalam pelukan sang permaisuri. Anak panah tertancap dalam pada punggung pria paruh baya yang merupakan pemimpin Dinasti Negeri Matahari Terbit ini.

Membalikkan tubuh tersungkurnya, Naruto dengan mulut yang di penuhi darah, membelalakkan pandangannya saat mendapati tubuh orang yang telah dianggapnya ayah itu di hujani oleh anak panah.

Raungan Nawaki semakin menjadi setelah melihat sang ayah di hujani anak panah, lalu sang ibu yang mencoba melindungi suaminya dengan menjadi tameng menerima hujanan panah laknat Toneri, kemudian bergantian Hashirama yang menjadikan punggunya tameng.

Pasangan paruh baya itu seolah tak ingin diam saja ketika salah satu dari mereka diserang, bergantian menjadi tameng demi orang yang sangat mereka cintai.

Kaki-kaki panjang Naruto berlari berusaha menghampiri Toneri, berniat menerjang kepala perak pria yang kini dengan bahagianya menghujamkan anak panah secara bergantian pada paman dan bibinya.

Namun naas Kisame memasang dinding tembus pandang yang menghalangi dirinya. Dinding kasat mata yang sama seperti saat mereka menghalau Nawaki, ketika mereka memperkosa Saara.

Para Samurai setia itu berusaha bangkit, namun tak ada gunanya, kini malah tubuh mereka di jerat oleh rantai yang seharusnya digunakan untuk para siluman. Raungan Nawaki semakin menjadi-jadi saat melihat orang tuanya dipanahi secara bergantian.

Mata karamelnya menatap nyalang pria Ootsutsuki yang dengan tertawa terbahak-bahak melepaskan anak panah pada kedua orang tuanya, bagai pemburu yang tengah memanah binatang buruannya. Kelereng cokelat itu merekam dengan jelas orang yang telah melakukan tindakan biadab pada orang tuanya.

つづく
Tsudzuku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top