058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode
"AWWWWWW..."
Para dayang dan kasim itu kembali terpental karena kembali perlawanan dari Hinata. Tubuh wanita hamil itu bangkit dan melompat. Membuat semua penghuni istana berteriak ketakutan. Tubuh Hinata yang tak terkendali itu melompat ke atap, para dayang terpekik histeris ketika melihat nyonya mereka yang tengah hamil besar melompat dari atap keatap. Seolah tak mengasihani nyawa kecil yang tengah di tanggung tubuhnya.
Para samurai mulai berdatangan. Melompati atap demi atap demi mengejar istri Jenderal mereka yang tengah kerasukan.
Tubuh Hinata yang telah dirasuki iblis itu melompat kepohon besar. Ia menggeram kuat diatas pohon. Pupil lavendernya yang telah membalik hanya menampakan warna putih. Merobek kasar bagian dada nagajuban putih keunguan yang di kenakannya, hingga menampakkan sebagian dada bersisinya.
"RRRRR.....!!!" Eraman mengerikan itu kembali keluar dari bibir mungil Hinata. Tangan-tanganya mengcekram erat perut buncitnya. Ia berjongkok diatas pohon seolah ingin mengeluarkan bayi tak berdosa yang bergelung nyaman dirahimnya.
"HINATA!!!, HENTIKAN!!!" Sakura berteriak sambil terisak melihat hal mengerikan itu terjadi pada sahabatnya.
"Cepat tolong Hidenka-sama....!!!!" Ayame menangis kencang sambil menunjuk kearah pohon tempat Hinata berjongkok.
Para samurai yang mengejar Hinata kian mendekat kearah Hinata. Merasa di kejar, tubuh Hinata yang telah di rasuki itu melompat asal ke dahan pohon lain tanpa menghiraukan perut besar yang di bawanya.
Hinata sampai di dahan lain. Ia kembali menggeram menakutkan lalu bersiaga melompat dari pohon sambil mecengkram perutnya sendiri.
"HIDENKA-SAMA, JANGAN!!!!" Tomoyo berteriak kencang melihat Hinata yang hendak melompat dengan posisi perutnya lebih dahulu.
"HINATA, HENTIKAN.....!!!" Sakura tak kalah berteriak.
...
"Mendokusai, apa lagi yang terjadi diistana itu, setelah meninggalkan banyak pekerjaannya untukku, di Chodo-in, kini Shogun-sama meninggalkan masalah istananya untukku." Shikamaru, sang Saiteki mengeluh kesal saat menyusuri rokka istana Kamakura Bafuku. "Hei.Kanpaku-sama bisa kau pelankan jalanmu!" Shikamaru kembali berteriak ketika Nagato, sang perdana menteri bejalan tergesa-gesa.
Seorang Kasim datang pagi ini ke kediaman sang Saiteki dengan bebicara terbata, memintanya harus segera datang ke istana Kamakura Bafuku. Karena keadaan istana keshogunan itu sedang dalam keadaan darurat. Wajar jika Shikamaru yang baru di bangunkan sang istri, Temari. Datang ke istana Kamakura Bafuku dengan wajah mengantuknya.
...
Shikamaru mengucek matanya berulang kali, ketika melihat apa yang ia lihat sekarang. Hinata istri sang Jenderal yang begitu gemulai berada diatas pohon dengan baju compang camping.
Perut besar yang tengah ia bawa tak menjadi masalah bagi wanita itu untuk meronta dari pegangan para samurai yang menghalanginya melompat.
"Dimana Naruto?" Tanya Nagato sambil menoleh sekilas kearah Shikamaru, lalu kembali fokus memperhatikan gerakan Hinata yang semakin brutal di atas pohon.
"Dia tertular malaria dari Toneri setelah kembali dari Naniwa." Jawab Shikamaru asal. Dia tentu tak mengetahui apa yang telah dilakukan Sasuke pada Naruto.
Brug Brug.
"HIDENKA-SAMA!!!!" Para penghuni istana Kamakura Bafuku kembali berteriak histeris saat melihat beberapa orang samurai yang menghalangi Hinata, justru jatuh dari pohon akibat dari rontaan Hinata. Hinata lalu melompat ke atap istana. Shikamaru dan Nagato menyusul ke atap istana.
Tubuh Hinata terus berlari diatas atap. Tapi tiba-tiba ia berhenti. Dan berhadapan dengan Shikamaru dan Nagato.
"Siapa kau?" Tanya Nagato pada Hinata yang telah dirasuki.
"Rrrrrrr, mau apa kau!!!!" Hinata kembali mengeluarkan suara menakutkan. Ia kembali meremas kuat perutnya sendiri sambil meliuk-liukan leher.
"Kau iblis!" Shikamaru menunjuk kewajah Hinata.
"HAHAHAHHAHA,"Hinata tertawa menakutkan. "Kalau iya mau apa kau?" Tantang si iblis yang telah menguasai tubuh Hinata.
"Mau apa kau merasukinya?" Tanya Nagato dengan tatapan penuh selidik pada ujung kaki hingga ujung rambut Hinata.
Bugh.
Shikamaru meringis, saat melihat Hinata yang selalu terlihat gemulai itu, menghajar kejam perut yang tengah mengandung darah dagingnya sendiri.
"Hahahahah." Suara menyeramkan itu kembali menggema dari mulut mungil Hinata. "Membunuh Bayi sial ini..." Hinata meliukan kepalanya kekanan dan kekiri sambil meremas kuat perut besarnya.
"Hentikan!" Shikamaru yang tak tahan melihat bayi yang belum lahir itu disiksa oleh ibunya sendiri, berlari menghampiri Hinata, disusul oleh Nagato.
Hinata yang telah kerasukan itu berlari kencang tanpa mengabaikan beban di perutnya. Ia malah melompat turun dari atap istana dengan posisi membusungkan perutnya. Shion yang sedang mengendalikan ingin ketika jatuh perut besar itu dulu yang menghantam tanah.
Tapi sia-sia. Perut Hinata hampir menghantam tanah, tapi tangan Shikamaru, dan Nagato masing-masing memegangi tangan Hinata. Lutut Hinata menghantam tanah lebih dahulu. Janin yang berada dalam rahim Hinata dapat diselamatkan.
Jika saja Nagato dan Shikamaru tidak sigap menyusul Hinata yang melompat dari atap istana. Bisa dipastikan perut yang menampung kehidupan baru itu akan rusak menghantam tanah.
"Hhhhhhhhh..." Tubuh Hinata yang di kendalikan oleh iblis kiriman Shion mulai terengah kelelahan. "Aggghhhhhh..." Hinata menggeram kencang. Meronta, mencoba membebaskan tangannya yang di pegangi oleh Nagato dan Shikamaru.
Brug.
Sekali hentakan tubuh Nagato dan Shikamaru terpental ketanah. Tenaga Hinata yang telah dirasuki itu benar-benar besar.
"Maju kalian!" Tantang si iblis sambil memasang kuda-kuda bertarung.
Para samurai sudah bersiaga untuk menyerang.
"Jangan..!" Para dayang serempak melarang. "Dia iblis. Dia menggunakan tubuh Hidenka-sama, kami mohon jangan sakiti Hidenka-sama dan bayinya!!" Ayame sang dayang yang mengepalai seluruh dayang diistana Kamakura Bafuku itu menangis. Ia tak habis pikir. Mengapa hal keji ini bisa menimpa nyonya mereka yang begitu baik.
Shikamaru merentangkan satu tangannya untuk menghalau para pasukan samurai yang ia pimpin selama Naruto tak sadarkan diri. "Bentuk formasi melingkar disekitar kami, jangan ada yang menyerang. Biarkan aku dan Kanpaku-sama yang bergerak!"
Para samurai itu membentuk lingkaran. Mengelilingi Hinata, Nagato, dan Shikamaru yang siap bertarung.
"Serang aku!" Tantang Hinata dengan suara menyeramkannya.
"Kami tidak diajarkan menyerang wanita. Apalagi yang tengah hamil tua." Jawab Shikamaru sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.
"HYAAAAAHHHHHH..." Hinata berlari brutal dan melayangkan tinju pada Shikamaru. Tapi tangan Shikamaru menggengam kepalan tangan putih itu.
Satu lagi tangan Hinata mencoba melayang meninju Shikamaru. Tapi kini tangan itu di pegang oleh Nagato.
"RRRRR... AGGGGGHHHHHH..!!" Hinata meronta, dan berhasil menghempaskan Shikamaru dan Nagato. Ia berlari dan mencoba menyerang Nagato.
Tapi dengan cepat Nagato menangkap kepala Hinata. Memcengkram ubun-ubun Hinata, dan membaca mantra penangkal iblis. Tubuh Hinata menggelinjang hebat karena iblis dalam tubuhnya kepanasan. Tangan Hinata mencengkram kuat tangan Nagato yang mencengkram ubun-ubunnya, hingga refleks Nagato melepaskan tangannya. Hinata berlari menjauhi Nagato tapi disekelilingnya berdiri Samurai yang menghalangi langkahnya.
Ia menoleh kebelakang Shikamaru siap menyerangnya dari belakang tapi Hinata justru berbalik dan menyodorkan perutnya agar terhantam oleh tangan Shikamaru. Shikamaru menghentikan gerakannya cepat agar tak menyerang janin tak bedosa itu. Tapi Hinata yang telah dikuasai iblis kiriman Shion itu dengan cepat mencekik leher Shikamaru.
Bugh.
Dari belakang Nagato memukul bahu Hinata. Cekikan itu terlepas dan Hinata jatuh berlutut. Nagato kembali mengambil kesempatan untuk mencengkram ubun-ubun Hinata dan membacakan mantra. Tubuh Hinata kembali menggelinjang. Ia meliukan badannya ke kanan dan kiri. Hingga tangannya dapat mencengkam kaki Nagato.
Nagato jatuh terjungkal ketika Hinata berhasil menarik kakinya. Hinata merangkak menjauh. Tapi Nagato bergerak cepat menarik kaki Hinata hingga tubuhnya tersungkur. Shikamaru dengan cepat membalikkan tubuh Hinata, agar perutnya tak tertekan. Tubuh Hinata yang ditelentangkan itu meronta minta dilepaskan. Beberapa samurai membantu Shikamaru memengangi tangan Hinata, sementara kedua kaki Nagato menahan kaki Hinta. Tangannya bergerak mengelus lembut perut Hinata. "Kalian baik-baik saja. Ada kami disini.." Ucap Nagato lirih." Ia arahkan jemarinya ke leher putih Hinata. Menotok saraf Hinata hingga tubuhnya tak dapat bergerak.
"Rrrrr...., lepaskan aku sial..." Eram si iblis yang tak dapat lagi menggerakkan tubuh Hinata. Nagato dan Shikamaru berdiri.
"Bawa kekamar tamu dan rantai tangan kakinya. Totokan ini hanya bertahan sementara. Aku akan segera menyadarkan Shogun-sama. Hati-hati dengan perutnya saat kalian mengangkatnya." Perintah Nagato sebelum berjalan menuju tempat Naruto tengan berkutat dengan mimpi buruknya.
....
"Hhhhhhhhhh..." Naruto terduduk. Ia kembali bangun karena mimpi buruknya. Tubuhnya kembali di banjiri peluh. Safir birunya, memandang tiap jengkal sudut kamarnya. Yang ia cari tak juga nampak. Hinata istri tercintanya yang semalaman terlelap dalam dekapannya.
Srekkkkk
Shoji kamarnya terbuka. Sang paman berdiri diambang pintu geser itu. Nagato, Perdana Menteri dinasti Heian itu menapakan kakinya diatas tatami yang menutupi lantai kayu kamar sang Jenderal Samurai.
Naruto menoleh sekilas setelah mengusap kasar peluh di wajahnya. "Mencari Hinata?"
Naruto sontak mendongak memandang wajah sang paman.
"Dimana dia?" Tanya Naruto datar menjaga wibawanya. Padahal jujur hatinya kini diliputi ketakutan.
"Dia ada di salah satu kamar tamu di istana ini. Seseorang telah membuatnya kerasukan. Beberapa kali dia mencoba menghancurkan janin kalian. Aku sudah menotoknya. Untuk sementara pergerakannya dapat di tahan. Tapi itu tak bertahan lama..." Naruto bangkit tanpa mendengar kelanjutan ucapan Nagato. Yang ada di pikirannya saat ini adalah melihat keadaan sang istri.
Ia tak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi hal buruk pada calon anak dan istrinya. Seperti yang ia lihat dalam mimpi buruknya.
....
"Uhukkk.." Shion tebatuk. Mulutnya mengeluarkan darah. "Sial ada yang berusaha menghalangi rencana ku..." Murka Shion sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri.
"Shion-sama..." Rukiya, mantan maiko yang kini jadi dayang setianya itu tampak khawatir dengan keadaan Shion. "Hentikan, jika kau gagal guna-guna itu akan berbalik menyerangmu dan membahayakan nyawamu."
Shion tersenyum tipis pada dayang setianya itu. "Sampai titik terakhir. Aku akan tetap memperjuangkan cintaku pada Naruto-sama..," Shion kembali menangkup tangannya dan membaca mantra keji yang ia tujukan pada Hinata.
Onix Rukiya memandang sendu wajah Shion yang pucat pasi dan berkeringat dingin. Shion tetap mengirimkan guna-guna pada Hinata. Walaupun ia tahu jika ia gagal ia akan kehilangan nyawanya.
'Shogun-sama, tak dapatkah kau lihat kesungguhan cinta Shion-sama?, dia bahkan telah bersikap bak iblis karenamu, seandainya..., seandainya sedikit saja kau membalas cinta nya, dia pasti akan menjadi wanita baik hati dan dapat menerima Hidenka-sama, sedikit saja kau lihat cintanya padamu...'
つづく
Tsudzuku
......
Please don't say
'kurang panjang'
Next Chap
"Cinta Yang Tak Pernah Terbalas"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top