042. Dendam Sang Geisha -2-
Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode
"Hueeekkkkk...Huueeeekkkk"
"Shion kau sakit...?" Tepukan pelan Amaru di bahunya membuat geisha cantik bersurai pirang pucat itu menoleh.
"Hanya masuk angin biasa." Jawab Shion datar sambil menyeka ujung bibirnya dengan tamoto uchikakenya.
"Aku panggilkan tabib ya..., sudah tiga hari kau muntah parah seperti ini. Wajahmu juga sangat pucat."
"Tutup mulutmu Amaru!." Shion melirik ke kiri dan kanan memastikan tak ada orang yang mendengar ucapan Amaru.
Shion berjalan begitu saja meninggalkan Amaru di rokka istana selatan. Ia melenggang anggun, dengan tangan yang menyentuh perut datarnya yang tertutup obi emas.
"Jangan takut sayang, Okaa-san akan selalu menjagamu..., kita tunggu sampai Otou-sanmu pulang, dia pasti akan senang mendengar berita kehadiranmu."
...
"Orochimaru-sama, tolong!, Shion pingsan...!!!" Amaru berteriak-teriak sambil berlari sepanjang rokka. Dia sangat panik saat Shion sedang melatih menari beberapa maiko yang melayani mereka di istana selatan. Geisha kesayangan sang Shogun itu tiba-tiba jatuh pingsan.
...
"Kau ini kenapa Shion, kau sakit begini tidak memberi tahu padaku, jika Shogun-sama kembali dari Nara leherku ini pasti akan di tebas." Orochimaru dengan penuh kekhawatiran menempelkan telapak tangannya pada kening Shion.
"Tidak, kumohon jangan...." Shion berusaha mencegah dia memegang erat tangan Orochimaru.
"Jangan seperti anak kecil yang takut dengan tabib. Kau jangan takut. Kau akan segera sembuh. Dan kembali memuaskan Shogun-sama.." Orochimaru melepaskan cengkraman kuat tangan Shion.
"Kumohon jangan..."
...
"Jadi, dia sakit apa, Chiyo Baa-san?" Tanya Orochimaru, setelah selesai memeriksa Shion yang terbaring lemas diatas futton.
"Shion-sama tidak sakit Orochimaru-san..., dia..."
"Dia kenapa Chiyo Baa-san?" Tanya Orochimaru tidak sabar.
Nenek Chiyo menatap sendu wajah polos Shion ketika tertidur. Sungguh ia tidak tega jika membayangkan nasib Shion jika ia menyampaikan keadaanya pada Orochimaru. Tapi jika dia menyimpan rahasia ini, lambat laun pasti akan terbongkar. Dan keselamatan keluarganya pasti akan terancam dari jeratan hukuman sang Shogun.
"Di...di... dia..." Nenek Chiyo tergagap.
"Cepatlah Chiyo Baa-san..., kau jangan membuatku takut seperti itu." Desak Orochimaru.
"Dia... Hamil..." Ucap Nenek Chiyo lirih.
Wajah Orochimaru pucat pasi seketika. Shion melanggar perjanjiannya sebagai geisha milik sang Shogun.
...
Kelopak mata putih Shion terbuka saat sinar sang surya menyilaukan matanya. Perlahan ia duduk di atas futton lembutnya. Tangannya mengelus lembut perut ratanya yang tertutup nagajuban putih.
"Kau sudah bangun." Suara lembut tapi mengerikan itu sontak membuat Shion terperanjat dari lamunannya.
Orochimaru berjalan mendekati Shion dan duduk di samping futtonnya. "Sudah berapa lama kau tidak menelan ramuan pencegah kehamilanmu?" Tanya Orochimaru tanpa basa-basi.
Shion menunduk dan mengelus perut ratanya. "Khe..., kau sudah tahu rupanya....," Ia lalu mendongak dan menatap lantang mata Orochimaru. "Aku mencintai Naruto-sama." Jawabnya dengan nada menantang. "Aku sengaja tak pernah lagi meminum ramuan laknat itu. Aku ingin menjadi istri Naruto-sama dan mendapatkan panggilan Hidenka-sama." Tantang Shion.
"Jangan coba-coba menyakiti kami, atau kau akan dapat pelajaran dari Naruto-sama." Ancam Shion.
"Sombong sekali kau..." Suara yang amat anggun kini menguar di kamar Shion. Mito berdiri dengan anggunnya di depan pintu geser kamar Shion dengan di dampingi beberapa dayang.
"Kalian lakukan apa yang ku perintahkan." Perintah Mito pada dayang yang ikut bersamanya. Tiga dayang itu langsung menurut dan pergi meninggalkan Mito. Sementara Mito ia melanjutkan langkahnya menapaki tatami yang terhampar di kamar Shion.
Manik kelabu Mito bertatapan dengan amethys Shion. Geisha kesayangan sang Shogun itu tak sedikit pun menaruh rasa takut pada sang permaisuri.
"Kogo-sama..." Orochimaru bangkit dan mencoba memberi penghormatan pada sang permaisuri.
Mito mengangkat telapak tangannya seolah memberi isyarat bahwa waria pengurus geisha itu tak perlu melakukan penghormatan. "Tinggalkan kami berdua, dan terima kasih atas informasi pentingnya Oro-chan." Tukas Mito dengan senyum manis yang dibuat-buatnya.
Amethys Shion menatap nyalang pada punggung Orochimaru yang berjalan menjauh dan menghilang dibalik pintu geser.
...
"Jadi.., kau mencintai Naruto?" Tanya Mito sambil memainkan kuku lentik bercat merahnya.
"Tanpa perlu ku bicara, kau sudah tahu jawabannya, Kogo-sama." Shion menjawab sambil membuang wajahnya dari hadapan Mito.
"Khe..., kau tetap angkuh walau posisimu sudah terjepit. Jangan hanya karena Naruto memberi perhatian lebih padamu kau menganggapnya mencintai dan akan menikahimu. Jikapun itu terjadi aku tak sudi jika kekaisaran memiliki menantu sepertimu."
"Naruto-sama mencintaiku. Kau jangan membohongi dirimu sendiri Kogo-sama!" Bantah Shion dengan suara meninggi.
"Khe, terserah kau mau bilang apa. Yang jelas aku mengenal keponakanku sebelum kau bertemu dengannya. Baiklah aku tak mau buang waktu. Aku akan memberikan pilihan padamu. Kau atau anakmu yang akan tinggal disini."
"Apa maksudmu?" Shion langsung terkesiap memeluk perut ratanya ketika mendengar pilihan yang terdengar seperti ancaman dari sang permaisuri.
"Aku sangat mengenalmu. Kau akan memanfaatkan janin dalam perutmu itu untuk mengikat Naruto dalam ikatan pernikahan. Tapi aku yakin Naruto tak semudah itu kau ikat. Maka dari itu sebelum dia sendiri yang bertindak padamu. Aku akan memberikan pilihan untukmu. Yang pertama jika kau memilih anakmu, kau harus meninggalkan istana ini. Hidupmu akan ku tanggung, dengan syarat setelah anakmu lahir, anakmu akan dirawat oleh keluarga istana, dan kau tidak akan pernah lagi menampakkan wajahmu disini. Tapi jika kau ingin tetap berada disamping Naruto. Kau harus mengorbankan janin yang tak bersalah itu. Karena aku tak mau semua orang tahu kalau kau ibu dari anak Naruto."
Mito beranjak dari duduknya di samping futton Shion. Ia berjalan menuju shoji. Tapi sebelum tangannya mencapai shoji. Permaisuri rubah itu menolehkan wajahnya. "Dayang-dayangku akan datang untuk mengantarkan ramuan pengugur kandunganmu. Kau harus meminumnya jika kau ingin tetap disini disamping Naruto. Tapi kau harus segera berangkat dengan kereta yang sudah disiapkan untukmu menuju Naniwa. Jika kau menginginkan anakmu."
Air mata bercucuran dari amethys sang geisha. Sebuah pilihan sulit baginya. Ia diharuskan mengugurkan janinnya agar bisa tetap bersama pria yang dicintainya. Atau meninggalkan pria yang paling di cintainya untuk mempertahankan buah hatinya.
Tangan putih Shion mengusap lembut perut ratanya. "Maafkan Okaa-san nak..., tapi Okaa-san tidak bisa hidup tanpa Otou-sanmu..."
...
Manik kelabu Mito memandang remeh pada wajah pucat Shion yang kini tubuhnya terkulai lemas diatas futton. Ia kehilangan banyak darah akibat pendarahan yang dialaminya setelah menenggak ramuan peluruh kandungan atas pilihannya sendiri.
"Aku tak menyangka kau lebih mencintai keponakanku dari pada darah dagingmu sendiri." Ejek Mito dengan tatapan remeh.
"Aku mencintai Naruto-sama..." Jawab Shion lirih.
"Ibu macam apa kau ini...?, kau mengorbankan janinmu yang baru berusia satu bulan untuk pria yang belum tentu mencintaimu." Tutup Mito sambil berlalu meninggalkan geisha dengan helaian sewarna emas itu yang sedang terisak.
o0o
"Shion.."
Kepalanya mendongak ketika namanya di panggil oleh sang Jenderal Samurai. Hatinya berbunga ketika Naruto memanggil namanya untuk maju kedepan. Jika geisha yang lain di panggil oleh Orochimaru untuk menerima gulungan berisikan titah itu. Maka untuk Shion Naruto sendirilah yang memanggil namanya.
Ia tersenyum congkak ketika berdiri dari duduk bersimpuhnya di atas zabuton lembut. Hinata yang melihat pemandangan itu tersenyum tipis. Tangan Mitopun menggamit lembut telapak tangan seputih susu milik Hinata. "Dia hanya mencintaimu. Percayalah." Bisik Mito yang dijawab dengan anggukan kecil oleh Hinata.
...
"Kalian semua silahkan membuka gulungan yang telah dibagikan tadi." Perintah Orochimaru, setelah semua geisha telah mendapatkan gulungannya.
Dengan cepat tujuh orang geisha itu membuka gulungan yang baru saja mereka terima. Teriakan histeris bahagia terdengar menggema dari zanshiki istana selatan ketika para geisha itu membuka gulungan. Naruto bukan hanya memberikan pembebasan pada mereka tapi juga tanah yang luas dan harta yang melimpah yang cukup untuk mereka memulai kehidupan baru.
Kecuali Shion, tangannya bergetar hingga gulungan itu terlepas dari tangannya ketika ia selesai membaca gulungannya. Mata Amaru membulat takjub ketika tanpa sengaja membaca gulungan Shion yang jatuh terbuka. Harta dan tanah yang di berikan Naruto untuk Shion berpuluh kali lipat dari pada yang di berikan pada geisha lain.
"Mohon perhatiannya." Instrupsi Naruto menghentikan ke gaduhan yang terjadinya. Para geisha itu kembali duduk di tempatnya dengan wajah ceria. Kecuali Shion. Wanita itu menatap nanar wajah sang Shogun yang diliputi kebahagiaan
"Aku mohon maaf yang sebesar-sebesarnya pada kalian. Seharusnya sudah sejak dulu aku melakukan ini pada kalian. Tapi ego dan nafsu ku membutakan mata hatiku. Hari ini aku berikan pembebasan pada kalian, dan juga sedikit bekal untuk kalian memulai kehidupan yang baru. Aku tahu ini tidak sebanding dengan apa yang telah ku perbuat pada kalian. Tapi kumohon kalian dapat menerimanya dan memaafkan kesalahan yang ku perbuat pada kalian."
Naruto lalu mengalihkan pandangannya pada wajah menenangkan yang berada disebelahnya. Tangannya menggenggam erat tangan Hinata yang menyalurkan kehangatan padanya. Senyuman manis pun menyambut genggaman hangat itu. Hari ini sang Murasakiro no Hime kembali melihat senyuman hangat yang terukir dari bibir sang Jenderal.
Mata para geisha itu mulai berkaca-kaca mendengar permintamaafan sang Jenderal. Tubuh mereka membungkuk dan bersujud dihadapan Shogun yang selama ini menjadi danna mereka.
"Hontou ni arigatou gozaimasu, Shogun-sama..." Ujar mereka bersamaan sambil bersujud.
Air mata haru sedikit menetes di sudut mata Naruto ketika memandang pemandangan dihadapannya. Ada rasa lega di hatinya ketika para wanita yang selama ini di perlakukannya seperti mainan mau memaafkannya. Ia akan memulai kehidupan barunya dengan wanita yang paling ia cintai tanpa beban. Setelah melepaskan semua wanita simpananya kini perhatiannya hanya akan tertuju pada Hinata. Tanpa harus merasa bersalah pada wanita-wanita yang selama ini melayaninya.
Tapi rasa lega itu seketika menghilang. Ketika suara nyaring menyela suasana haru itu.
"Aku tidak terima ini!!" Jeritan Shion seketika menguar di dalam ruangan luas ini. Para geisha memandang tidak percaya apa yang telah dilakukan Shion.
Shion melempar gulungan itu di hadapan Naruto. Hampir saja sang Jenderal itu naik pitam dan bangkit dari duduk bersilanya. Tapi sentuhan tangan halus lotus ungunya membuat emosi Jenderal itu meredam.
"Aku ingin kau menikahiku Naruto-sama. Karena aku sedang mengandung anakmu sekarang!"
Mito menajamkan pandangannya mendengar pengakuan Shion. Sementara Naruto hampir saja mengamuk karena tidak percaya dengan pernyataan Shion. Tapi semua itu dapat di redamnya ketika Hinata membisikkan sesuatu di telinganya.
Sepasang calon pengantin itu lalu berdiri dan berjalan beriringan keluar dari zanshiki.
...
Cukup lama Naruto dan Hinata berada di luar ruangan. Semua orang di dalam ruangan zanshiki itu menanti keputusan yang akan di ambil oleh Naruto. Termasuk sang permaisuri. Mito.
Srekkkk.
Suara pergeseran shoji itu seketika menjadi pusat perhatian. Naruto memasuki zanshiki diiringi oleh Hinata di belakangnya.
Hinata kembali duduk di sebelah Mito. Seperti posisinya semula. Sementara Naruto ia berjalan menghampiri Shion.
"Aku akan menikahimu."
Suara Naruto yang tak terlalu keras itu mampu didengar oleh semua orang yang berada di zanshiki. Sebagian dari mereka tidak percaya dengan keputusan Naruto. Sementara sebagian lagi tidak heran dengan keputusan Naruto mengingat Jenderal Samurai itu memang menaruh perhatian lebih pada geisha yang memiliki helaian sewarna emas ini.
Mito mendelikkan tatapannya pada Hinata. Menuntut penjelasan atas keputusan Naruto. Tapi Hinata malah tersenyum manis sambil mengelus punggung tangan Mito.
"Semua akan baik-baik saja Oba-san.." Ujar Hinata mencoba meredam emosi Mito yang membuncah.
Permaisuri itu tidak habis pikir apa yang Hinata katakan pada Naruto. Hingga Jenderal Samurai itu bersedia membagi cintanya selain pada sang Murasakiro no himenya.
つづく
Tsudzuku
Next chap
"Pernikahan Agung"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top