027. Legenda Rubah Emas -10

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Minato and Kushina
Setting : Heian/Kamakura Periode

inspired by story of
White Snake Legend

Song fic : I remember,I love you
By Shannon
OSt. Shine Or Go Crazy

"KUSHINA!!!!BANGUN SAYANG!!!" Minato menepuk pelan pipi putih Kushina. Berharap wanita yang tak sadarkan diri karena berusaha membawa kehidupan baru ke dunia ini segera membuka matanya

"Lakukan sesuatu Minato.." Ujar Tsunade dengan berderai air mata. Tangannya mengelus sayang surai merah sang menantu.

Minato bangkit dari duduknya. Dia tidak bisa diam saja melihat sang istri dan buah hatinya dalam bahaya.

"Kau mau mencari Mito kemana?" Tanya Jiraiya ketika Minato menggeser shoji.

"Kepuncak Fuji." Jawab Minato yakin tanpa menoleh kebelakang ia langkahkan kakinya.

...

"Kau mau kemana?" Safir biru Minato terbelalak ketika membuka shoji utama rumahnya malah mendapati sang kakak ipar yang berdiri dihadapannya.

"Mito-nee..,kau?" Bingung Minato sambil menunjuk wajah sang kakak ipar.

"Aku dan Kushina punya ikatan batin yang kuat. Aku bisa merasakan, jika terjadi hal buruk padanya." Mito melangkahkan kakinya masuk ke genkan*) rumah yang di tinggali sang adik satu tahun belakangan ini.

...

Manik kelabu Mito dapat menangkap jelas raut ketakutan dua orang yang dianggapnya sebagai orang tua sendiri tersebut. Jiraiya dan Tsunade memancarkan tatapan memohonnya ketika Mito tiba di ambang shoji kamar putra dan menantu kesayangan mereka.

Mito memandang miris sang adik yang terbaring tak sadarkan diri dengan darah dari perut besarnya yang menodai nagajuban putih Kushina.

Sulung kitsune betina itu dapat melihat betapa sayangnya pasangan tua Namikaze ini pada adiknya. Tumpukan selimut putih sudah disiapkan pria beruban dengan tubuh tinggi besar itu, begitu pula sang istri yang sedang mengusap peluh di wajah sang adik sambil sesekali menepuk pipi putih sang wanita yang tak sadarkan diri itu.

Mito mendudukkan dirinya di samping futton tempat sang adik berbaring. Disusul dengan Minato yang duduk di sebelah sang kakak ipar dan memandang penuh kekhawatiran pada sang istri yang tak sadarkan diri.

"Aku akan berjaga diluar kamar." Ujar sang calon kakek sambil beranjak dari tempat duduknya di sebelah sang nenek.

Jiraiya keluar dan menutup shoji kamar sang putra perlahan. "Apa aku juga harus keluar?" Tanya Minato saat sang ayah telah berada di luar kamar.

"Tetaplah disini, dia membutuhkanmu..." Jawab Mito menggeleng pelan. "Kushina...." Panggil Mito pelan sambil menepuk pelan pipi sang adik. "Bayi kalian lahir dalam wujud manusia, sementara kami para kitsune harus berubah dalam wujud rubah sempurna ketika melahirkan." Mito menghela nafas lalu mengusap perut besar sang adik.

"Bayi kalian akan mati jika Kushina berubah ke dalam wujud rubah sempurna, karena secara langsung rahimnya juga akan berubah menjadi rahim rubah." Safir biru Minato memanas ketika mendengar penjelasan sang kakak ipar.

Wajah Tsunade pucat pasi setelah membayangkan kemungkinan terburuk. "Ia bertahan dalam wujud manusianya, hingga tak sadarkan diri untuk melindungi anak kalian." Mito mulai menyentuh leher sang adik, mendeteksi keberadaan hoshi no tama milik Kushina.

Kelopak mata Kushina terbuka, violetnya yang selalu menampakkan keceriaan, kali ini terlihat sayu. "Mito-nee..." Panggilnya dengan suara sayu yang lemah.

Mito tersenyum tipis. "Aku akan membantu membawa energi hoshi no tama mu menuju kerahimmu, dengan begitu kau dapat melahirkan dalam wujud manusia." Jelas Mito, dan di balas anggukkan oleh sang adik.

Tangan Mito menekan pelan leher Kushina. Mito berkonsentrasi dan memejamkan matanya. Seketika leher Kushina berpendar biru. Tangan Mito bergerak menyusuri tubuh Kushina membawa cahaya biru menuju rahim tempat bayi mungil itu tengah bergelung.

"Akhhhhhhhhhh, sakiitttttttt......." Kushina tersentak, kelereng violetnya terbelalak saat tangan sang kakak menekan perut buncitnya yang berpendar kebiruan akibat energi hoshi no tamanya yang tersalurkan pada janinnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Tsunade panik saat melihat tangan Mito menekan perut Kushina.

"Kushina tak bisa meneran dengan kuat. Kondisinya sangat lemah, aku akan membantu mendorong bayinya." Jawab Mito sambil membuka ikatan longgar di bagian perut Kushina. Perut besar berisi bayi itu kini terekspos sempurna tanpa sehelai benangpun menutupinya.

"Minato-kun....Sakitttttt!!!!!" Jerit Kushina saat sang kakak kembali menekan perut besarnya.

Minato langsung menggenggam tangan sang istri. Tangannya mengelus surai merah sang istri.

"Mito-nee bisa kau berhenti menekan perut Kushina...?!" Ucap Minato dengan nada yang sedikit tinggi, karena tidak tega dengan penderitaan sang istri.

"Kau tenangkan saja istrimu, aku sedang, membantu bayi kalian mencapai jalan lahir." Mito berkonsentrasi pada tangannya yang disinari pendar kebiruan. "Okaa-san, tolong bersiaga di jalan lahir Kushina."

Tsunade mengangguk dia berpindah duduk dari samping Kushina menuju ujung kaki Kushina. Mito berpindah duduk ke samping Kushina, tepatnya di hadapan Minato.

Mito menatap manik hazel Tsunade dan mengangguk pada wanita sepuh bersurai pirang pucat itu. Mendapat persetujuan dari Mito. Tsunade membuka paha Kushina yang tetutup selimut. Menekuknya hingga Kushina mengangkang dengan sempurna.

"Meneranlah semampumu..." Bisik Mito di salah satu telinga Kushina, "aku akan membantumu..."

"Berjuanglah sayang...." Minato berbisik halus pada sang istri. Tangannya menggenggam tangan sang istri yang sedang menahan sakit sembari mengatur nafas.

...

"Sudah terbuka penuh..." Tsunade setengah berteriak setelah memeriksa selangkangan menantunya.

Sebenarnya calon nenek bersurai pirang pucat itu sering membantu wanita yang akan melahirkan di desanya. Ia juga bukannya hanya berpangku tangan saat sang menantu kesakitan, tapi berhubung menantunya ini bukan manusia biasa, membuatnya takut salah bertindak tanpa bantuan seekor kitsune.

"Akhhhh ittaiiiiiiii...!!!!" Kushina melengking kuat sambil menggenggam erat tangan suami tercintanya, saat bayi kecil dalam perutnya berusaha melesak keluar.

"Jangan habiskan tenagamu untuk meneran, aku akan membantu mendorong bayimu, kau tetap pertahankan kesadaranmu, Minato lakukan sesuatu agar Kushina tetap sadar." Perintah Mito sambil tetap berkonsentrasi pada tangannya yang diletakkan di atas perut besar sang adik. Peluhpun menetes dari pelipisnya.

"Sedikit lagi Mito.., aku sudah bisa melihat kepala kuningnya..." Teriak Tsunade kembali. Wajah calon nenek ini sedikit sumringah karena sudah dapat melihat kepala sang cucu yang dihiasi surai pirang yang terwariskan oleh putranya.

"Kau dengar itu sayang, Okaa-san bilang kepala Naruto sudah terlihat..." Bisik Minato di telinga sang istri.

Kushina membuka matanya yang terpejam karena kelelahan, ia hampir saja kehilangan kesadarannya. Jika sang suami tidak menepuk pelan pipi putihnya dan berujar jika kepala buah hatinya sudah terlihat.

"Hontou?" Tanya Kushina dengan suara parau yang terdengar lemah.

"Ya.., dan kau tahu, kata Okaa-san kepalanya kuning, dia punya rambut rambut kuning sepertiku..., dan pasti dia sangat tampan sepertiku.." Minato mengoceh panjang lebar agar sang istri tetap terjaga.

Kushina tersenyum tipis, "Akkkkhhhhhh...." Kushina menjerit kesakitan ia tersentak saat pergerakan dalam perutnya makin liar.

"Satu teranan lagi Kushia, satu teranan pelan saja, bayimu keluar." Ujar Mito yang terengah.

"Ngggghhhh" Kushina meneran pelan dengan sisa-sisa tenaganya dan...

"Oek...oek...oekk...oekkk" Tangis bayi lelaki yang berada dalam gendongan sang nenek pecah.

Jiraiya langsung masuk kedalam kamar sang putra saat mendengar tangisan pertama dari cucu pertamanya.

Dengan sangat lembut Tsunade merengkuh bayi laki-laki bersurai kuning yang telah di bersihkan dari lumuran darah dan bibalut selimut berwarna merah. Ia serahkan buntalan kecil berisi cucunya pada sang menantu. "Naruto sudah lahir..." Bisik Tsunade sambil mengelus lembut surai merah Kushina.

"Hei, nak..., akhirnya kita bertemu.." Sapa Kushina pada bayi merah yang baru saja keluar dari perutnya.

"Kami sudah lama menantikanmu..." Sambung Minato yang duduk disamping Kushina sambil menyentuh pipi gembul sang bayi dengan ujung telunjuknya. "Kushina terimakasih banyak..." Sambungnya sambil mengecup surai merah sang istri.

"Kau lihat itu, Tsuma kita sudah menjadi kakek nenek." Ujar Jiraiya yang duduk di hadapan sang putra pada sang istri yang duduk disampingnya.

"Kau benar, kita sudah tua.. khe..." Jawab Tsunade sambil terkekeh pelan padahal di sudut mata hazelnya menitikkan air mata.

"Nee-san.. kau mau kemana...?" Suara lemah Kushina menggema ketika manik violetnya mendapati sang kakak yang berdiri di depan shoji. Bersiap untuk keluar.

Mito tersenyum lembut dan mendekati sang adik. Tsunade berpindah. Memberikan tempatnya yang berada di samping kepala Kushina pada Mito.

"Hey... baka.... selamat ya kau sudah menjadi ibu sekarang..." Mito mengelus surai merah sang adik. "Tapi aku harus segera kembali ke puncak Fuji, pertapaan ku belum selesai, dan aku harus mengulangnya..."

"Maafkan aku, Mito-nee, semua ini karena ku.." Tanggap Kushina lirih.

Mito menggeleng. "Kau berkata seperti itu seperti kita orang lain saja." Senyuman tulus terpatri di wajah Mito, dan saat itu juga tubuhnya di lingkupi sinar keemasan. "Aku mohon pamit semuanya... setelah pertapaan ku selesai aku akan berkunjung lagi.." Tubuh Mito menghilang bersamaan dengan cahaya keemasan yang menyelimuti tubuhnya.

Keluarga Namikaze itu mengerti bahwa Mito kembali menuju rumahnya di puncak Fuji. Kini perhatian mereka kembali tertuju pada bayi mungil yang baru saja bergabung menjadi anggota keluarga termuda.

"Okaerinasai Namikaze Naruto." Gumam Jiraiya saat sang cucu berada dalam gendongannya.

Malam itu purnama penuh menghiasi langit. Naruto lahir tepat di malam kedua Tsukimi. Di desa kecil di kaki gunung Fuji. Di tengah keluarga yang sangat menyayanginya. Dia menjadi harapan baru bagi keluarga ini. Seorang bayi setengah kitsune pertama yang lahir dalam masa dinasti Heian. Seorang bayi yang kelak akan memikul beban penderitaan yang sangat berat........

oOo

"NARUTOOOOOOO!!!!!" Ibu muda dari bocah lelaki berusia tujuh tahun itu menjerit kencang dengan tangan yang memegangi kayu rotan.

Ia turun dari rokka rumah keluarga Namikaze. Berjalan menyusuri halaman sederhana itu. Mencari sang putra yang belum juga kembali kerumah, padahal hari sudah mulai senja. Oh ayolah ibu mana yang tak khawatir jika anaknya belum kembali kerumah disaat matahari sudah mulai menyembunyikan cahayanya.

Srekkk sreekkk

Telinga tajam Kushina mendengar suara mengendap-ngendap dari balik tubuhnya. Tidak salah lagi sudah dipastikan itu adalah putranya yang mengendap-endap masuk kerumah tanpa sepengetahuanny.

"Naruto.. Kau dimana...???" Kushina tetap berteriak sambil tersenyum seperti iblis, ia sudah tahu jika sang putra sedang mengendap di belakangnya, tapi dia memilih sedikit bermain sebelum menjewer telinga sang putra yang nakal itu.

Kushina membalikkan tubuhnya saat sang putra hendak menapakki tangga rokka. Oh ayolah dia adalah seorang Kitsune, mendeteksi keberadaan anaknya itu sangatlah mudah. Tapi hari ini dia ingin menikmati perannya sebagai ibu manusia normal.

"Okaerinasai... Namikaze Naruto..." Suara sang ibu yang manis di buat-buat membuat bulu kuduk Naruto berdiri. Oh ayolah, dia benar-benar takut ketika sang ibu marah. Tapi dia juga selalu melanggar perintah sang ibu untuk pulang bermain sebelum senja.

Patah-patah bocah pirang ini membalikan tubuhnya menghadap sang ibu yang kini tengah berkacak pinggang dengan kayu rotan di tangannya.

"Hehehe, Tadaima Okaa-chan....." Naruto tercengir lebar tanpa dosa sambil melambaikan tangan pada sang ibu yang sedang tersenyum mengerikan.

Kushina berkacak pinggang sambil berjalan pelan tapi pasti ke arah. "Anak bandel..., kau dari mana saja hah...!!, kau tau ini sudah sore tapi kau masih berkeliaran bermain di hutan.., kau mau dimakan oleh harimau hah!!!" Kushina menjewer telinga putra pirangnya.

"AMPUNNN OKAA-CHANN AMPUN..!!!" Naruto berteriak sambil memegangi telinganya yang di jewer sang ibu.

"Okaa-chan akan mengampunimu, tapi kau tidak boleh bermain dihutan selama satu minggu" Ancam Kushina sambil tetap menjewer telinga sang putra.

"Hueeeee, Okaa-chan kejam sekali mau mengurungku di rumah seperti anak perempuan saja, dattebayooo..." Rengek Naruto.

"Hey, anak nakal berani membantah Okaa-chan ya....rasakan ini.." Kushina mengencangkan jewerannya pada sang putra.

"Hueeee, Okaa-chaan, kejam..., Ojii-channnn.., tolong aku ttebayo..." Naruto berteriak kencang mencari bala bantuan sang kakek.

"Hey.. baka, kau mau mencari perlidungan kakekmu ya..., sayang sekali anak nakal dewa pelindungmu belum pulang dari ladang..." Kushina masih menjewer telinga putra semata wayangnya.

"Sudahlah, Kushina..., lepaskan saja dia... dia masih anak-anak..." Suara sang ayah mertua menyebar di telinga Kushina.

"Hah... itu dia bantuanmu sudah datang anak nakal..." Kushina pasrah dan melepaskan jewerannya pada sang putra. Karena jika tidak maka sang ayah mertua yang bernama Jiraiya itu akan mengomel padanya.

"Okaerinasai Ojii-chan....," Naruto berlarian menghampiri sang kakek dan..

Hup.

Jiraiya menangkap tubuh mungil cucunya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Katakan apa yang hari ini kau lakukan sampai membuat Okaa-chanmu marah.."

"Dia bermain hingga sore di hutan Otou-san, tentu saja aku marah." Sela Kushina sambil menghampiri sang ayah mertua.

"Hey... biarkan saja Kushina, Naruto kita ini adalah jagoan.., bukan begitu cucuku?" Jiraiya meletakkan tubuh Naruto di pundaknya.

Bocah pirang itu mengangguk cepat sambil tertawa kegirangan karena duduk di pundak sang kakek yang tinggi besar.

"Terus saja Otou-san dan Minato-kun membelanya, dia akan menjadi anak yang sulit diatur..." Gerutu Kushina sambil berjalan masuk kedalam rumah.

"Nee, Naruto ibumu jika marah sangat menakutkan bukan?" Tanya Jiraiya pada sang cucu.

...

"Kau sudah menemukan Naruto?" Tanya Tsunade ketika melihat menantunya masuk kedalam dapur dengan wajah masam.

Kushina mengangguk dengan bibirnya yang mengerucut. Dia duduk disebelah ibu mertuanya yang sedang memotong wortel.

"Biar ku tebak, kau menjewernya saat otou-sanmu kembali, dan dia membelanya?" Tanya Tsunade sambil terkekeh kecil.

Kushina menjawab pertanyaan ibu mertuanya dengan mengangguk cepat dengan wajah masamnya.

"Ya sudah..., kau lanjutkan saja memotong wortel ini," Ujar Tsunade sambil menyerahkan pisau kecilnya, dan beranjak menuju tungku yang sedang mengepul panas.

"Kushina.., apa Minato akan pulang untuk hanami matsuri besok...?" Tanya Tsunade sambil mengaduk sup di dalam tungku tersebut.

"Iya.. Okaa-san..." Jawab Kushina tanpa melepaskan perhatiannya dari wortel-wortel malang yang menjadi pelampiasan amarahnya.

Tsunade tersenyum simpul. "Kalau begitu malam ini Naruto tidur bersama ku dan Jiraiya saja." Ujar Tsunade sambil tersenyum jahil tanpa melihat sang menantu yang duduk bersila di belakangnya.

Kushina tertunduk malu, dan menghentikan kegiatan memotong wortelnya. Ia tahu, maksud ucapan sang ibu mertua, mereka ingin memberikan waktu berdua pada ia dan suaminya yang jarang dia jumpai.

Semenjak Minato diangkat sebagai menteri lima tahun yang lalu. Suami pirangnya itu sudah jarang pulang secara gaib seperti yang sering dilakukannya saat masih menjadi pegawai biasa.

oOo

Prangggggg

Guci mahal dari di nasti Tang Negeri China itu hancur berkeping-keping. "Shogun-sama.., apa yang terjadi..." Seorang dayang dengan lancangnya menerobos masuk keruang kerja sang jendral samurai.

Prangggggg

Satu lagi, pot tanaman dari tanah liat itu kini menjadi sasaran kemarahan sang penguasa Keshogunan. Untung saja sang dayang dengan cepat menghindar dari lemparan katana sang Shogun. Jika tidak tubuhnya lah yang hancur akibat lemparan katana sang Shogun.

"Kenapa kau tampak begitu marah Aniki.." Pria bersurai hitam pendek itu tampak takut memasuki ruang kerja sang Shogun yang berada dalam kompleks kantor pemerintahan di istana kekaisaran yang disebut chodo-in.

"Semenjak Namikaze sialan itu menjadi menteri, dia meringankan pajak pada petani dan menghapuskan pajak untuk keshogunan. Dan dengan sombongnya dia berkata bahwa pajak bukanlah urusan keshogunan, cih dia lupa bahwa beratus tahun keshogunan selalu mengendalikan pemerintahan dan kekaisaran."

"Kau tampak begitu kesal pada Namikaze sialan itu Aniki." Pria bernama Obito itu menepuk bahu sang kakak yang berdiri penuh emosi di depan jendela.

"Jangan sampai kau mati karena stress seperti Otou-sama karena tingkah sok pahlawan Namikaze sialan itu." Ucapan Obito itu membuat kilatan kemarahan pada pria yang sudah empat tahun ini menjadi Shogun, setelah kematian sang ayah Uchiha Madara.

"Hei.., kenapa kau menatap ku seperti itu Fugaku Onii-sama, dengar bila si Namikaze sialan itu terus kita tentang maka dia akan semakin melawan, bagaimana bila kita mengajaknya bergabung bersama kroni kita.."

Usulan sang adik itu membuat Fugaku tersenyum bak iblis. "Jika selama ini kita menjadikan dia musuh, maka kali ini dia akan kita ajak kedalam lingkaran uchiha..." Ujar Fugaku sambil menyeringai.

"Tawarkan saja dia beberapa hektar tanah di perbatasan selatan Kyoto, kudengar dia berasal dari desa, anak istri dan orang tuanya pun masih tinggal di desa, dia pasti akan senang jika diberi lahan untuk keluarganya dari desa berkebun didalam kota..." Saran Obito dengan liciknya.

"Kau benar-benar jenius adikku.." Timpal Fugaku diiringi senyuman penuh kemenangannya.

...

"Okaa-chan..." Naruto memanggil sang ibu yang sedang duduk di atas rokka samping rumah mereka.

Kushina tak menjawab. Ia berpura-pura marah karena perbuatan anaknya tadi sore. Padahal jauh dalam hatinya ia sudah memaafkan kesalahan putranya itu. Jika di pikir-pikir Naruto memang mewarisi suaminya secara fisik. Tapi jika soal kelakuan Kushina seperti melihat cerminan dirinya saat masih gadis.

"Apa Okaa-chan marah padaku..." Tanya Naruto sambil menarik bagian bahu komon hijau yang dipakai sang ibu.

"Pffftttt.." Kushina menahan tawa, lalu membawa sang putra kepangkuannya. "Kemari..." Ajak Kushina sambil menepuk pahanya.

Dengan takut-takut Naruto duduk dipangkuan sang ibu. "Okaa-chan, gomennasai..." Ujar Naruto pelan sambil memeluk ibunya.

"Anak nakal..." Kushina mengelus surai pirang sang putra. "Mana bisa Okaa-chan marah padamu lama-lama.."

"Yokatta.., Obaa-chan bilang aku membuat Okaa-chan marah, jadi malam ini aku harus tidur bersamanya dan Ojii-chan.., aku tak mau tidur dengan Ojii-chan dia suka mendengkur..."

"Tapi malam ini kau harus tidur bersama mereka nak..." Kushina menyentil pelan ujung hidung mancung putranya.

Bagaimanapun anak semata wayangnya ini harus tidur bersama mertuanya, karena dia dan suaminya akan melepas rindu malam ini. Kushina bahkan membohongi anaknya jika sang ayah akan pulang besok pagi.

Jika Naruto tahu bahwa ayahnya pulang malam ini. Bocah itu pasti tidak mau lepas dari Minato.

つづく
Tsudzuku

**************

Genkan : Koridor tempat penghuni rumah atau tamu masuk dan melepas sandal mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top