021. Legenda Rubah Emas -4-

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Minato and Kushina
Setting : Heian/Kamakura Periode
inspired by story of
White Snake Legend


Hashirama tersenyum simpul ia mengangkat satu telapak tangannya. "Berdirilah." Begitu titah sang putra mahkota terucap satu persatu orang-orang yang bersujud di hadapannya mulai bangkit dan duduk bersimpuh.

"Hei..., aku bilang berdiri, kenapa kalian malah bersimpuh di hadapanku? Aku ini bukan Kami-sama yang harus kalian sembah..." Protes Hashirama pada para rakyatnya itu.

Dalam budaya masyarakat Jepang kuno keturunan Kaisar memang dianggap sebagai keturunan langsung dari dewi matahari, atau dalam bahasa Jepang disebut Amaterasu-ōmikami (天照大神 or 天照大御). Tapi Hashirama jelas-jelas menolak anggapan itu. Baginya keturunan Kaisar adalah manusia biasa yang di percayakan untuk menjaga dan merawat daratan matahari terbit ini.

Semua orang yang duduk bersimpuh di hadapan Hashirama langsung menuruti perintah sang putra mahkota. Mereka berdiri tegak seperti semula.

Hashirama tersenyum hangat pada Mito, tanpa sungkan ia membungkukkan badannya di hadapan Mito. "Hontou ni gomennasai, aku benar-benar menyesal telah membuatmu kesal."

"Ku maafkan..." Jawab Mito lirih. Jujur dia merasa tidak enak karena telah menghardik seorang putra mahkota.

"Apa dia pangeran? Minato-kun?" Tanya Kushina setengah berbisik pada kekasihnya.

"Betul Kushina, dan Mito-nee sudah berbuat tidak sopan padanya, habislah aku..." Minato menundukkan wajahnya karena malu bukan main.

Hashirama tersenyum ketika onixnya menangkap sosok seseorang yang amat dia kenal. Hashirama berjalan sambil tersenyum menghampiri pria bersurai pirang yang tengah tertunduk.

Namikaze Minato, adalah adik sepupu dari Senju Hashirama. Jika di runut dari silsilah orang tua mereka, Minato lah yang seharusnya menjadi kakak sepupu, karena ibu Senju Tsunade yang sekarang telah menjadi Namikaze Tsunade adalah kakak dari Kaisar yang merupakan ayahanda dari Hashirama, Senju Tobirama.

Tapi jika dirunut menurut usia, Hashirama lah yang menjadi kakak sepupu karena dia lahir tiga tahun lebih dahulu dari pada Minato.

"Apa kabar Otou-to?" Bisik Hashirama sambil menepuk pelan bahu adik sepupunya ini.

Status Minato sebagai kerabat kerajaan memang dirahasiakan oleh keluarga kekaisaran. Bukan karena mereka dibuang. Tapi ini adalah permintaan dari Jiraiya dan Tsunade yang tidak mau terlibat dalam intrik politik istana.

Tapi walaupun begitu hubungan kekeluargaan mereka tetaplah erat. "Aku dan keluargaku baik-baik saja Onii-sama.." Bisik Minato.

Kushina dan Mito, jangan ditanya, mereka memasang lebar-lebar telinga rubah mereka yang memiliki kemampuan pendengaran sangat tajam.

'Kau dengar itu Mito-nee, Minato-kun memanggilnya Onii-sama..' Kushina bertelepati dengan sang kakak perempuan.

'Ya, Kushina aku mendengarnya dengan jelas.., mereka saudara.'

'Tunggu apa lagi ttebane, kau bisa menjeratnya sesuai perkataan mu dihutan tempo hari...fufufuufuuu'

oOo

Istana Heian atau yang dikenal dengan nama Daidairi (大内裏), adalah istana kekaisaran di ibu kota Jepang pada masa dinasti Heian. Istana ini dibangun dengan meniru perencanaan istana Chang'an dinasti Tang di China.

Daidairi terbagi menjadi tiga kompleks utama yaitu kompleks bangunan resmi Chōdō-in (朝堂院), kompleks bangunan resepsi Buraku-in (豊楽院), dan Istana Dalam (内裏 Dairi).

Chōdō-in adalah kompleks dimana terdapat kantor-kantor pemerintahan, kementrian, dan keShogunan. Kompleks ini pada acara tertentu bisa dimasuki oleh rakyat. Ditempat ini terdapat gedung besar yang bernama Daigokuden (Balai Istana) di gedung inilah berbagai acara yang melibatkan rakyat biasa dilaksanakan, seperti acara ujian seleksi pegawai pemerintahan.

Bangunan resepsi Buraku-in (豊楽院) merupakan kompleks istana dimana terdapat gedung besar yang menjadi tempat Upacara kenaikan tahta diadakan.

Di tempat ini pula, Kaisar Jepang memimpin rapat pagi hari mengenai urusan kenegaraan bersama para birokrat istana, menerima laporan bulanan dari para pejabat dan shogun, mengadakan perayaan Tahun Baru, menerima duta besar negara asing, dan tempat dilangsungkannya pesta pernikahan anggota keluarga Kaisar.

Dairi (内裏) adalah kompleks istana kediaman keluarga kaisar, yang terdiri dari kediaman kaisar serta paviliun untuk istri dan anak-anak kaisar serta pelayan pribadi anggota keluarga kekaisaran di dalam Istana ini terdapat kuil Shinto tempat kaisar melakukan upacara keagamaan.

Berbeda dengan Chōdō-in dan Buraku-in yang dibangun dengan arsitektur Cina, Dairi bergaya Jepang yang sederhana, namun masih dalam skala besar. Gaya arsitektur Dairi disebut yang umum dipakai di rumah-rumah dan vila para aristokrat pada zaman itu. Dinding bangunan dan atap dibuat dari kayu yang tidak dicat. Bangunan-bangunan dibuat seperti rumah panggung dan dihubungkan satu sama lainnya dengan laluan beratap atau beratap sebagian. Di antara gedung-gedung dan di sekitar laluan terdapat halaman berbatu-batu dan taman kecil

Di dalam Dairi terdapat paviliun 内裏 Jijūden yang berfungsi sebagai tempat tinggal kaisar. Permaisuri dan istri-istri resmi tinggal di paviliun yang diberi nama Kokiden (弘徽殿) yang merupakan bangunan terdekat dengan kediaman kaisar. Sementara anak-anak kaisar tinggal di paviliun yang bernama Reikeiden (麗景殿) .

Sementara para pelayan menempati bangunan-bangunan lain di bagian utara Dairi.

oOo

Tak pernah sedikitpun terlintas di benak Minato bahwa dia akan menginjakkan kakinya di Dairi. Ya, saat berusia dua belas tahun orang tuanya memang telah menjelaskan bahwa dia memiliki hubungan kekarabat dengan keluarga kekaisaran.

Tapi bisa masuk ke istana dalam kekaisaran Heian, bermimpipun dia tidak pernah. Hashirama yang begitu bahagia bertemu dengan saudara sepupunya, langsung menjamu mereka di paviliun Reikeiden. Seingatnya terakhir kali dia bertemu dengan Minato saat perayaan tahun baru yang diadakan lima tahun lalu di kompleks Buraku-in. Dimana Tobirama secara khusus mengadakan penyambutan pada Tsunade beserta suami dan putranya.

Dan itu adalah terakhir kalinya keluarga Namikaze datang ke istana Heian untuk memenuhi undangan kaisar. Karena setelah itu mereka memilih untuk sama sekali tidak terlibat lagi dalam kehidupan istana.

Decak kagum, dan pandangan antusias tak henti-hentinya dilakukan Kushina. Tentu saja, beratus-ratus tahun tinggal di puncak Fuji. Membuatnya tak pernah melihat kemegahan istana yang terpampang dihadapannya.

Sementara Mito, sepertinya aura seorang permaisurinya telah tampak pada dirinya. Ia berjalan santai di belakang Hashirama dengan kepala yang di tegakkan dan punggung yang membusung.

Berkali-kali Hashirama berdecak kagum dengan keanggunan Mito. Dia bahkan terlalu sering melempar senyum pada sulung Kitsune betina ini, tapi Mito, dia hanya tersenyum tipis menanggapi cengiran lebar sang putra mahkota, yang baginya sama seperti cengiran sang adik.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan pangeran itu..." Bisik Kushina pada kekasihnya.

"Nanti akan ku jelaskan setelah kembali ke desa..." Jawab Minato dengan berbisik pula.

...

Suara gemericik air dari pancuran bambu yang terdapat pada kolam ikan koi di paviliun Reikeiden. Membuat tiga orang tamu sang putra mahkota terhayut dalam suasana tenang di dalam zashiki*) mewah itu.

Obrolan ringan antara dua orang sepupu itu menjadi satu-satunya suara manusia yang bisa di dengar di ruangan itu. Mito dan Kushina hanya bisa menjadi pendengar yang baik.

"Jadi...? Apa yang membuat otouto tampan ku ini sudi menginjakkan kaki di Daidairi." Tanya Hashirama sambil tersenyum simpul dan menegak sepoci cawanya.

Minato hanya tersenyum dan menunduk. Tapi Hashirama cukup kenal dengan adik sepupunya ini. Ia menghabiskan sebagian masa kecilnya di desa kaki gunung Fuji di rumah sang bibi. Dan keadaan itu tentu membuatnya cukup mengenal sifat Minato yang tak mau menyusahkan orang lain.

"Kau ikut ujian pegawai kekaisaran?" Tebakkan jitu dari Hashirama dan di jawab dengan anggukkan dan senyum tipis dari Minato.

"Khekhe..., ternyata kau sama seperti dulu... selalu tak ingin menyusahkan orang lain..." Hashirama tertawa melihat sifat sang adik sepupu yang tak pernah berubah.

"Kau tak perlu khawatir.., aku tak akan memberi tahu apapun pada Tou-sama..." Ucapan Hashirama itu seolah angin segar bagi Minato.

Sungguh dia sama sekali tidak ingin ada campur tangan keluarga kekaisaran dalam ujiannya kali ini. Dia ingin mencapai keiinginnannya dengan kemampuannya sendiri.

"Nee-san..., kenapa lama sekali makanannya datang..?" Tanya Kushina yang tak sabaran menunggu hidangan yang akan di sajikan.

Minato dan Hashirama terkikik mendengar ucapan polos Kushina yang memang sudah kelaparan. Sementara Mito lebih memilih menyikut pinggang sang adik yang bertampang tanpa dosa ini.

"Nah itu dia makanannya dattebaneeeee," Teriak Kushina kegirangan saat para dayang paviliun Reikeiden masuk kedalam zanshiki dengan nampan-nampan berisi hidangan lezat.

Plak

Mito memukul halus tangan nakal Kushina yang mencoba mencubit bebek peking yang baru saja tersaji di tengah-tengah meja bundar rendah itu. Mendahului sang tuan rumah.

Manik kelabu Mito melotot ke violet Kushina. Seolah berkata 'Jaga sikapmu', sementara sang adik malah menjulurkan lidahnya mengejek sang kakak.

"Tak apa Uzumaki-san, biarkan saja adikmu menikmati hidangan ini." Hashirama tersenyum hangat dan menatap ke arah Kushina, ia mengangguk seolah memberi persetujuan bahwa kitsune bungsu itu boleh makan mendahului dirinya.

Mito hanya bisa menghela nafas karena kesal. Ia putuskan membelah sumpit yang terletak di samping mangkok marmer berisi nasi miliknya, diikuti oleh Hashirama.

Sementara Minato yang melihat Kushina yang ingin mencubit langsung daging bebek yang di masak ala Peking itu. Ia putuskan untuk membantu Kushina.

Tangan Minato terulur. Menahan tangan Kushina yang ingin mencubit daging bebek itu. "Biar aku saja yang ambilkan..." Ujar Minato lembut.

Dengan sangat telaten suapan demi suapan nasi dengan lauk potongan bebek peking itu masuk kedalam mulut Kushina dengan sangat lembut oleh sang kekasih.

'Kau harus belajar memakai sumpit setelah ini Kushina, kau tidak mau Minato curigakan kalau kau bukan manusia' Mito berbicara melalui telepati dengan adiknya ini. Sementara dia sendiri menyumpitkan sesuap nasi dengan lauk daging ayam yang dimasak bersama jahe.

'Kau yang curang Mito-nee, belajar hidup seperti manusia saat aku sedang bertapa.' Jawab Kushina dalam telepatinya sambil menikmati tiap suapan dari sang kekasih.

oOo

Purnama terbentuk sempurna, tebaran bintang menghiasi kelamnya langit Kyoto di penutup musim panas malam itu. Kyoto, ibu kota Jepang di masa Heian itu menampakkan geliatnya ketika sang surya menyembunyikan cahaya.

Tepian sungai Kamogawa malam ini di padati oleh ratusan rakyat Heian yang sengaja bertandang ke ibu kota. Hanabi Matsuri, festival kembang api di akhir musim panas adalah jawaban mengapa Kyoto yang pada dasarnya sudah mengundang keramaian, malam itu tampak lebih ramai.

Sepasang manusia, ah tidak, karena sang wanita adalah jelmaan siluman rubah berekor sembilan. Minato dan Kushina, sepasang kekasih berbeda alam ini saling berangkulan, duduk dihamparan rumput hijau tepian sungai jernih yang memisahkan dua kuil yang kelak akan menjadi situs berharga di Jepang. Kamigamo dan Shinogamo.

Haori dan hakama coklat yang di kenakan Minato, sungguh sangat serasi dengan Yukata kuning bermotif daun momiji kemerahan yang sewarna dengan rambut Kushina.

"Kapan... kembang apinya akan muncul Minato-kun...?" Rengek Kushina sambil menarik ujung lengan kimono sang kekasih.

Pria bersurai kuning itu melemparkan senyum hangat pada sang kekasih. "Sabarlah sebentar Kushina.., kita tunggu putra mahkota yang akan melepaskan kembang api pertama ke langit."

"Apa saudaramu yang menyukai Mito-nee itu..." Tanya Kushina polos sambil memiringkan kepalanya.

"Dia memang terlihat menyukai Mito-nee, tapi ku rasa dia sudah di pilihkan oleh orang tuanya seorang tuan putri yang cantik." Jawab Minato sambil menerawang.

Beberapa kali melihat tatapan sang putra mahkota yang merupakan sepupunya itu, kepada calon kakak iparnya, cukup membuat otak jenius Minato mengetahui bahwa Hashirama menaruh hati pada Mito.

Tapi ia juga tak bisa melupakan, bahwa, Hashirama adalah calon penerus tahta Kekaisaran yang memimpin dinasti Heian. Dia tidak bisa dengan leluasa menentukan pilihannya sendiri.

"Apa Nee-san ku itu tidak cantik, ttebane?" Kushina kembali mengungkapkan rasa penasarannya.

Minato menarik nafas. Ia tersenyum lembut pada sang kekasih. "Hashirama-nii berbeda dengan ku, dia tidak bisa memilih dengan siapa dia harus menghabiskan sisa hidupnya." Jelas Minato lembut sambil mengecup kening Kushina.

"Karena dia pangeran..." Kushina tertunduk dengan wajahnya yang murung.

"Hey...." Minato menarik dagu Kushina dan menatap manik violetnya denga safir biru samudranya. "Kau tak perlu sedih..., Mito-nee gadis yang cantik. Dia pasti mendapatkan pria yang lebih baik lagi dari Hashirama-nii, lagi pula.., Hashirama-nii itu punya kebiasaan yang buruk...?" Minato menampakkan senyuman jahilnya dihadapan sang kekasih.

"Hontou????" Kushina kembali memiringkan kepalanya saat sedang bertanya, dan Minato sangat menyukai itu.

"Kemari..." Minato menyuruh Kushina mendekat padanya. Dan berbisik tepat di telinga mungil Kushina. "Hashirama-nii itu kalau tidur dia suka mendengkur..." Bisik Minato sangat pelan.

"Buahahahahahahhaha" Kushina tertawa lepas sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa kerasnya.

Minato tersenyum tipis melihat tawa bahagia dari sang kekasih. Ada rasa hangat yang menyusup di dalam hatinya.

"Kau pandai sekali membuatku tertawa ttebane..." Ujar Kushina sambil menghapus setitik air mata di sudut matanya karena terlalu banyak tertawa.

"Apapun akan ku lakukan asal bisa melihat tawa bahagia mu itu Kushina..."

"Fufufufu, Namikaze Minato sudah pandai merayu rupanya..." Kushina memicingkan satu matanya menggodanya di hadapan sang kekasih.

"Jangan menggodaku seperti itu..., atau kau mau aku menciumu seperti tadi siang..."

Kushina tertunduk malu dengan wajah memerah saat Minato mengingatkan kejadian dimana mereka berciuman di depan umum. "Aku akan membeli minuman..., kau tunggu saja disini..." Kushina mengalihkan pembicaraan untuk menutupi rasa malunya.

"Benar? tak mau ku temani?" Minato memastikan. Karena ia tahu bahwa Kushina baru pertama kali menginjakkan kakinya di Kyoto.

"Aku hanya pergi ke stan Anata...., kau tak perlu mengkhawatirkan ku seperti itu...." Jawab Kushina sambil mengibaskan-ngibaskan tangannya.

Minato mengambil beberapa kepingan perak dari obi Hakamanya. "Belilah apa yang kau sukai..." Ujar Minato sambil tersenyum hangat pada sang kekasih, lalu menyerahkan beberapa kepingan perak itu.

oOo

Dua tangan Kushina sudah memegangi dua cangkir ocha dingin untuk dirinya dan sang kekasih. Tapi violetnya tiba-tiba berbelalak saat melihat rombongan keluarga kekaisaran yang menuju tepian sungai Kamogawa.

Dan keberadaan Mito yang berjalan di samping sang putra mahkota membuat Kushina mempercepat langkahnya. Setelah jamuan makan siang dipaviliun Reikeiden tadi siang Minato, Kushina dan Mito memang diminta beristirahat di sana oleh sang putra mahkota.

Namun menjelang sore saat Kushina mengajak kakaknya untuk pergi ketepian sungai Kamogawa bersama sang kekasih. Hashirama memohon pada Kushina agar di perbolehkan mengajak Mito untuk mendampinginya bersama dengan keluarga kekaisaran menuju tepian sungai Kamogawa

Kushina berlarian mengejar Mito sambil meneriaki nama sang kakak. Tapi suara bising musik meriah yang sedang di mainkan membuat Mito sama sekali tidak mendengar suara panggilan Kushina yang melengking itu.

Brukk.

Tanpa sengaja Kushina menabrak seorang pria yang melintas dihadapannya. Pria bertubuh tegap dengan surai raven dan onix hitamnya yang menyala.

"Gomennasai...." Kushina membungkuk meminta maaf pada sang pria. Bukan hanya menabrak sang pria. Kushina bahkan mengotori Haori hitam mahal sang pria dengan ocha yang di bawanya tadi.

Onix itu menatap nakal tubuh molek Kushina yang terbalut yukata kuning. Walaupun tubuh Kushina tertutup rapat. Tapi mata bajingan pria itu tetap menatap penuh nafsu tubuh kitsune betina ini.

Pria itu menjilat ujung bibirnya, dan menyeringai bak iblis. Ia mendekati Kushina,menggenggam lengan Kushina hingga gadis Kitsune itu kembali bediri tegak dan mengenduskan penciumannya di leher Kushina.

Kushina yang merasa tak nyaman memundurkan beberapa langkahnya. Ia curiga dengan pria beriris onix dihadapnnya ini. "Ah sudah lupakan saja, ngomong-ngomong, kau sendirian nona?" Tanya pria bermata onix itu dengan senyuman bak iblisnya.

"Kushina...." Belum sempat Kushina menjawab pertanyaan pria itu, suara sang kekasih yang menyerukan namanya membuat hatinya merasa lega. Ia tak mengerti kenapa ia tak bisa berkutik di hadapan pria beriris onix tersebut.

Minato yang merasa Kushina terlalu lama hanya untuk membeli minuman dan makanan memutuskan untuk mencari Kushina karena rasa khawatirnya pada sang kekasih.

"Kushina..., apa yang terjadi?" Belum memdengarkan jawaban sang kekasih safir biru Minato teralih pada sesosok tubuh tegap yang berdiri di hadapan sang kekasih.

Dan pandangan Minato teralih kebagian dada Haori hitam pria itu yang basah, lalu ke tangan Kushina yang memengang gelas kosong. Dan terakhir Minato melirik lempengan perak berbentuk kipas yang tergantung di obi hakama pria itu.

"Hontou ni gomennasai Uchiha-sama" Minato membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat. Memberi hormat pada pria yang berasal dari keluarga klan penguasa Keshogunan kamakura bafuku.

"Berdirilah..." Jawab pria itu congkak. "Kali ini kumaafkan karena yang menabrakku adalah seorang gadis cantik." Pria bermata onix itu berlalu sambil menatap Kushina dengan pandangan yang menjijikkan.

"Obito..." Pria bermata onix itu kini beralih ke asal suara yang menyerukan namanya.

Seorang pria dari klan Uchiha yang mengenakan Haori dan Hakama hijau tua, "Kau kemana saja, keluarga kaisar sudah tiba untuk membuka festival. Otou-sama mencarimu kemana-mana." Ujar pria itu dengan nada santai.

Pria bermata Onix dengan nama Uchiha Obito itu mendekatkan mulutnya ke telinga sang kakak. "Kau tau Fugaku-nii, aku baru saja mencium hawa kitsune betina dari seorang gadis yang berada di festival ini. Kitsune betina yang masih perawan."

Pria bernama Fugaku itu tersenyum bagai iblis saat mendengar bisikan iblis sang adik. Obito mengarahkan telunjuknya pada Kushina yang sedang berjalan berdampingan dengan Minato. Onix hitam Fugaku teralih pada gadis berambut merah yang sedang berjalan bertautan dengan pria bersurai kuning.

"Kau belum puas dengan ratusan Kitsune betina yang kau setubuhi khe..?" Tanya Fugaku dingin.

"Tak perlu munafik nii-sama, bukankah aku selalu mengajak kalian untuk menikmati tubuh para kitsune betina itu. Lagi pula bercinta dengan para rubah itu membuat kekuatanku semakin bertambah" Obito menggenggam tangannya sendiri di hadapan sang kakak.

"Lakukan yang kau mau, tapi jangan lupa berbagi dengan Uchiha yang lain." Onix Fugaku tak kalah nyalangnya menatap tubuh sintal Kushina. Sekalipun gadis itu memakai pakaian tertutup rapat.

つづく
Tsudzuku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top