002. Malam Pembantaian

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

🍂🍂🍂

Mito berjalan anggun dengan senyum licik yang terukir di bibir tipis nan menawannya, ia menghampiri Hinata yang tengah berlutut di bawah tudingan katana. Dengan sangat gemulai tangan putih sang permaisuri rubah itu terulur meraba area leher putih sang Murashakiro no Hime yang tak tertutupi apapun.

Gadis Hyuuga itu memejamkan rapat matanya saat tangan dingin nan halus sang permaisuri menyusuri area lehernya hingga ke tengkuk, dan dalam sekejap kelopak mata putihnya terbelalak, iris bulat ungu pucatnya membuat seketika saat rasa sakit menyerang bagian tengkuknya. Mito dengan gerakan sangat cepat menotok peredaran darah Hinata, matanya terbuka lebar namun tubuh dan suaranya membatu.

"SIALAN, APA YANG KAU LAKUKAN?!" Neji, putera sulung Hiashi itu sontak berteriak lantang saat melihat apa yang dilakukan sang permaisuri pada adik kesayangannya. Ia tidak sedikit pun takut walau kepalanya sekarang sedang diinjak oleh samurai berkulit pucat bermarga Shimura itu, Sai mengeratkan injakkan kakinya pada kepala Neji, ketika ia berteriak.

Bukan tanpa alasan, Mito sengaja menotok area peredaran darah di sekitar kepala Hinata membuatnya tidak bisa memalingkan pandangannya dari pembataian pada klannya yang akan terjadi sebentar lagi. Ini semua dilakukan Mito atas permintaan keponakan tersayangnya, Naruto menginginkan putri kesayangan klan Hyuuga ini menyaksikan apa yang dia saksikan saat keluarganya dibantai.

Naruto menginginkan penyiksaan batin yang dirasakan Minato menyaksikan keluarganya dibantai sebelum dihukum mati, juga dirasakan oleh Hiashi.

"Semua tuduhan itu palsu, klan kami tidak pernah merencanakan pemberontakkan!" Hiashi benar-benar tidak terima atas tuduhan palsu yang di arahkan padanya.

Dulu ia memang pernah memihak Uchiha untuk menumbangkan klan Senju yang menguasai kekaisaran. Tapi semenjak Mito menawarkan kerjasama untuk menumbangkan keshogunnan yang dipegang Uchiha, kini Hyuuga sudah berpihak sepenuhnya pada kekaisaran.

"Kau yakin Hiashi-sama, kau tak punya kesalahan lain? Memberikan tuduhan palsu pada seseorang, misalnya?" Naruto bertanya pada orang yang beberapa jam lalu menjadi calon mertuanya ini dengan nada meremehkan.

Naruto menjentikkan jarinya. Seketika semua orang yang berada zashiki itu diam mematung hilang kesadaran, dengan kepala yang tertunduk. Kecuali dirinya Hiashi dan Mito.

"Kau mengenalku sebagai Uzumaki Naruto, bukan, Hiashi-sama?" Suara Naruto terdengar bergetar, sambil sedikit menusuk kulit leher Hiashi dengan ujung katana-nya sehingga membuat luka yang mengalirkan sedikit darah.

"Kau mengenalku sebagai Uzumaki Naruto, keponakan Kogo-sama yang menjabat sebagai seorang Shogun. Perhatikan wajahku baik-baik!" Naruto mendekatkan wajahnya pada mata bulan Hiashi.

"Kau ingat mata biru ini? Aku Namikaze Naruto, putera Namikaze Minato yang keluarganya kau dan para Uchiha busuk bantai itu untuk melenyapkan menteri bersih yang tidak mau berkomplot dengan kalian!!!!" Teriakkan yang ia suarakan membuat wajah tannya memerah, Naruto ia terengah, dadanya dipenuhi dengan luapan dendam yang ia simpan bertahun-tahun.

"Ayahku melaporkan kematian istrinya yang diperkosa anggota keluarga Uchiha dengan keji itu padamu," tatapan biru samudera itu menerawang pada langit-langit istana Hyuuga, rekaman kejadian yang memporak porandakan kehidupannya kini kembali berputar di otaknya. "Tapi kau dan para Uchiha busuk itu menuduh balik klan Namikaze dengan tuduhan menyimpan siluman sebagai senjata untuk memberontak." Air bening mengalir dari safir biru itu. Percayalah, jika Hinata tidak dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh sihir Mito, mungkin ia akan berlari kepelukan Naruto saat mengetahui kebusukkan ayah dan klannya.

Menghapus air mata di pipi tannya dengan kasar, Naruto kembali tersenyum dengan penuh dendam, ia menarik katana yang ujungnya bertengger di leher Hiashi, lalu dengan secepat kilat tangan sewarna madu itu mencekik leher keriput pucat mantan calon mertuanya. "Katakan apa ibuku pernah menggaggu kalian walau dia siluman?!!!!" Teriakan sang Jenderal seketika menggema hingga rumah kayu itu bergetar. Tak ada seorangpun di ruangan itu yang dapat mendengarnya, kecuali Naruto dan Mito

Mito sengaja menghilangkan kesadaran semua orang di rumah itu agar mereka tak bisa mendengar dan mengetahui asal usul klan Uzumaki yang menguasai ke kaisaran.

Naruto mendecih singkat, menjeda teriakannya. "Apa dia pernah mengusik kehidupan rakyat?!" Belum juga selesai, nampaknya Naruto belum puas meluapkan rasa dendam yang meliputi hatinya. "Dia hanya korban pemerkosaan seorang para Uchiha penjinak siluman." Suaranya kembali merendah saat ingatan bagaimana sang ibu meregang nyawa di hadapannya, kembali terlintas. "Apa karena ibuku siluman dia boleh mati dengan hina seperti itu, hah?!!!!! Teriakan Naruto kian kencang, kali ini ia lakukan di hadapan wajah Hiashi.

"Dan saat ayahku memohon keadilan padamu," suaranya bergetar menyendu, ingatan Naruto menerawang pada kejadian dimana keluarganya dibantai, "kau jatuhkan hukuman pembantaian padanya. Saat itu aku di sembunyikan oleh nenekku, Senju Tsunade di dalam oshiire*). Aku bisa melihat dari celah pintu oshire itu, kalian mencekoki nenekku dengan racun mematikan tanpa peduli kalau dia adalah kakak perempuan Kaisar Tobirama yang bekuasa saat itu!!!!" Naruto menarik kerah montsuki kebesaran Hiashi.

Pria paruh baya itu hanya memejamkan matanya mengingat setiap dosa masa lalunya.

"Dengan jelas aku melihat kakekku Namikaze Jiraiya kalian jerat lehernya sampai dia kehabisan nafas," Naruto masih belum puas mengeluarkan semua beban di dadanya yang selama ini ia tanggung, semakin dekat, tepat di hadapan wajah Hiashi ia kembali berbicara menusuk. "Dan terakhir kalian menyeret ayahku ke penjara setelah menyiksanya!" Nafas Naruto terengah-engah saat menceritakan ulang rekaman kejadian yang dia alami, Mito menghampiri keponakan kesayangannya itu dan menepuk punggungnya, mengisyaratkan untuk menghentikan ceritanya. Ia tahu Naruto tersiksa saat cerita kelam itu kembali diungkap, Mito tahu betapa tersiksanya Naruto kala itu.

Naruto tak menggubris isyarat sang bibi, ia menepis pelan tangan putih Mito, dan menunduk, mengorek kembali kenangan masa lalu yang telah menghancurkan hidup dan kepercayaannya. "Otou-sanku diarak menuju balai ibu kota dengan hinanya sambil dilempari batu oleh rakyat karena tuduhan palsu kalian. Hari ini akan ku lakukan hal yang sama padamu, aku akan bantai keluargamu di depan matamu dan putri kesayangan mu itu!" Mata Naruto menatap nyalang kearah Hinata yang hanya terdiam karna kesadarannya hilang. "Aku akan membuatmu mati dengan tidak tenang, karena..." Naruto mengantung kalimat sejenak.

"Aku akan menjadikannya putri sulungmu koleksi Geishaku dan putri kecilmu itu akan kujadikan budak di pertambangan."

Hiashi terdiam dengan mata terbelalak mendengar kalimat Naruto yang terakhir, dia sangat tahu kebiasaan Naruto bermain dengan para geishanya. Salah satu alasannya menerima lamaran Naruto karena ia berharap Hinata dijadikan istri resmi seorang Shogun, bukan dijadikan mainan pemuas nafsu birahinya.

Naruto menjetikkan lagi jarinya dan semua orang di zashiki itu memperoleh kesadarannya.

"Bantai mereka...!" Perintah Naruto tenang, "Kecuali Hyuuga Neji ikat dia dan bakar bersama dengan istana ini, aku ingin melihat pangeran Hyuuga sombong ini mati terpanggang!"

Hiashi dan Neji memejamkan matanya saat satu persatu anggota klan mereka ditebas dengan katana, Hanabi hanya dapat menangis meraung-raung, berteriak berkali-kali menyumpahi Naruto dan para Samurainya. Sementara Hinata, air mata kian banyak jatuh dari permata lavendernya saat melihat keadaan memilukan anggota klannya. Matanya tidak bisa dipejamkan saat melihat satu persatu anggota klannya ditebas oleh katana karena dirinya masih dalam pengaruh totokan Mito.

Tak butuh waktu lama, semua pria anggota klan Hyuuga telah kehilangan nyawanya tanpa belas kasihan oleh para samurai di bawah perintah Shogun mereka. Kini inggal Hiashi, Hanabi, Hinata dan Neji yang tersisa.

Para samurai itu melanjutkan tugas mereka, mengikat tubuh sulung Hyuuga itu di tiang penyangga rumah. Lalu keluar dengan menyeret Hanabi, Hiashi dan Hinata. Meninggalkan Neji yang tak sadarkan diri akibat pukulan Sai bersama mayat para anggota klan Hyuuga yang lain.

Istana klan Hyuuga itu mulai disirami minyak tanah, dengan penuh kemenangan Naruto melempar obor tepat ke bagian depan rumah, sementara Hanabi meraung-raung sambil diseret beberapa samurai menuju wilayah pertambangan.

Naruto memalingkan pandangannya dari kobaran api yang melahap istana klan yang menguasai Majelis Hukum Heian itu, menatap penuh kemenangan pada Hiashi yang tengah dipaksa berlutut dan tangannya diikat kebagian belakang kereta kencana yang akan dinaiki Mito, Naruto dan Hinata.

Sementara Hinata, air matanya meleleh melihat rumahnya dibakar bersama dengan kakak sulung tercintanya, adiknya yang diseret dengan hina dan ayahnya yang berlutut dan diikat. Ia tak dapat memejamkan matanya, orang yang ia cintai telah memaksanya melihat pembantaian keluarganya yang tak ia ketahui alasannya.

Setelah memastikan Hiashi siap terseret oleh keretanya, Naruto menghampiri Hinata, lalu dengan cepat merebut tubuh Hinata dari cengkraman para samurainya dan menggendongnya menaiki kereta kencana. Hinata yang masih dalam pengaruh totokkan Mito hanya terdiam dan melelehkan air mata, saat sang ayah akan terseret bersamaan dengan berjalannya kereta kencana yang akan didudukinya dengan nyaman.

Kereta kencana itu melaju dengan kencang, tubuh Hyuuga Hiashi terseret bersama dengan jalannya kereta itu, sementara sang putri yang masih ditotok duduk nyaman di dalam kereta kencana bersama permaisuri dan Jenderal para samurai.

"Bagaimana Hime, kau merasa bahagia sekarang?" Tanya Naruto sambil tersenyum iblis, tangan tannya membelai pipi seputih susu Hinata yang terkena cipratan darah seorang pelayan setianya yang ditebas para samurai di hadapannya.

Sungguh lebih baik Hinata di jadikan budak seperti Hanabi atau dibakar hidup-hidup seperti Neji, dari pada duduk nyaman disini sementara ayahnya terseret berasama kereta yang ia duduki dengan nyaman. Hukuman yang Naruto berikan padanya jauh lebih buruk dari pada menjadi budak atau hukuman mati.

つづく

Tsudzuku

----------------------------------------------

Info :

Oshiire : Lemari besar berpintu geser tempat menyimpan barang-barang yang menempel pada dinding

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top