02.

Pernahkah membayangkan situasi ketika dirimu ditempatkan disebuah keramaian, namun tak ada yang sadar akan eksitensimu? Berusaha untuk berinteraksi, namun tak ada reaksi. Berada dalam hiruk-piruk manusia, namun tetap berteman dengan kesendirian.

Atau pernahkah merasakan sakitnya terlupakan? Dimana tidak satu orang pun mengingat akan keberadaan dirimu?

Itulah yang dirasakan Roronoa Zoro. Mungkin lebih buruk.

Zoro membenci hujan. Sangat.

Ketika perlahan tetesan itu jatuh dari bumantara kelabu, menyerbu tanah subur bumi, Roronoa Zoro akan terlupakan. Bagai hilang tak pernah ada. Hingga batas waktu berakhir, saat hujan berikutnya datang. Semua akan kembali mengingat dirinya, seolah tidak terjadi apapun. Dan akan terulang, terulang, terulang tak tau sampai kapan.

Entah apa penyebabnya hingga semesta memberikannya hukuman seperti itu. Jikalau dikata aneh, memang begitu adanya.

Namun nyatanya, ia tidak benar-benar menghilang. Zoro hanya terperangkap seakan dalam sebuah kaca, dimana ia masih bisa melihat dunia, namun dunia yang tak bisa melihatnya.

Sungguh melelahkan dan membuat sesak dada, bukan?

Tapi semesta alam berpalamarta, Zoro menemukan tautan hatinya. Kulit sebening kristal berkilaukan dibawah penguasa siang, curva melengkung elok memikat mata, manik (e/c) pembawa keteduhan. (Full name), nama ayunya.

Bersua dalam takdir yang mengikat keduanya. Saling menaut kasih dengan janji yang selalu mereka genggam.

"(Name)," panggil sang tuan di suatu malam. Kala itu langit penuh permata. Seakan ditumpahkan membentuk berbagai konstelasi. Memanjakan siapapun yang memandang.

"Bagaimana jika hujan turun malam ini, lalu setelahnya hujan tidak turun lagi dalam jangka waktu yang lama?"

Puan menoleh, menatap bingung lawan bicara, "Lalu?"

"Apa maksudnya 'lalu'? Kau tau sendiri, itu artinya kau akan melupakanku sangat lama. Apa yang akan kau lakukan?"

Kekehan keluar dari bibir (Full name), "Yang akan kulakukan? Menjalani hidup seperti biasanya. Apa lagi?"

"Tanpa mengingatku sama sekali?"

"Mau aku mengingatmu atau melupakanmu, tidak ada yang berubah, marimo. Aku masih akan tetap mencintaimu, kok."

"Tolong jangan berkata seperti itu. Menggelikan."

"Ahaha, kau malu ya?"

"Tidak ada yang malu."

"Tuan marimo ini menggemaskan sekali."

"Hei nona, siapa yang kau bilang menggemaskan?"

"Kekasihku, Roronoa Zoro."

"Sialan."

Tawa renyah kembali menggema. Hilang dibawa desau angin. "Aku bisa menjamin janjiku, Zoro."

Sang pria tersenyum tipis, lantas mengecup singkat dahi si manis. "Baiklah, ku pegang perkataanmu itu, stupid brat."

***

To be continued
11 september 2022
361 words

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top