【6/6】

Setiap hari setelah pulang sekolah (y/n) datang menjenguk Mitsuya di Rumah Sakit. Sudah hampir dua bulan sejak Mitsuya pertama kali dilarikan ke Rumah Sakit untuk dirawat, namun hingga saat ini ia tak kunjung sembuh juga. Sejujurnya (y/n) juga merasa agak aneh dengan hal ini. Namun ia harus selalu terlihat gembira agar Mitsuya bisa cepat pulih dan bisa beraktivitas lagi seperti semula.

***

(Y/n) baru ingat bahwa hari ini adalah hari valentine. Ia berniat untuk membelikan Mitsuya coklat. Sebelum pergi ke rumah sakit, ia pun mengunjungi sebuah toko coklat.

Di sana, (y/n) memilih-milih coklat yang pas untuk Mitsuya.

Lalu matanya tertuju pada sebuah kotak yang berisi 6 buah coklat berwarna merah mudah, coklat dan putih.

Lucu sekali! Aku yakin Mitsuya pasti akan senang, gumamnya.

Tanpa berfikir panjang, ia langsung membelinya dan langsung meluncur menuju Rumah Sakit.

***

(Y/n) berjalan di lorong rumah sakit sambil membawa sebuah goody bag berwarna merah yang berisi coklat yang telah ia beli di toko coklat tadi. Ia sudah tidak sabar ingin segera memberikan cokalt tersebut kepada Mitsuya.

Dari kejauhan, ia melihat seorang dokter yang baru saja keluar dari kamar rawat inap Mitsuya.

Kurasa timing-nya tepat. Kalau Mitsuya sudah melakukan pemeriksaan rutin, aku tidak akan membuat dokter yang memeriksanya terganggu, gumam (y/n). Lalu ia mempercepat langkah kakinya menuju kamar Mitsuya.

Tok...tok...

(Y/n) mengetuk pintu kamar Mitsuya perlahan.

"Mitsuya!"

(Y/n) pun kembali mengetuk pintu.

Namun tidak seperti biasanya, tidak ada sahutan apapun dari Mitsuya.

Apa ia sedang tidur?, pikir (y/n).

"..."

Mungkin tidak mengapa bila aku masuk saja.

Ckrek!

(Y/n) membuka pintu kamar dengan perlahan.

Seperti biasa, Mitsuya sedang duduk diatas kasur rumah sakit sambil menoleh kearah jendela.

"Mitsuya... Kukira kau sedang tidur" ucap (y/n) sambil tersenyum.

Namun Mitsuya tidak menoleh kearahnya.

"Mitsuya, apa kau mendengarku?" tanya (y/n) sambil berjalan mendekati Mitsuya. Ia merasa sikap Mitsuya agak aneh dari biasanya.

"Pergilah..." ucap Mitsuya pelan.

"Eh?"

Spontan, (y/n) pun menghentikan langkah kakinya.

"Tinggalkan aku sendiri. Aku tidak mau bertemu lagi denganmu"

Deg!

Sejujurnya, (y/n) benar-benar terkejut dengan perkataan Mitsuya tersebut. Namun, karena hari ini hari valentine, ia mengira bahwa Mitsuya hanya ingin mengerjainya saja.

Sehingga, (y/n) berjalan mendekati Mitsuya dan langsung menyerahkan goody bag yang berisi coklat tadi.

Mitsuya melirik sedikit kearah goody bag tersebut.

"Selamat valentine, Mitsuya!" seru (y/n) sambil tersenyum.

Tetapi,

Bukannya merasa senang karena (y/n) memberikannya coklat valentine,

Ekspresi wajah Mitsuya malah terlihat sangat marah. Seakan-akan ia seperti tidak menyukai sikap yang dilakukan (y/n). Ia juga melirik tidak suka terhadap goody bag tersebut.

Tiba-tiba,

Mitsuya langsung melayangkan sebelah tangannya dengan kasar sehingga goody bag yang sedang dipegang oleh (y/n) terlempar cukup jauh dari mereka berdua.

Bruk!

Semua coklat yang sudah tertata rapi dan cantik di dalam kotak hancur seketika.

Mata (y/n) terbelalak melihat coklat yang telah ia beli untuk Mitsuya hancur tergeletak begitu saja di lantai rumah sakit.

"Siapa yang butuh coklat darimu?" ucap Mitsuya sinis.

Begitu mendengar perkataan Mitsuya tersebut, mata (y/n) langsung tertuju kepada Mitsuya yang masih terduduk sambil memandang ke jendela. Ia sama sekali tidak melirik kearah (y/n) sedikitpun.

Deg!

Dalam sekejap, tubuhnya pun seakan-akan membeku. Ia benar-benar tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Mitsuya tiba-tiba marah seperti itu kepadanya? Sebenarnya, apa yang membuatnya sangat marah?

"Mitsuya... kau kenapa?"

"Kubilang pergilah!" seru Mitsuya sedikit meninggikkan nada bicaranya. Tanda ia ingin menekankan bahwa ia ingin (y/n) pergi dari hadapannya sekarang.

"Apa salahku?! Tidak biasanya kau seperti ini? Aku jauh-jauh membelikanmu coklat hanya untukmu! Kenapa kau tiba-tiba memarahiku seperti itu?!" balas (y/n) dengan nada agak tinggi.

"Lagipula aku tidak memintamu membelikanku coklat di hari valentine!" seru Mitsuya.

"A-apa yang kau bicarakan? Kau ini kenaoa, Mitsuya?!"

"BERISIK! KALAU KUBILANG PERGI, PERGILAH!!!" teriak Mitsuya. Suaranya menggelegar di dalam ruang rawat inap. Sontak, hal tersebut membuat tubuh (y/n) benar-benar gemetaran. Mitsuya tidak pernah memarahi (y/n) seperti itu sebelumnya.

Tanpa (y/n) sadari, air matanya mengalir di pipinya. Ia tidak menyangka Mitsuya bisa sebenci itu kepadanya.

"M-Mitsuya..."

Tiba-tiba, Mitsuya membalikkan tubuhnya kearah (y/n).

"Aku sudah tidak ingin melihat wajahmu lagi, (y/n)! Sejujurnya, aku benci saat kau menyukaiku! Aku lelah bila harus selalu berpura-pura seperti ini terus didepanmu. Aku juga tak kunjung pulih karena salahmu. Kau selalu membebani pikiranku setiap saat. Itu benar-benar menggangguku! Kenapa, (y/n), kenapa kau harus menyukaiku seperti itu?! Kau hanya membuang waktumu! Aku tidak akan pernah membalas perasaan bodohmu itu! AKU MEMBENCIMU, BODOH!" teriak Mitsuya sambil mengepalkan kedua tangannya.

"..."

Jadi,

Semua ini hanya...

Berpura-pura?

(Y/n) berusaha mencerna perkataan Mitsuya.

Jadi,

dari awal aku memang jatuh cinta sendiri...

kenyataannya semua perkataanmu itu hanyalah omong kosong...

'Aku mencintaimu' juga hanyalah perkataan yang kosong...

Dan ternyata....

Ciuman saat itu juga berarti hanyalah tipuan belaka...

Dan yang lebih parah adalah...

ternyata aku penyebab dari penyakitmu yang tak kunjung sembuh, Mitsuya...

Tapi,

Kenapa kau terus saja mendekatiku saat di sekolah???

Kenapa kau tetap bersikap baik kepadaku walaupun aku sangat kasar kepadamu?

Aku tidak mengerti...

Padahal wajahmu saat itu menunjukkan kejujuran yang tergambar jelas di hatimu

Tapi kenapa, Mitsuya?

Padahal aku sudah memintamu untuk tidak meninggalkanku lagi...

Tapi, kenapa?

Kenapa kau selalu saja meninggalkan aku sendirian...

Kenapa?

Itulah kenyataan pahit yang harus diterima (y/n). Mitsuya selama ini hanya berpura-pura menyukainya agar (y/n) merasa senang.

(Y/n) hanya menundukkan kepalanya. Perasaanya benar-benar kacau. Ia tidak mengerti dengan apa yang sedang ia hadapi saat ini.

"Jangan datang lagi kesini. Aku sudah tidak mau lagi bertemu denganmu, (y/n)" ucap Mitsuya pelan.

Secara tak sadar, (y/n) berjalan mendekati Mitsuya dengan wajahnya yang dipenuhi dengan keputusasaan.

Lalu...

PLAK!!!

(Y/n) tiba-tiba menampar sebelah pipi Mitsuya dengan sangat keras.

Spontan, Mitsuya pun memegangi sebelah pipinya yang memerah tersebut.

"KAU INI MEMANG BRENGSEK, MITSUYA!!! AKU TIDAK MAU LAGI BERTEMU DENGANMU!!! PERGI SAJA DARI HIDUPKU!!!" teriak (y/n) dengan wajahnya yang memerah karena sudah tak kuasa lagi menahan tangisannya. Ia benar-benar merasa sangat kecewa terhadap Mitsuya.

Tiba-tiba, ia berlari begitu saja meninggalkan Mitsuya sendirian sambil keluar dari kamar dengan membanting pintu kamar dengan cukup keras.

DUAK!

Kali ini, tubuh Mitsuya-lah yang mematung.

Tak lama kemudian ia pun meneteskan air matanya.

Sebenarnya ada apa dengan Mitsuya?

Kenapa ia tidak mengatakan hal itu sejak awal?

Kenapa ia baru mengatakan yang sebenarnya sekarang?

***

(Y/n) berlari di lorong rumah sakit sambil berderai air mata. Sejujurnya kakinya sudah tak kuasa lagi untuk berlari, namun yang ingin ia lakukan saat ini hanyalah menjauh dari Mitsuya. Ia benar-benar merasa sakit hati terhadap perlakuan Mitsuya kepadanya.

Sakit...

Sakit...

Benar-benar sakit...

Tangisannya semakin lama semakin menjadi-jadi.

Karena tak kuasa lagi untuk berlari, tubuh (y/n) pun terjatuh ke lantai.

"M....Mitsuya....nande....?" lirihnya sambil terus menangis. Ia terus menerus menggenggam erat dadanya yang terasa sangat sesak dan begitu menyakitkan.

Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara langkah kaki seseorang dari kejauhan.

Lalu, laki-laki tersebut berdiri tepat dihadapan (y/n) yang sedang bersandar di tembok sambil terduduk lemas di lantai.

(Y/n) mengangkat wajahnya perlahan agar bisa melihat wajah laki-laki tersebut.

Lelaki tersebut mengepang rambut pirangnya dengan pelipisnya digambari sebuah tatto naga yang sama persis seperti tato yang dimiliki oleh Mitsuya.

"K-kau...?" ucap (y/n) pelan. Ia akhirnya ingat, ternyata lelaki tersebut adalah orang yang mengajak Mitsuya bertarung dengan Touman.

"Apa kau bertemu dengan Mitsuya tadi?" tanyanya penasaran.

(Y/n) pun berusaha kembali berdiri dan mengelap air matanya dengan kedua tangannya. Lalu matanya menatap lelaki tersebut dengan pandangan penuh amarah.

"Apa... apa yang sudah kau lakukan terhadap Mitsuya?"

"Apa yang kau bicarakan?"

Mendengar jawaban tak bertanggung jawab dari lelaki tersebut membuat (y/n) benar-benar kesal dan marah. Ia pun menundukkan kepalanya sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Aku yakin semua ini salahmu dan Touman yang bodoh itu!"

"Hah?!"

Tiba-tiba, (y/n) menarik kerah baju lelaki tersebut dan menariknya dengan kasar.

"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?! MITSUYA TIDAK PERNAH BERSIKAP KASAR SEPERTI ITU SEBELUMNYA!!!" teriak (y/n) sambil berlinang air mata.

"Kenapa kau menyalahkan aku, gadis bodoh!" seru lelaki tersebut.

PLAK!

Tiba-tiba, (y/n) menampar sebelah pipi lelaki tersebut dengan cukup keras.

"KENAPA KALIAN SEMUA SELALU BERSIKAP EGOIS? MITSUYA TIDAK PERNAH BERSIKAP KASAR KEPADAKU! KENAPA IA HARUS BERGABUNG DENGAN ORANG-ORANG BRENGSEK SEPERTI KALIAN!!!" seru (y/n) sambil menangis dengan keras.

"Mitsuya hanya ingin kau pergi dari hidupnya. Aku sarankan kau tidak perlu datang lagi kemari. Kutekankan kembali, ini keinginannya sendiri. Kami sama sekali tidak mempengaruhinya" ucap lelaki tersebut dan berjalan begitu saja meninggalkan (y/n) sendirian.

Deg!

Perkataan lelaki tersebut membuat (y/n) semakin shock. Ia sudah tidak mampu lagi membendung rasa sedih bercampur kesal di dadanya ini.

"Tidak mungkin... DASAR PEMBOHONG BRENGSEK!!!" teriak (y/n) sambil berlari menjauhi lelaki tersebut.

Laki-laki itu hanya memandangi (y/n) dari kejauhan. Sejujurnya, ia juga merasa sedikit bersalah terhadap (y/n)

***

BRUK!

(Y/n) membanting pintu kamarnya dengan sangat kasar. Ia langsung menyandarkan punggungnya di pintu kamar. Perlahan, karena tubuhnya terasa sangat berat, ia pin menjatuhkan tubuhnya ke lantai.

(Y/n) menundukkan wajahnya yang basah dengan air mata.

Bahkan beberapa tetesan tangisan air matanya pun terjatuh ke lantai.

"Mitsuya..." lirihnya.

"..."

Memang sudah seharusnya perasaan (y/n) tidak terjebak dengan sosok Mitsuya.

***

"(Y/n)... Kau dimana? Aku membutuhkanmu... Maafkan aku..."

***

Sudah dua minggu telah berlalu sejak kejadian saat itu.

Hari demi hari (y/n) jalani dengan penuh kegelapan dan kesepian. Tiap hari yang selalu ia rasakan hanyalah rasa hampa.

Dua minggu sebelumnya, (y/n) sama sekali tidak keluar dari kamarnya.

Namun pada akhirnya, sejak satu minggu yang berselang, akhirnya (y/n) mau kembali beraktivitas seperti biasanya. Mau tidak mau ia harus menerima kenyataan bahwa Mitsuya tidak bisa membalas perasaannya. Ia harus bisa berlapang dada. Walaupun berat rasanya, (y/n) tidak bisa memaksakan ego-nya kepada Mitsuya.

***

Seperti biasa, (y/n) menjalani keseharian barunya dengan kesendirian. Ia memamdang jendela kelas sambil menopang dagunya dengan sebelah tangannya.

Posisinya saat ini mengingatkannya pada Mitsuya yang sedang berada di rumah sakit.

Agar tidak mengingat kembali kenangan buruk bersama Mitsuya, ia pun segera merubah posisinya.

Walaupun demikian...

Semakin (y/n) berusaha melupakan semua hal tentang Mitsuya, semakin sulit bagi dirinya untuk melupakan Mitsuya dari benaknya.

Namun,

Entah mengapa hari ini Mitsuya lebih sering muncul di benaknya dibandingkan dengan biasanya. Dan hal itu membuat (y/n) benar-benar terganggu.

Tiba-tiba,

BRUK!

Tiba-tiba seorang laki-laki membanting pintu kelas.

Suasana kelas yang mulanya riuh dalam sekejap menjadi senyap.

Ternyata dia adalah lelaki berambut pirang bertatto naga yang ternyata bernama Draken.

Draken langsung berjalan mendekati (y/n) dan tiba-tiba menarik sebelah tangannya.

"Kau harus ikut aku sekarang!" serunya.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan!"

"Sudahlah! Ini benar-benar darurat! Kau harus menemui Mitsuya sekarang!"

Deg!

(Y/n) sudah tidak ingin mendegar nama iti lagi di telinganya.

Namun, Draken malah menyebutkannya dan bahkan memaksanya untuk menemui Mitsuya sekarang juga.

Karena tenaga Draken tentu saja jauh lebih besar dibandingkan dengan (y/n). (Y/n) pun gagal melepaskan genggaman kuat tangan Draken dari pergelangan tangan munglinya.

***

Akhirnya mereka sampai di rumah sakit.

"Lepaskan!!! Aku tidak mau bertemu dia lagi!!!" seru (y/n).

Namun sedari tadi Draken tetap mengabaikan perkataan (y/n) dengan tetap menarik paksa sebelah tangannya.

"Lepaskan!!!"

Tiba-tiba, Draken mencengkram kedua bahu (y/n) dengan kuat.

"(Y/n), aku tahu kau benar-benar membenci Mitsuya sekarang, tapi aku mohon kepadamu. Untuk kali ini saja, aku ingin meimnta tolong kepadamu. Mitsuya hanya membutuhkanmu sekarang..."

"A-apa maksudmu? Apa yang kau bicarakan? Kau yang bilang sendiri 'kan kalau dia tidak mau bertemu lagi denganku!" seru (y/n). Ia sudah benar-benar muak dengan perilaku Draken.

"Iya kuakui aku memang mengatakan itu, tapi..."

"Kalau begitu, lepaskan!!!" ujar (y/n) sambil berusaha melepaskan genggaman erat tangan Draken di bahunya.

"DENGARKAN PENJELASANKU DULU, (Y/N)!!!" teriak Draken. Ia terpaksa melakukan itu agar (y/n) mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.

Spontan, (y/n) pun terdiam kaku. Karena ia benar-benar tidak ingin bertemu lagi dengan Mitsuya, ia sampai lupa bahwa Draken itu adalah seorang berandalan.

Setelah melihat wajah (y/n) yang ketakutan, Draken pun menghela nafas panjang sambil berusaha menstabilkan emosinya.

"Dengar ini baik-baik. Aku akan menjelaskan semuanya. Sebenarnya.... Mitsuya dirawat di rumah sakit bukan karena terluka saat bertarung bersama Touman..."

"Eh? Apa maksudmu?"

Draken pun terdiam sejenak.

"Sebenarnya...., sudah sejak lama Mitsuya menderita tumor otak"

Deg!

Jiwa (y/n) seakan-akan tersentak dengan perkataan Draken tersebut. Bagaimana ia bisa tidak tahu ternyata Mitsuya menderita penyakit yang sangat parah?

"H-hah?!" (y/n) benar-benar tercengang.

"Iya. Dia berusaha menyembunyikannya darimu. Ia hanya tidak ingin kau merasa sedih. Sebenarnya, saat ia pindah rumah dulu, ia dan keluarganya terpaksa pindah rumah untuk kepentingan pengobatannya"

"..."

Mendengar hal itu dari Draken, (Y/n) benar-benar merasa bersalah karena ia malah merasa marah saat Mitsuya tiba-tiba pindah rumah tanpa berpamitan dengannya.

"Lalu, tak lama setelah pindah, karena biaya pengobatannya yang sangat mahal, orang tuanya tidak sanggup lagi untuk membiayai pengobatannya. Sehingga setiap hari ia selalu merasa bersalah kepada orang tuanya dan kabur dari rumah. Dari situlah ia bertemu denganku dan Touman. Karena kami tidak tega membiarkannya selalu merasa tersiksa dengan penyakitnya, kami membantu membiayai pengobatannya. Memang cara kami buruk, kami mencuri, mengambil uang dari geng yang kami anggap lebih lemah dari Touman, tapi kami ingin sekali Mitsuya bisa sembuh. Touman akan melakukan apapun demi kesembuhannya"

"..."

Jadi, itu alasan Mitsuya sangat terikat dengan Touman. Baginya, Touman sangat berjasa bagi hidupnya selama ini.

Tidak sepertiku...
Aku hanya bisa membebani pikirannya.
Aku bahkan sama sekali tidak pernah membantunya...

"Dan ini yang terpenting, (y/n). Saat terakhir kali kau menjenguknya, kumohon, lupakanlah semua perlakuan kasar yang ia lakukan. Ia hanya berpura-pura saat itu. Sebenarnya, ia sangat mencintaimu melebihi apapun. Kau harus percaya itu, karena itu perasaannya yang sebenarnya"

"Mitsuya..."

Tiba-tiba, air mata (y/n) pun berlinang.

"Dan maafkan aku juga atas perkataanku saat itu yang mengatakan bahwa Mitsuya tidak ingin bertemu lagi denganmu. Mitsuya yang memintaku mengatakan itu kepadamu. Maaf..."

"T-tapi kenapa?"

"Ia terpaksa melakukan itu..... agar kau tidak merasa sedih kalau ia tiba-tiba pergi. Mitsuya hanua tidak mau kau terus-menerus tersakiti karenanya"

"T-tiba-tiba pergi, k-katamu? Apa maksudmu?"

Draken hanya terdiam.

"D-dimana Mitsuya sekarang? Aku harus bertemu dengannya!!!" seru (y/n) dengan wajah penuh kecemasan.

"S-sore wa..."

Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari semakin mendekat kearah mereka.

Spontan, (y/n) pun menoleh kearah sumber suara tersebut. Disana ia melihat dua orang laki-laki berseragam Touman berlari tergesa-gesa kearah Draken.

"Wakil ketua! Ini gawat!"

"Ada apa?" jawab Draken.

"Mitsuya..."

"Ada apa dengannya?! Cepat katakan!!!" seru Draken sedikit panik.

"Dokter bilang, operasinya gagal..."

.

.

.

.

.

G-gagal? Itu berarti...

Mitsuya...





Dingin...

Entah mengapa tubuh (y/n) tiba-tiba terasa sangat dingin.

Dalam sekejap seakan-akan (y/n) kehilangan ingatannya. Yang bisa ia ingat hanyalah Mitsuya seorang.

Rasa salah, menyesal, kesal, sedih,

semuanya tercampur di dalam hati kecil (y/n).

Kehilangan Mitsuya adalah hal yang paling (y/n) dibandingkan apapun itu.

"D-dimana ruang operasinya?!!" seru (y/n) dengan suara yang sedikit bergetar.

"Di ujung lorong ini" jawab salah satu anggota Touman.

Secara spontan, kaki (y/n) langsung berlari menuju ruang operasi.

"O-oi, (y/n)!" panggil Draken.




Suara nafas (y/n) semakin memberat.

Padahal ruangan operasi itu cukup dekat dari sana, namun entah mengapa gerak kaki (y/n) semakin lama semakin melambat saja. Sehingga ruang operasi itu seakan-akan terasa sangat jauh.

(Y/n) tiba-tiba mengingat waktu yang ia habiskan bersama Mitsuya sejak kecil hingga di sisa nafasnya.

Entah mengapa suara Mitsuya yang lembut terus terdengar di telinga (y/n). Hal tersebut membuat (y/n) ingin terus memanggil-manggil namanya.

Mitsuya...

"Kau yang lucu, (y/n)! Walaupun sudah besar, kau ini masih terlihat imut"

Mitsuya...

"Sokka. Karnaval, ya. Bagaimana kalau kita pergi kesana besok?"

Kita belum sempat pergi ke karnaval bersama, bukan?

"Aku benci mengakui ini. Tapi... inilah diriku sekarang, (y/n). Maafkan aku"

Aku mengerti sekarang...
Aku mengerti kenapa kau menjadi berandalan, Mitsuya.
Seharusnya aku yang meminta maaf kepadamu. Maafkan aku...
Seandainya saja aku sudah tahu alasannya lebih awal,
Aku tidak akan membencimu saat itu
Mungkin kita bisa menghabiskan sisa waktu untuk berdua sedikit lebih lama lagi...
Pasti pertemuan kita tidak akan menjadi sesingkat ini 'kan, Mitsuya???

"Sejujurnya entah sejak kapan...aku juga sudah menyimpan perasaan ini padamu, (y/n)"

Kalau aku tidak menjauh darimu, mungkin kau bisa mengatakannya lebih awal. Maafkan aku... Aku juga menyukaimu, Mitsuya. Sangat menyukaimu...

"Tidak. Aku benar-benar bersyukur kau mau datang kemari"

Seharusnya aku yang merasa bersyukur. Aku benar-benar bersyukur bisa bertemu denganmu.

"Kita belum sempat berciuman saat itu, kan?"

Kau sudah menepati janjimu, Mitsuya.
Tetapi,
Aku ingin kau terus membuat janji...
Agar kau memiliki keharusan untuk menepatinya.
Jadi, kumohon, Mitsuya...
Teruslah berada disisiku
Kau masih memiliki janji yang harus, ditepati bukan?
Dakara, shinanaide...
Onegai...
Tetaplah hidup, Mitsuya....!!!




Kedua kaki (y/n) berhenti tepat di depan ruang operasi. Disana sudah berdiri seorang laki-laki bertubuh pendek dan berambut pirang sedang menyilangkan kedua tangannya dengan wajahnya yang terlihat kecewa bercampur kesedihan.

"Dimana Mitsuya?!" tanya (y/n) kepada lelaki tersebut.

Lelaki itu terdiam sejenak. Terlihat dengan jelas matanya yang berkaca-kaca karena menahan tangisan.

"Dia masih di dalam..."

Tanpa berpikir panjang, (y/n) langsung menerobos pintu ruang operasi.

Duak!

Dengan nafas yang terengah-engah...

(Y/n) melihat sebuah pemandangan yang merupakan mimpi buruk terbesarnya...

Sebuah pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya....

Sebuah pemandangan yang takkan pernah ia inginkan sampai kapanpun...

Spontan membuat jantungnya seakan-akan berhenti berdetak.

Jiwanya seakan-akan dalam sekejap telah mati begitu saja.


Seorang dokter dan dua orang perawat sedang sibuk melepas berbagai alat bantu yang dipasangkan di beberapa bagian tubuh Mitsuya.

Bagian wajah Mitsuya sudah ditutupi oleh sebuah kain putih.

"M-Mitsuya..." lirih (y/n).




A-apa ini? Kenapa aku ada disini?
Ini hanya mimpi, bukan?
Tolong katakan, ini hanya mimpi, bukan?!





Spontan, (y/n) langsung berlari menuju Mitsuya.

"Mitsuya.... kau bisa mendengarku, kan? Nee, Mitsuya. ini pasti bohong, bukan? Kumohon, bangunlah, Mitsuya. Kita masih memiliki janji, bukan? Kita belum sempat pergi ke karnaval bersama 'kan? Kumohon, Mitsuya. Aku sudah ada disini, tolong buka matamu...

"Kenapa kau selalu seenaknya pergi begitu saja dariku. Kenapa, kau selalu meninggalkan aku sendirian? Aku takut" ucap (y/n) panik sambil menangis. Ia memeluk erat tubuh Mitsuya yang sudah terbujur kaku.

Namun, semua itu tentu saja percuma...

Semuamya sudah terlambat...

Sekarang, Mitsuya sudah benar-benar pergi meninggalkan (y/n) sendirian.

Kini,

Mitsuya benar-benar meninggalkan (y/n).

Bahkan ia meninggalkan (y/n) untuk selama-lamanya.

Tidak ada lagi sosok dingin berhati hangat yang akan menemani (y/n) mulai sekarang

Seandainya waktu bisa diputar kembali,

(Y/n) tidak akan berpura-pura membenci Mitsuya.

Dia pasti akan lebih jujur dengan perasaannya
sendiri.

Kini, yang bisa ia lakukan hanyalah menyesali semuanya.

Apapun yang ia lakukan, ia tidak akan bisa mengembalikkan waktu yang seharusnya ia habiskan bersama Mitsuya.

"M...maafkan aku, Mitsuya.... Maaf...Maafkan aku... Maaf karena sudah menamparmu, maaf karena aku tidak tahu tentang penyakitmu, maaf karena aku sudah berpura-pura membencimu, maaf karena aku telah egois, maaf karena aku selalu menjadi beban pikiranmu, maaf karena aku tidak mengucapkan selamat tinggal dengan benar. Aku malah memarahimu dan pergi begitu saja. Maaf, aku benar-benar minta maaf, Mitsuya...Aku benar-benar menyesal..." lirih (y/n) sambil semakin memeluk erat tubuh Mitsuya. Tangisannya semakin lama semakin menjadi-jadi.

"Aku mencintaimu, Mitsuya.... Samapi kapanpun aku akan selalu mencintaimu. Jadi, tolong jawab aku... sekali saja. Aku mohon, Mitsuya..."

Tiba-tiba, seorang dokter yang merasa iba kepada (y/n) memegangi sebelah bahu (y/n).

"Maaf, kami sudah berusaha sebisa mungkin. Takashi-san juga sudah berjuang dengan sangat keras selama ini..."

(Y/n) terus menerus menangis.

Kesedihan...

Kekosongan...

Kesendirian...

Kini ia benar-benar sendirian.

Kini ia benar-benar hidup sebatang kara.

Apa ia bisa melanjutkan hidup setelah Mitsuya meninggalkannya untuk selama-lamanya?

***

Sudah satu tahun sejak Mitsuya meninggal dunia. Semuanya kurang lebih sudah kembali normal.

Lalu, bagaimana dengan (y/n)?

Butuh waktu yang sangat lama baginya untuk dapat menerima kenyataan bahwa Mitsuya tidak akan pernah kembali lagi ke sisinya.

***

(Y/n) sedang berdiri tepat di depan sebuah batu nisan bertuliskan Takashi Mitsuya.

"Mitsuya, sudah satu tahun sejak kau pergi ke surga, ya. Apa kau bahagia disana?" tanya (y/n) sambil tersenyum.

"Aku yakin kau pasti bahagia disana. Kau tidak perlu khawatir dengan perasaanku. Sampai kapanpun, aku akan selalu menyayangimu" ucap (y/n) sambil meletakan sebuket bunga berwarna light lilac, warna yang sama dengan rambut Mitsuya.

"Sudah kuduga kau pasti disini" ucap Draken sambil berjalan mendekati (y/n).

"Eh? Draken-san? Konnichiwa" sapa (y/n) ramah.

Lalu Draken melirik kearah batu nisan milik Mitsuya.

"Dia sudah berjuang keras selama ini. Kau tidak apa-apa?"

"Um. Aku yakin dia pasti bahagia disana. Jadi aku tidak terlalu khawatir"

"Begitu. Kalau begitu, ini..." ucap Draken sambil menyerahkan sebuah amplop kepada (y/n)

"Eh? Apa ini?" tanya (y/n) smabil menerima amplop tersebut.

"Maaf, seharusnya aku menyerahkannya lebih cepat. Tapi, Mitsuya bilang aku harus menyerahkannya saat kau sudah bisa menerima kenyataan. Dia benar-benar memikirkan perasaanmu" ucap Draken sambil tersenyum.

"Kau benar. Kalau begitu aku baca, ya surat ini" ucap (y/n) sambil membalas senyuman Draken.

(Y/n) pun membuka surat tersebut dan langsung membacanya. Ternyata itu adalah surat yang ditulis langsung oleh Mitsuya.

Untuk Kusanagi (y/n),

Hisashiburi. Sudah lama kita tidak berjumpa sejak kita bertengkar, ya. Sejak saat itu kau tidak pernah menjengukku lagi.

Aku tahu perpisahan kita tidak dilakukan secara baik-baik, aku juga paham kau pasti sangat membenciku, iya 'kan? Tetapi, aku mohon kepadamu, (y/n). Maafkan perilakuku saat itu. Aku melakukannya agar kau bisa segera melupakan aku dan tidak akan merasa sedih bila aku pergi.
Mungkin Draken sudah memberitahu tentang penyakitku selama ini. Maaf karena selama ini aku menyembunyikannya darimu. Lagi-lagi, aku tidak mau membuatmu sedih. Aku benar-benar tidak mau membuatmu tersiksa hanya karena aku sudah tidak bersamamu lagi.

Aku juga ingin meminta maaf karena aku tidak mengikuti saranmu untuk keluar dari Touman. Mereka sudah membiayai semua pengobatanku. Aku benar-benar berhutang kepada mereka. Maafkan aku.

Oh iya, aku menulis surat ini karena belakangan ini aku sering bermimpi aneh. Kau menangis sambil memelukku erat. Namun anehnya aku tidak bisa membalas pelukanmu, bahkan aku tidak bisa mengatakan sepatah katapun kepadamu. Padahal aku ingin sekali mengusap air matamu, memelukmu, mengatakan kepadamu bahwa "Kau tidak perlu sedih, ada aku disini...". Namun entah mengapa aku tidak bisa melakukannya.

Dan lagi, kau tidak perlu merasa bersalah atas kematianku. Kau adalah satu-satunya perempuan yang bisa meluluhkan hatiku, (y/n). Tetapi, aku benar-benar minta maaf karena aku tidak bisa menemanimu hingga akhir.

Dan ini yang terakhir, mungkin kau pikir aku lupa dengan janjiku saat itu. Aku masih mengingatnya, kok. Gomen ne, sepertinya kita tidak akan sempat untuk pergi ke karnival bersama. Maaf...

Bila aku memiliki kesempatan untuk hidup sedikit lebih lama, aku ingin menghabiskan banyak waktu berdua denganmu, aku ingin berkencan denganmu, mengunjungi berbagai tempat bersamamu, pokonya aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Hanya denganmu, (y/n).

Aku tidak tahu Draken akan memberikan surat ini kapan, tapi aku ingin dia memberikannya saat kau sudah tenang dan berlapang dada. Atau mungkin sekarang kau bahkan sudah menikah? Hahaha... Kalau memang benar, kuharap kalian semua bahagia, ya.

Sebenarnya masih banyak yang ingin kusampaikan, tapi kupikir ini saja cukup untuk mewakili semuanya.

Nee (Y/n), mungkin kau masih merasa sedih karena kepergianku. Tapi aku mohon kepadamu, jangan sedih terlalu berlebihan. Aku memang tidak bisa menjawab pertanyaanmu sekarang, tapi percayalah... aku yakin setelah aku pergi aku pasti akan hidup damai di dalam dirimu, khususnya di hati kecilmu. Aku akan muncul di mimpimu sesekali atau mungkin di pikiranmu. Yang penting aku akan selalu ada untukmu. Kau harus percaya akan hal itu, (y/n) :))

Sore jya. Kau sudah terlalu banyak berbicara. Kusudahi saja, ya...

Sayonara, (y/n)

Aishiteiru....

Tanpa (y/n) sadari, pipinya sudah dibasahi oleh air mata.

"Are? Kukira aku sudah tegar sekarang. Tapi aku masih bisa menangis rupanya..." ucap (y/n) sambil mengelap air matanya.

Draken hanya terdiam. Ia iba melihat (y/n) yang tiba-tiba menangis.

"Kalau kau menangis, kurasa Mitsuya akan merasa sedih"

"Kau benar, Draken-san. Arigatou"

"Um"

"Kalau begitu, aku pulang duluan ya, Draken-san"

"Baiklah"

Lalu (y/n) berjalan pergi dari makam Mitsuya. Sambil berjalan ia memandangi langit yang terlihat biru.

Walaupun kau sudah tiada,
perasaanku akan terus 'terjebak' untukmu,
Mitsuya....

Terima kasih untuk segalanya...

.
.
.
.
.

↞~TAMAT~↠

---------------------------------------------------

Uppuppuppu~

Hwaaaa akhirnya tamat juga nih, udah ke delay berapa bulan :"))

Oke satu utang lunas✓ wkwkwk

Hadeh ini gatau berhasil gatau engga nih angst nya tp jujur Yami nulis ini baper ko sedih gt wkwkwk. Gatau sih kalo reader chan.

Oke deh sekian dari Yamiii. Semoga suka yaaa sama ceritanyaa

Sampe jumpa di book lain yaaa minna sannnn

Babayyyy

uppuppuppu~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top