【4/?】

Mata (y/n) dan Mitsuya saling menatap satu sama lain. Mitsuya tidak menyangka ternyata (y/n) masih sering menjahit hingga saat ini.

"M-maaf. Sepertinya aku akan izin untuk hari ini. Sore jya, aku pamit dulu" ucap (y/n) yang tiba-tiba izin tidak akan melakukan kegiatan klub. Lalu ia pun berjalan cepat keluar dari ruangan klub.

"Eh? Kusanagi-san?"

"Oi! Matte, (y/n)!" panggil Mitsuya.

Dengan cepat, ia langsung mengejar (y/n) dari belakang.

Tiba-tiba, (y/n) menghentikkan langkahnya. Spontan, Mitsuya pun ikut berhenti tepat di belakangnya.

"Apa maumu?" tanya (y/n) dingin sambil tetap membelakangi Mitsuya.

"Maaf. Aku tahu kau tidak suka melihatku sekarang"

"Kalau kau mengerti, berhentilah berbicara denganku"

Lalu, (y/n) pergi begitu saja meninggalkan Mitsuya sendirian.

"Matte!"

(Y/n) pun menghentikkan langkahnya.

"Kalau kau tidak suka, aku akan keluar dari klub menjahit. Tapi aku mohon, jangan pernah berhenti menjahit" ucap Mitsuya.

"Jangan salah sangka. Aku sekarang tidak menjahit demi dirimu lagi. Aku melakukannya atas keinginanku sendiri. Jya..."

Lalu (y/n) melanjutkan langkah kakinya menuju gerbang sekolah.

Mitsuya hanya diam mematung di tempat ia sedang berdiri saat ini. Melihat sikap (y/n) yang begitu dingin kepadanya membuat hatinya terasa sangat sakit.

Lalu, dengan berat hati, ia berjalan kembali menuju ruang klub.

Tiba-tiba, ia tidak sengaja menendang sebuah kerajang sampah.

Spontan, Mitsuya melihat ke dalam keranjang tersebut.

Ternyata di dalamnya ada sebuah jaket yang kelihatannya belum selesai dijahit. Sontak, Mitsuya langsung mengambil jaket tersebut.

Kenapa jaket ini dibuang?

Bruk!

Sesuatu terjatuh dari jaket tersebut. Mata Mitsuya langsung tertuju pada benda tersebut.

Ternyata, itu adalah buku diari milik (y/n) yang selalu ia bawa kemana-mana agar selalu mengingat Mitsuya. Ternyata hingga saat ini ia masih menyimpannya.

Secara spontan, Mitsuya langsung meraih buku tersebut dan melihat isinya.

Ia membaca halaman awal pada buku tersebut. Tulisannya terlihat seperti tulisan (y/n) saat kecil dulu. Lalu ia mencoba membacanya.

Dear Diary,

Seperti biasa aku selalu dibully oleh teman-teman sekelasku. Tetapi, hari ini sedikit berbeda. Ada seorang anak laki-laki tiba-tiba menolongku. Ia bernama Takashi Mitsuya. Sifatnya sangat dingin, tapi aku yakin ia pasti orang yang baik. Lalu kita berdua memutuskan untuk pulang bersama-sama. Ia bilang, karena aku mirip dengana adiknya, ia ingin melindungiku. Aku tidak begitu mengerti dengan maksudnya, tapi... hontouni arigatou, Mitsuya-san :))

Eh? Jadi ini diari milik (y/n). Bukankah ini saat kita pertama kali bertemu saat di SD dulu?

Lalu Mitsuya membaca halaman-halaman selanjutnya dari buku tersebut.

Dear Diary,

Aku bersyukur bisa bertemu dengan Mitsuya-san. Sejak bertemu dengannya, aku tidak pernah merasa kesepian. Ia juga selalu melindungiku, sehingga aku tidak pernah dibully oleh teman-temanku lagi. Aku benar-benar merasa nyaman berada di dekatnya.
Tapi dalam waktu bersamaan, sikapku juga terlihat aneh bila aku berada dekat dengannya. Mitsuya-san juga menyadari hal itu. Memalukan...(。ŏ﹏ŏ). Aku memang menyukainya, tapi aku tidak boleh menunjukkannya kepada Mitsuya-san. Aku hanya tidak mau ia membenciku karena hal ini(・ัω・ั).

Eh? (Y/n), menyukaiku? Saat SD dulu?

Lalu Mitsuya melanjutkan membaca lembar selanjutnya dari buku tersebut.

Dear Diary,

Sudah beberapa hari sejak Mitsuya-san pindah tanpa berpamitan kepadaku. Kita juga belum sempat pergi ke karnaval sebelumnya. Sejujurnya aku merasa sangat sedih. Kenapa ia tidak berpamitan dahulu kepadaku? Tapi aku yakin. Mitsuya-san pasti punya alasan yang kuat kenapa ia melakukan ini. Aku akan selalu menunggunya sampai ia memberi tahuku alasannya yang sebenarnya. Suatu saat, aku yakin kita pasti bertemu lagi :)).

.
.
.

Dear Diary,

Sudah tiga tahun berlalu, tapi aku masih menyukai Mitsuya-san hingga saat ini. Padahal kita sudah lama sekali tidak bertemu. Aku sadar sejak Mitsuya tiba-tiba pindah saat itu aku jadi jarang sekali menulis diari. Jujur, aku bingung harus menulis apa bila Mitsuya-san sudah tidak ada di sisiku lagi. Yang ada di dalam pikiranku hanyalah 'Aku sangat ingin bertemu dengannya sekali lagi'. Aku ingin mengatakan kepadanya bahwa aku sangat menyukainya. Seandainya saat itu aku memiliki keberanian, aku pasti sudah mengungkapaknnya sejak saat itu. Sehingga perasaanku tidak akan terjebak dengannya seperti ini hingga sekarang. Walaupun begitu, aku tidak pernah ingin melupakannya. Aku senang perasaanku bisa terjebak dengannya.

.
.
.

Dear Diary,

Sekarang aku sudah menjadi siswa SMA, dan aku masih sangat menyukai Mitsuya :)). Aku selalu membayangkan bagaimana penampilannya saat ini. Memalukan memang, tapi aku yakin ia sekarang pasti sudah bertambah tampan dan dewasa. Aku yakin ia masih menjadi orang yang sangat baik hingga sekarang. Oh iya, aku juga membuatkan jakrt untuknya. Jadi suatu saat aku bisa bertemu dengannya, aku akan mmeberikannya. Ini sebagai balas budiku karena ia saat itu menjahitkan dan mencucikan jaketku saat SD dulu. Tapi sayangnya, aku belum diberi kesempatan untuk bertemu dengannya. Setiap hari aku selalu berdoa kepada Tuhan agar segera bisa bertemu dengannya. Kapan ya aku bisa bertemu denganmu, Mitsuya-san? Aku memang tidak pantas mengatakan ini tapi.... aku sangat merindukanmu, Mitsuya-san :((.

.
.
.

Dear Diary,

Setelah sekian lama, tahun demi tahun sudah aku lewati, akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan Mitsuya-san. Namun, aku benar-benar terkejut. Ia sudah banyak sekali berubah. Entah bagaimana ia sekarang malah menjadi seorang berandalan. Aku benar-benar tidak menyangka Mitsuya berani melakukan hal itu. Spontan, aku pun marah kepadanya. Ia pun sedikit membentakku. Jujur, hatiku sakit melihatnya begitu. Seharusnya aku membencinya sekarang. Namun, entah mengapa, aku tidak bisa membencinya. Aku memang bersikap dingin kepadanya, tapi.... jauh di dalam hatiku, aku masih menyukainya. Memang aku benar-benar tidak suka ia menjadi berandalan seperti itu. Tetapi, aku tidak bisa benar-benar membencinya. Jantungku masih selalu berdegup dengan kencang bila aku berada di dekatnya. Aku sama sekali tidak mengerti. Maaf karena sudah bersikap buruk kepadamu, Mitsuya-san. Sejujurnya aku ini merasa sangat senang bisa bertemu lagi denganmu. Aku hanya tidak ingin kau menjadi berandalan seperti itu. Maaf, aku tidak bisa jujur dengan perasaanku sendiri...
Ahh... Seandainya aku berani mengatakannya kepadamu, Mitsuya-san. Kalau sudah begini, aku tidak bisa lagi memberikan jaket buatanku kepadamu. Maafkan aku...

Itulah tulisan yang terakhir ditulis di buku tersebut.

Begitu selesai membacanya, spontan mata Mitsuya pun menjadi berkaca-kaca. Ia tidak menyangka ternyata (y/n) masih menyimpan perasaannya untuknya. Ia benar-benar merasa sangat senang sekaligus terharu.

"(Y/n)..."

***

(Y/n) sedang berjalan di stasiun kereta. Tiba-tiba, ia merasa ada yang aneh dari tasnya.

Kenapa tasku terasa lebih ringan dari biasanya?

Lalu ia mencoba mengorek-ngorek isi tasnya.

Sepertinya ada yang hilang tapi apa, ya?

Akhirnya (y/n) sadar.

Buku diarinya menghilang!

Oh tidak! Buku diariku. Dimana buku diariku?

Spontan, (y/n) langsung mencari buku tersebut.

Ia mencari di sepanjang jalan yang ia tempuh sebelumnya. Namun, tak kunjung ia temukan. Karena ia sangat tidak ingin kelihalangan buku tersebut, ia memutuskan untuk kembali pergi ke sekolah.

***

(Y/n) berlari menuju kelasnya. Lalu ia langsung bergeas menuju mejanya dan memeriksa kolong meja.

"Apa kau mencari ini?" tanya seorang laki-laki yang berdiri tepat di belakang (y/n).

Spontan, (y/n) pun langsung menoleh kearah laki-laki tersebut. Ternyata itu adalah Mitsuya. Ia berdiri disana sambil menyerahkan buku diari milik (y/n).

"Eh?"

Dengan cepat, (y/n) langsung merebut buku tersebut.

"B...bagaimana bisa buku ini ada padamu?"

"Aku menemukannya di tempat sampah. Bersamaan dengan jaket ini. Untungnya tempat sampahnya hanya berisi sampah kertas sehingga jaket ini masih bersih" ucap Mitsuya sambil menunjuk kearah jaket yang sedang ia kenakan.

Ternyata, Mitsuya sedang mengenakan jaket yang dijahit oleh (y/n).

"K...kenapa kau bisa tahu kalau jaket itu untukmu?"

"Sebenarnya, aku sedikit membaca bukumu itu" ucap Mitsuya sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

Spontan, wajah (y/n) pun menjadi memerah. Lalu ia mendekati Mitsuya sambil menarik kerah pakaiannya dengan kasar.

"B-baka! Berani-beraninya kau membacanya tanpa seizinku dulu!" seru (y/n). Ia marah-marah untuk menutupi rasa malunya.

Bukannya berbalik memarahi (y/n), Mitsuya malah menarik bagian belakang kepala (y/n) kearah dadanya dan memeluk tubuh (y/n) dengan sangat erat.

"Aku sudah tahu semuanya. Kau tidak perlu merasa malu lagi, (y/n)" ucap Mitsuya sedikit berbisik.

(Y/n) hanya terdiam. Tiba-tiba sekujur tubuhnya menjadi sangat kaku untuk digerakan. Ia terhanyut kedalam pelukan Mitsuya yang terasa sangat hangat.

"Sejujurnya entah sejak kapan... aku juga sudah menyimpan perasaan kepadamu, (y/n)"

"Eh?"

Deg!

(Y/n) merasa sangat terkejut setelah mendengar perkataan Mitsuya tersebut. Jantungnya terus menerus berdegup dengan kencang. Ia tidak menyangka ternyata Mitsuya juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

"B-benarkah itu?"

"Um. Tentu saja. Maaf sudah membuatmu menunggu selama ini"

Entah mengapa, tiba-tiba (y/n) mulai meneteskan air matanya.

Terkejut melihat (y/n) yang tiba-tiba menangis, Mitsuya pun melepaskan pekukannya.

"Eh? Ada apa, (y/n)?"

(Y/n) pun mengelap air matanya dengan kedua tangannya.

"G-gomen. Aku hanya tidak menyangkanya. Kukira kau akan membenciku, Mitsuya-san"

Mitsuya pun mengelap air mata (y/n) dengan sangat lembut.

"Mana bisa aku membencimu" ucap Mitsuya sambil tersenyum.

"T...tapi, aku sudah bersikap buruk kepadamu. Maafkan aku" ucap (y/n) sambil menunduk.

Mitsuya mengangkat wajah (y/n) dengan kedua tangannya. Kedua pasang mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Aku bisa mengerti kenapa kau melakukan itu, (y/n). Kau tidak perlu merasa bersalah..."

"Sebenarnya ini alasanku ingin selalu melindungimu. Aku ingin kau menjadi satu-satunya milikku, (y/n)"

"Mitsuya-san?"

Sekali lagi, (y/n) tidak bisa membendung air matanya. Ia benar-benar merasa terharu dengan perkataan Mitsuya tersebut.

"Kau mau 'kan menjadi kekasihku?"

Akhirnya pertanyaan tersebut keluar dari mulut Mitsuya. Tanpa berfikir panjnag

"Um. Tentu saja aku mau, Mitsuya-san" ucap (y/n) sambil menganggukkan kepalanya. Air matanya tak bisa berhenti mengalir.

Walaupun sedang menangis, di mata Mitsuya, wajah (y/n) masih terlihat sangat cantik.

"Nee, (y/n)..."

"I...iya?"

"Ada sesuatu yang ingin aku minta darimu"

"Apa itu?"

"B-bisakah aku menciummu disini?" tanya Mitsuya sambil terlihat malu-malu. Namun, ia berusaha memberanikan dirinya untuk mencium (y/n).

"Eh? K...kalau itu kau, a...aku tidak keberatan" balas (y/n) dengan wajahnya yang memerah.

Setelah mendengar (y/n) menerima permintaannya itu, Mitsuya langsung menarik nafas dalam-dalam.

Perlahan, dengan jantungnya yang terus berdegup kencang, Mitsuya semakin mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n) sambil memejamkan matanya.

(Y/n) yang merasa malu langsung ijut memejamkan matanya dan menunggu Mitsuya mendaratkan bibirnya di bibir (y/n).

Bibir mereka semakin dekat.

Dan akhirnya...

Bruk!

Seseorang membuka pintu kelas dengan sangat kasar.

"Oi, Mitsuya. Disini kau rupanya"

Spontan, (y/n) dan Mitsuya melirik kearah pintu kelas.

Rambut orang tersebut dicat berwarna kuning dan di kepang ke belakang. Di pelipisnya terlihat dengan jelas tato bergambar sebuah naga. Tato tersebut kurang lebih mirip seperti tato milik Mitsuya.

Penampilan orang tersebut benar-benar telrihat menakutkan, membuat (y/n) ketakutan melihatnya.

"Ada apa, Draken?" tanya Mitsuya.

Orang tersebut berjalan mendekati Mitsuya dan (y/n).

"Kita harus pergi. Hari ini kita akan melawan Valhala, ingat?" balas orang tersebut yang ternyata bernama Draken.

Eh? Melawan? Apa mereka akan melakukan tawuran?

"Tentu aku ingat"

"Kalau begitu berhentilah bermesraan dan ikutlah denganku" ucap Draken sambil berjalan keluar kelas.

Mitsuya pun berjalan mengikuti Draken.

Tiba-tiba,

(Y/n) menggenggam erat sebelah tangan Mitsuya. Sontak, Mitsuya pun menoleh kearah (y/n). Wajah (y/n) terlihat sangat khawatir.

"Kau mau kemana? Jangan katakan kalau kau mau pergi untuk berkelahi"

Mitsuya langsung menundukkan kepalanya.

"Nee, jawab aku, Mitsuya-san!"

"Gomen, (y/n). Aku harus pergi. Touman membutuhkan aku sekarang"

"Touman?"

Spontan, (y/n) pun melepaskan genggaman tangannya. Lalu Mitsuya pergi begitu saja meninggalkan (y/n) sendirian.

"Mitsuya..."

(Y/n) benar-benar tidak terima. Dunia berandalan seakan-akan merebut Mitsuya dari (y/n).

Kenapa kau masuk ke dunia mereka, Mitsuya?


.
.
.
.
.

~Bersambung~↠

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top