【3/?】

"Mitsuya...-san?" ucap (y/n) tidak percaya begitu ia melihat sosok Mitsuya tepat berada di hadapannya.

Penampilan Mitsuya benar-benar berubah drastis. Ia lebih terlihat seperti preman dibandingkan seperti seorang siswa SMA. Rambutnya dicat berwarna Light Lilac, di sebelah telinganya dipasangi sebuah anting, dan ia juga mengerik bagian tengah alisnya. Belum lagi pakaian yang ia kenakan benar-benar terlihat seperti anak jalanan. Hal tersebut membuat Mitsuya terlihat menyeramkan.

Melihat penampilan Mitsuya yang benar-benar berubah tersebut membuat (y/n) benar-benar shock. Ia tidak menyangka Mitsuya yang dulunya adalah anak yang sangat baik sekarang malah menjadi seorang berandalan. Entah mengapa dadanya terasa sakit begitu melihat sosok Mitsuya tersebut.

Mitsuya melihat raut wajah (y/n) yang terlihat sangat kecewa. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menundukkan kepalanya dan menghela nafas panjang.

"Uso deshou?!" ucap (y/n) pelan.

"Aku benci mengakui ini, tapi... inilah aku sekarang, (y/n). Maafkan aku"

Tiba-tiba, mata (y/n) tertuju pada pelipis Mitsuya. Spontan, tangannya langsung meraba-raba sebelah kepalanya.

Ternyata,

Mitsuya juga membuat tato di pelipisnya tersebut. Hal itu membuat hati (y/n) semakin hancur melihatnya.

Plak!

Tiba-tiba, (y/n) menampar sebelah pipi Mitsiya dengan sangat keras.

"Apa yang kau lakukan?! Kau bukan Mitsuya yang aku kenal selama ini!" seru (y/n). Ia terlihat sangat marah. Tanpa ia sadari, matanya pun menjadi berkaca-kaca.

Mitsuya hanya memegangi sebelah pipinya yang memerah. Melihat (y/n) yang begitu marah sambil menangis kepadanya membuat dirinya merasa sangat bersalah.

"Maafkan aku, (y/n)" ucap Mitsuya pelan.

"Nee, kenapa kau melakukan ini, Mitsuya?" tanya (y/n) sambil memegangi kedua pundak Mitsuya.

Namun, Mitsuya tidak menjawab pertanyaannya itu.

"Kenapa kamu malah terdiam? Jawab aku! Kenapa-"

"AKU TIDAK BISA MENJAWABNYA!" teriak Mitsuya.

Deg!

(Y/n) benar-bebar terkejut dengan sikap kasar Mitsuya tersebut. Memang Mitsuya adalah orang yang sangat dingin, namun ia tidak pernah bersikap kasar kepada (y/n) sebelumnya.

Hal tersebut membuat air mata (y/n) membasahi pipinya. Ia tidak menyangka Mitsuya bisa bersikap begitu keras kepada (y/n).

"M...maaf. A-aku tidak bermaksud kasar. T-tapi, aku memang tidak bisa menceritakannya kepadamu, (y/n). Maafkan aku" ucap Mitsuya pelan sambil menunduk.

Sejujurnya, (y/n) masih merasa ketakutan. Tetapi karena amarahnya lebih besar, ia tiba-tiba mendorong tubuh Mitsuya dan langsung berlari keluar dari gudang tersebut.

"C-chotto, (y/n)!" panggil Mitsuya.

Lalu Mitsuya mengejar (y/n) dari belakang.

***

(Y/n) berlari di tengah gelapnya malam sambil terisak-isak.

"Matte! (Y/n)!" panggil Mitsuya sambil berlari.

Entah mengapa, tiba-tiba kedua kaki (y/n) berhenti berlari. Ia mengelap air matanya sambil menundukkan kepalanya. Spontan, Mitsuya pun menghentikkan langkah kakinya.

"(Y/n)..., tunggu!"

"Nandayo?" tanya (y/n) sambil tetap membelakangi Mitsuya.

"Aku tahu kau sudah muak mendengar ini, tapi... aku benar-benar minta maaf atas semua hal yang telah kuperbuat. Aku minta maaf karena aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk pergi ke karnaval bersamamu. Dan, tentu saja aku minta maaf soal jalan hidup yang telah aku pilih ini"

"Kalau soal janji saat ke karnaval mungkin aku masih bisa memaafkanmu. Tapi..., kalau melihat dirimu saat ini.... mana mungkin aku bisa memaafkanmu!" seru (y/n).

"..."

"Mulai sekarang, jangan dekati aku lagi, Mitsuya" ucap (y/n) sambil berjalan pergi.

Secara spontan, Mitsuya langsung mengenggam erat sebelah tangan (y/n) agar ia tidak bisa pergi kemana-mana.

"Lepaskan"

"Kumohon, (y/n). Aku-"

"TIDAKKAH KAU MENGERTI?! AKU SUDAH TIDAK MAU LAGI BERTEMU DENGANMU! PERGILAH!" teriak (y/n).

Sontak, Mitsuya pun langsung terdiam. Perlahan ia pun melepaskan genggaman tangannya dari tangan (y/n). Sepertinya (y/n) sudah benar-benar kecewa dengan Mitsuya.

Dengan cepat, (y/n) langsung berjalan pergi meninggalkan Mitsuya sendirian.

Hati Mitsuya benar-benar terasa hancur. Padahal ia sejak lama ingin sekali bertemu dengan (y/n).

Namun,

Bukan ini pertemuan yang ia inginkan.

Ia dapat memahami perasaan (y/n). Tapi...

Mitsuya ingin hubungannya dengan (y/n) seperti dulu lagi.

"(Y/n)..."

***

Beberapa hari kemudian, (y/n) sedang berada di kelasnya. Ia sedang duduk di bangkunya sambil melirik kearah jendela. Ia masih memikirkan kejadian beberapa hari lalu saat ia bertemu lagi dengan Mitsuya setelah sekian lama. Ia masih merasa hancur begitu melihat sosok Mitsuya yang bebar-benar berubah. Apakah ia akan membuang perasaannya yang selalu ia jaga untuk Mitsuya begitu saja?

Tak lama kemudian, bel sekolah pun berbunyi.

Lalu seorang guru masuk  ke dalam kelas.

"Ohayou gozaimasu" sapa guru tersebut.

"Ohayou gozaimasu" balas para murid serempak.

"Hari ini kalian kedatangan seorang murid baru. Ayo, silahkan masuk"

Murid baru itu pun masuk ke dalam kelas.

Begitu melihat murid baru tersebut, spontan (y/n) merasa sangat terkejut.

Ternyata murid baru tersebut adalah Mitsuya. Walaupun ia sedang berada di lingkungan sekolah, Mitsuya sama sekali tidak mengubah penampilan berandalannya. Hal tersebut membuat (y/n) semakin merasa kesal terhadap Mitsuya.

Mata Mitsuya langsung tertuju kepada (y/n). Ia tidak menyangka ternyata ia sekarang berada di kelas yang sama dengan (y/n).

"Silahkan perkenalkan dirimu, Takashi-san" ucap guru sambil melirik kearah Mitsuya. Namun, karena ia melihat wajah (y/n) yang terlihat tidak suka terhadap keberadaannya membuat ia merasa terpukul. Sehingga ia sampai tidak mendengar perkataan guru tersebut.

"Oi, Takashi!"

"A! Maafkan aku. Namaku Takashi Mitsuya. Yoroshiku onegaishimasu" ucap Mitsuya sambil sedikit membungkuk.

"Silahkan duduk di sebelah Kusanagi" perinta guru sambil menunjuk sebuah bangki kosong yang berada tepat di samping bangku (y/n).

"B-baiklah" ucap Mitsuya. Lalu ia berjalan menuju bangku tersebut.

(Y/n) yang sudah malas melihat wajah Mitsuya langsung memalingkan wajahnya. Melihat sikap (y/n) yang begitu dingin terhadapnya membuat Mitsuya merasa sakit hati.

Mitsuya pun duduk di bangkunya.

"Untuk apa berandalan sepertimu pergi ke sekolah?" celetuk (y/n) sambil menatap jendela dengan sebelah tangannya yang menumpu dagunya.

Mitsuya hanya terdiam. Ia bingung harus memberi respon seperti apa kepada (y/n).

***

Akhirnya jam pelajaran pun berakhir. Waktunya para murid untuk melakukan kegiatan klub mereka masing-masing.

Setelah membereskan semua barang-barangnya ke dalam tas, karena ia kesal bila bila harus berlama-lama dekat dengan Mitsuya, ia pun segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas.

Mitsuya yang melihat (y/n) spontan ingin mencegahnya pergi.

"C....chotto-"

"TIDAKKAH KAU MENGERTI?! AKU SUDAH TIDAK MAU LAGI BERTEMU DENGANMU! PERGILAH!"

Tiba-tiba, ia mengingat perkataan (y/n) saat itu. Karena hal itulah, ia mengurungkan niatnya tersebut dan membiarkan (y/n) pergi begitu saja.

***

(Y/n) berada di depan ruangan klub menjahit. Lalu, ia melirik kearah sebuah tas plastik yang sedang ia pegang. Di dalamnya terdapat sebuah jaket yang selama ini ia buat susah payah untuk Mitsuya. Namun, karena menurutnya Mitsuya sudah menjadi orang yang sangat berbeda, sudah tidak ada alasan lagi baginya untuk melanjutkan menjahit jaket tersebut.

(Y/n) melirik kearah sebuah tong sampah yang berada tak jauh darinya. Dengan berat hati, ia langsung membuang jaket tersebut dan segera masuk ke dalam ruangan klub menjahit.

***

Beberapa saat kemudian, kegiatan klub pun dimulai.

"Ano, Kusanagi-san!" panggil ketua klub menjahit.

"Iya?"

"Aku ingin minta tolong kepadamu. Bisakah kau mengantarkan kain-kain ini ke ruang guru?" pinta ketua sambil menyerahkan beberapa buah kain kepada (y/n).

"Baiklah" ucap (y/n). Lalu ia langsung pergi menuju ruang guru.

***

Setelah menyerahkan kain tersebut ke ruang guru, (y/n) segera kembali ke ruang klub menjahit.

(Y/n) menggeser pintu ruangan.

Betapa terkejutnya (y/n).

Lagi-lagi ia terpaksa harus melakukan kegiatan bersama dengan orang yang sangat dibencinya saat ini.

Ya, siapa lagi kalau bukan Mitsuya.

Mata (y/n) dan Mitsuya saling menatap satu sama lain. (Y/n) melihat Mitsuya yang sedang mengukur sebuah boneka manekin untuk membuat pola.

Tentu saja, Mitsuya pun terkejut dengan kedatangan (y/n). Entah kebetulan atau apa ia dan (y/n) berkali-kali selalu bertemu.

Apa-apaan ini? Semakin aku tidak mau melihat wajahnya, aku malah semakin sering bertemu dengan Mitsuya, gumam (y/n).

.
.
.
.
.
.
.

~Bersambung↠~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top