2/3
Arus deras ombak yang dihembuskan pada bibir-bibir pantai seakan menggambarkan naik dan turunnya perjalanan emosi dan kehidupan, membawa tangis dan tawa, marah, kecewa dan luka.
[Name] terus memandang rumah yang cukup besar di hadapannya saat ini. Rumah di tepi pantai yang dulu pernah ia datangi bersama Dekis.
Tanpa bisa dicegah, satu persatu memori kembali menari-nari di kepalanya.
.....
"Ini rumah siapa?" tanya [Name] kagum dengan interior bangunan yang berdiri kokoh di depan mereka.
"Rumah kita." Dekis tersenyum melihat kekaguman di mata gadis di sampingnya.
[Name] mengernyit dan menatap Dekis tidak mengerti. "Kita? Apa maksudmu dengan kita?"
"Eh? Memangnya kau tidak mau menikah denganku dan tinggal bersama di rumah ini?"
DEG
"T-tentu saja aku mau!" Perlahan tapi pasti, rona merah mulai menghiasi wajah cantik [Name]. Melihat hal itu, Dekis kembali tersenyum lembut seraya mengelus surai [hair color] gadis itu.
"Suatu hari nanti, aku ingin keluar dari rumah Ayah dan tinggal di rumah ini. Bersamamu, [Name]. Bersama keluarga kita sendiri. Jika kita menikah dan punya anak nanti, ayo besarkan mereka dengan baik dan limpahi mereka dengan kasih sayang yang kita punya."
Mata [Name] mulai berkaca-kaca ketika menatap senyum tulus yang tersemat di wajah tampan Dekis. Gadis itu tau, laki-laki yang dicintainya itu tidak tumbuh dengan cinta dari kedua orangtuanya. Sejak kecil, ayah Dekis bahkan sering menyiksa dengan cara mencambuki tubuh Dekis jika putra sulungnya itu melakukan sesuatu yang tidak dia sukai.
Duke Beliard selalu menganggap Dekis belum cukup layak untuk menjadi penerus keluarga karena menurut sang Duke, putranya itu memiliki perasaan yang lemah.
[Name] tidak mengerti. Bagaimana mungkin ada Ayah seburuk itu?
Dengan segera, [Name] meraih tangan Dekis untuk digenggamnya sebelum berkata. "Tentu saja. Kita akan menciptakan keluarga yang paling bahagia di dunia ini."
Di penghujung hari itu, tak ada yang lebih indah di mata [Name] selain sosok Dekis yang tertawa bahagia dilatarbelakangi matahari terbenam di balik tubuhnya.
.....
Helaan nafas terdengar dari gadis yang masih berdiri di depan bangunan kokoh itu. Rumah di depannya tidak benar-benar sama seperti rumah yang dulu mereka datangi. Dulu rumah itu benar-benar dekat dengan pantai, mungkin hanya sekitar 5 meter dari bibir pantai. Kini rumah itu dipindahkan lebih jauh dari bibir pantai. Juga beberapa bagian rumah telah diubah, namun tidak mengurangi kecantikan rumah tersebut.
"Ini kejutan yang mau kau berikan padaku, ya?" [Name] bergumam sebelum kembali berjalan memasuki rumah itu.
Semakin mendekat ke rumah itu, [Name] menyadari satu perbedaan lagi. Dulu mereka hanya perlu menaiki 5 anak tangga sebelum masuk ke rumah. Tapi sekarang ada tambahan jembatan kayu yang cukup panjang sebelum mencapai rumah itu.
Rumah itu juga tidak lagi berdiri di atas pasir, tapi berada di atas jalanan beraspal. Hanya saja jembatan kayu itu masih berada di atas pasir. [Name] juga menyadari rumah itu lebih besar dari sebelumnya. Dengan tambahan satu tingkat yang sebelumnya tidak ada. Dekis benar-benar mengubah rumah itu. Dinding kayu pun berubah menjadi dinding beton namun tetap bercat putih dan sengaja dibuat seperti tekstur kayu sehingga tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Kaca-kaca jendela besar masih menghiasi dinding-dinding itu dengan tirai biru laut yang cantik.
Tes
Tanpa terasa, tetes demi tetes airmata mulai jatuh membasahi wajah [Name]. Pertahanan gadis itu akhirnya roboh. Ia mulai menangis sesegukan di tempat penuh kenangan itu.
"Kenapa kau lakukan ini padaku, Dekis."
.
.
.
Words : 530
Jumat, 17 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top