1.kisah Fortuna (bukan keberuntungan)
Cerita baru lagi guyss... Biar numpuk... Kalau ini banyak yg minat... Tak lanjutt... Ini singkat dulu ya... Anggap saja cerpen.
.....................................
Fortuna, berarti keberuntungan. Dewi Fortuna berarti dewi keberuntungan. Namun, bagi seorang gadis cantik bernama Fortuna itu... Tak berarti beruntung sesuai jalan hidupnya. Sekarang tepat hari ulang tahunnya di taman luas rumah kediaman milik tantenya. Fortuna yang masih memakai gaun biru panjang dan rambut bergelombang yang masih tertata rapi menatap datar dan kecewa pada sosok pria tampan dan tegap yang selama ini dicintainya.
Langit malam bertabur sedikit bintang tak terlalu meresahkan gadis berusia dua puluh tahun itu. Pria yang tampak kecewa dan sedih itu menatap Fortuna resah. "Una... Kita masih bersahabat kan?" tanyanya dengan serak dan pandangan nanar.
Fortuna yang duduk di depannya menekan bibirnya kencang, mata cantik bermaskara pink itu menatap pria itu sinis. "Gibran... Kamu itu memalukan. Sahabat? Ah... Bukan lagi. Ketika aku mulai mengerti saat kamu menolak aku walau sakit, kamu dan kenyataan ini justru membuat aku tak mengerti. Segala kebaikan aku padamu dan kasih sayang aku pada kalian membuah aku lebih merasa terbuang. Lebih parah saat aku jadi anak broken home."
Fortuna menengadah ke atas pada langit malam berharap kegelapan di atas sana mampu menahan air matanya agar tak meledak keluar. Dia mengedipkan mata beberapa guna menahan butir bening itu. Mencoba melupakan adegan ciuman panas lelaki yang dia cintai, lebih tepat mantan lelaki yang dia cintai bersama sang tante tersayang yang dulu dia anggap sebagai bidadari penolong.
Gibran yang duduk di depannya perlahan bergerak untuk mengelus tangan Fortuna atau Una yang mengepal. Sebelum itu terjadi gadis menarik tangannya dari atas meja lalu berdiri. "Aku gak bakal melarang kamu. Lagian Om Dipa juga udah cerai kan sama tanteku. Selamat. Oh ya tenang saja aku gak bakal kabur kok kayak di novel-novel picisan. Aku bakal tetap di Bandung sampai lulus kuliah. Dan masalah kita menjadi dekat lagi atau gak, aku... Gak tahu," Ucap Fortuna lirih menatap Gibran tegas walau kesedihan terlihat di raut cantiknya.
Ketika pria itu ingin berucap lagi, gadis itu berlari pergi. Menyisakan binatang malam yang berbunyi seolah bernyanyi mencoba menghibur keadaan mereka. Gibran menatap dalam punggung Fortuna yang menjauh.
...........................................
Dua tahun kemudian.....
Sekarang Fortuna sepertinya mengakui jika nama itu mengandung keberuntungan saat kembali jatuh cinta pada tatapan pertama.
Pagi itu di hari pertama dia bekerja sebagai karyawan fashion stylist dan creative di sebuah televisi nasional. Seorang pria tampan, gagah dengan sikap ramah membantunya membelikan minuman yang tak sengaja dia jatuhkan. Namanya Sultan, salah satu senior satu divisi creative. Satu divisi dengan gadis itu. Rambut ikalnya yang selalu tampak berantakan menjadi ciri khas dia santai, pekerja keras, dan energik. Rasanya tangan Fortuna ingin merapikan rambut ikal itu.
Tapi kembali hati kejamnya berteriak jika Fortuna yang tertera pada namanya bukanlah sebuah keberuntungan ketika ada seorang gadis yang datang. Mereka tampak akrab dan gadis itu tiap hari merapikan rambutnya. Namanya Hanny, sahabat baru Fortuna di tempat kerja. Si gadis yang selalu membuat keceriaan.
Senyum masam pasti terukir jika Hanny datang saat kami sedang berbincang berdua mengenai masalah pekerjaan. Kadang terselip rasa ingin bersaing cepat.
...............................................
Wajah cantik itu berkedip menatap langit kamar. Dan mata bulatnya menyadari jika di dalam selimut tipis ini dia tak mengenakan apapun lagi. Rautnya berubah panik. Terlebih melihat kamar luas bernuansa abu-abu maskulin. Dia melihat sekitar pada pakaian yang semalam dia kenakan bertebaran di lantai.
Mulutnya menganga, "Kamprett... Aku masuk kamar siapa?"
Tak lama pintu terbuka menampilkan seorang pria yang sangat dia kenali. Gibran memakai kaos putih dan celana training panjang tersenyum sambil membawa segelas susu. Pria itu berjalan tenang dan duduk di atas kasur, di sebelah Fortuna yang tampak kaget.
"Minumlah biar tenang." Gibran menyerahkan cangkir itu. Tapi Fortuna langsung membuang cangkir itu dengan kasar. Dia menatap tajam pada Gibran yang berusaha tenang menghadapi sikap gadis itu yang bringas.
"Brengsek... Habis sama tantenya keponakannya diembat juga!" Teriak Fortuna dengan nafas menderu. Dia semakin erat melilitkan selimut di tubuhnya.
Gibran mengusap kasar wajahnya seolah frustrasi. Tirai kamar masih tertutup menahan sinar matahari yang mulai meninggi. Mendesah lelah, pria itu akhirnya buka suara. Dia mencoba membuat gadis itu mengerti. "Tante Sonya udah mutusin gue."
Satu tamparan akhirnya melayang padahal Gadis itu dari dulu tak ingin memukul orang. Karena perbuatan pria yang dulu dia cintai juga sahabatnya itu sudah kelewat batas dia tak tahan lagi untuk menamparnya. Gibran dulu menolaknya dan belakangan ini mengusiknya. Dia ingin mengejar cinta baru. Tapi justru mereka datang lagi mencoba mengacaukan jalan hidupnya.
Fortuna masih berharap jika namanya masih berarti keberuntungan.
__________________________________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top