50. Antioksidan (1)
Makasih banyak ya Kak atas komen dan dukungannya yg ditulis di bab sebelumnya, bahkan meski itu bukan bab update cerita. Unch unch terharu deh.
Karena banyak yg bilang suka sama cerita ini, jadi hr ini saya update bab berikutnya. Semoga Kakak2 yg suka makin banyak, dan berkenan vote semua chapternya. Makasih Kakak2 🙏🏻
* * *
"Aku sudah terlalu naif. Aku pikir bisa memperjuangkan kamu tanpa menyakiti kamu. Maaf. Aku gagal."
-Danan Dirgatama-
* * *
Sofi mengecek sekali lagi formula-formula pada file excel di hadapannya lalu mengembalikan laptop tersebut kepada Randu.
"Sekarang sudah oke. Formula perhitungannya udah bener. Coba kamu masukin data absorbansi larutan sampel uji disolusi ke Excel sheet ini. Nanti balik lagi kesini, saya cek," kata Sofi.
"Siap, Bu!" jawab Randu sambil memberi hormat, bertingkah ala tentara yang menerima perintah dari komandannya.
Sofi tertawa melihat tingkah pemuda itu lalu menggebahkan tangannya menyuruh pemuda itu pergi dari ruangannya dan kembali ke lab.
Randu mengambil laptopnya dan membuka pintu penghubung ruang dosen dan lab tempatnya melakukan penelitian. Ketika ia akan menutup pintu itu kembali, Sofi menghentikannya.
"Biarin pintunya terbuka," kata Sofi, "Biar saya tahu kamu beneran mengolah data itu, bukannya ngegame atau nonton bokep."
"Bu!" kata Randu terkesiap. "Ini masih siang. Masa saya nonton bokep siang-siang."
"Oh, jadi kalo kamu suka minta ijin ngelab lembur sampe malem itu sebenarnya itu buat nonton bokep berjamaah?"
"Ya ampun, Bu. Kayaknya saya hina banget di mata Ibu. Emang muka saya segitu mesumnya?" kata Randu, dengan ekspresi sakit hati yang dibuat-buat.
"Emang. Segitu mesumnya." Lalu Sofi tertawa. "Udah gih, sana cepetan kerja. Saya tunggu. Satu jam ya!"
Randu cengengesan dan membiarkan pintu penghubung lab dan ruang dosen itu terbuka, sesuai perintah Sofi. Lalu kembali ke meja labnya.
Ruang dosen tempat Sofi bekerja itu memang memiliki dua pintu. Satu pintu masuk yang mengarah ke koridor, dan satu pintu penghubung ke ruang lab. Pintu penghubung itu biasanya tertutup, dan hanya dibuka saat dosen di ruangan tersebut sedang mengawas praktikum di lab.
Kali itu meski tidak ada praktikum di lab sehingga lab dimanfaatkan oleh mahasiswa yang sedang penelitian untuk skripsi, Sofi tetap meminta pintu penghubung tersebut dibuka karena satu alasan.
Danan.
Pemuda itu tampak sedang sibuk dengan labu ukur, beaker glass, erlenmeyer dan sampel-sampel di hadapannya. Sofi memanfaatkan momen itu untuk menatapi pemuda itu dengan leluasa.
Tiga bulan berlalu sejak Danan mengakhiri hubungan mereka. Sejak hari itu, tidak satu haripun Sofi lalui tanpa usaha untuk melihat Danan, meski hanya dari jauh.
Saat Danan mengatakan agar mereka tidak berhubungan lagi, Sofi ingin menahan pemuda itu agar tidak meninggalkannya. Tapi logikanya mengatakan bahwa keputusan itu adalah yang terbaik untuk Danan. Danan masih sangat muda, perjalanannya masih panjang. Baru beberapa bulan berhubungan dengan Sofi saja sudah membuat Danan terpaksa terlibat skandal. Apalagi jika mereka melanjutkan hubungan mereka kan? Barangkali Danan jadi harus menghadapi banyak rintangan lagi jika ingin terus bersama Sofi. Di usia Danan yang semuda itu, pemuda itu berhak menikmati masa muda yang indah, bukannya sudah harus susah payah memperjuangkan cinta. Pemuda itu berhak memiliki kisah cinta yang manis, layaknya FTV atau drama Korea. Dan karena Sofi sadar diri bahwa bersama perempuan yang usianya jauh lebih tua seperti dirinya hanya akan menyulitkan Danan dan membuat pemuda itu tidak bahagia, maka Sofi menerima keputusan Danan. Meski hatinya hancur.
Dia sudah terlanjur memberikan hatinya pada Danan. Saat pemuda itu meyakinkannya bahwa pemuda itu akan memperjuangkannya dan bahwa pemuda itu sudah memikirkan strategi agar dirinya diterima oleh kedua orangtua Danan, harapan di hati Sofi tumbuh. Dia mulai percaya, barangkali akan ada masa depan untuknya dan Danan. Tapi seharusnya sejak awal dia sudah sadar, Danan hanya anak kecil. Jikapun pemuda itu mengaku telah mencintainya sejak SMP, barangkali itu bukan benar-benar cinta. Itu hanya obsesi atau rasa kagum semata. Buktinya pemuda itu langsung menyerah begitu dihadapkan pada masalah dan skandal.
Jikapun Danan ingin memperjuangkannya, harusnya Sofi sadar diri bahwa dia tidak sepantas itu diperjuangkan oleh Danan Dirgatama, putra tunggal pemilik salah satu rumah sakit yang sedang naik daun di Jakarta. Orangtua Danan barangkali menyukainya sebagai guru dari anak mereka. Tapi sebagai menantu? Tentu mereka menginginkan perempuan yang layak dan setara dengan Danan. Jalan mereka akan sama sulitnya dengan jalan yang pernah dilaluinya dengan Attar. Dan jika Attar yang jauh lebih dewasa daripada dirinya pada akhirnya menyerah juga, bagaimana dia bisa menuntut Danan yang masih belia akan lebih sanggup memperjuangkannya?
Danan barangkali terlalu naif, mengira jalan mereka akan mulus saja. Tapi harusnya Sofi yang lebih dewasa bisa berpikir lebih rasional kan? Jadi kenapa dia tetap percaya dan terjebak pada harapan yang diberikan pemuda itu?
Sofi tahu, saat Danan melepaskannya, harusnya Sofi juga melepaskan pemuda itu dari pikirannya. Tapi itu tidak mudah saat dirinya sudah terlanjur jatuh cinta dan berharap pada masa depan mereka. Itu mengapa sampai saat ini Sofi masih selalu memperhatikan Danan, meski hanya dari jauh.
Ketika matanya masih mengamati gerak-gerik Danan di lab, tiba-tiba Danan juga sedang melihat ke arahnya, dan tatapan mereka bertemu. Sofi melemparkan senyumnya, bahagia karena bisa bertatap mata dengan Danan. Tapi Danan segera mengalihkan matanya kembali ke alat-alat labnya tanpa membalas senyum Sofi.
Sofi menunduk sambil menepuk-nepuk dada kirinya yang sakit.
Sekarang hubungannya dan Danan bahkan lebih buruk daripada sekedar kakak-adik zone. Tapi Sofi tidak berharap membalik waktu dan kembali ke masa itu. Dia jatuh cinta pada Danan, dan dirinya menyukai perasaan itu. Jika kemudian keadaan membuat Danan tidak bisa membalas cintanya, Sofi tidak menyalahkannya. Bagaimamapun, dia tidak menyalahkan Danan yang telah membuatnya jatuh cinta meski pemuda itu tidak bisa menangkap hatinya yang jatuh.
Ping!
Sebuah notifikasi pesan baru masuk ke emailnya terdengar dari laptop di hadapannya. Sesaat berhasil mengalihkan Sofi dari rasa sakit di dadanya. Dan ketika dia melihat nama pengirim email itu, perhatian Sofi sepenuhnya teralih.
Sofi bertukar kabar dengan orang itu hanya beberapa kali setahun, tidak sering, dan biasanya hanya saat Natal, Tahun Baru atau Idul Fitri. Atau saat salah satu berulang tahun. Itupun tidak selalu. Lalu kenapa orang itu tiba-tiba menghubunginya saat itu?
Tobias van Praag.
* * *
Bab Antioksidan ini akan ada 4 sub bab, mayan panjang. Dan kalau ga dibagi jd sub bab itu, nanti takutnya kagak update2 gara2 kagak kelar2 ngetiknya.
Nanti di akhir sub bab, baru akan diceritain knpa judulnya antioksidan. By the way, ada yang tahu, biasanya produk apa aja yg mengandung antioksidan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top