5. Ijin Mengajar
Karena menurut Bima murid barunya ini adalah kasus khusus, maka sebelum mulai mengajar, Sofi sudah terlebih dahulu menelisik riwayat Danan. Berdasarkan cerita Bima, yang dirangkum dari cerita-cerita teman-temannya yang sempat mengajar Danan, Sofi tidak bisa membuat kesimpulan tentang bagaimana sebenarnya Danan. Testimoni dari masing-masing orang berbeda-beda dan saling bertolak belakang. Sofi tidak bisa menyimpulkan apakah Danan itu anak yang cerdas atau butuh perhatian lebih dalam belajar, dia juga tidak tahu apakah Danan anak yang pemarah atau cengeng. Sofi merasakan suatu keanehan pada anak ini.
Pada hari pertama jadwal les, Sofi memutuskan untuk memulainya dengan mengamati perilaku belajar Danan. Adakah gaya belajarnya yang khusus, sehingga ia harus memberi perhatian khusus, misalnya. Atau adakah sifat atau sikap Danan yang perlu diwaspadainya. Tapi ternyata, tidak ada hal spesial yang perlu diperhatikannya dari Danan. Cowok berusia 13 tahun itu sama saja seperti cowok-cowok SMP lain, tidak terlihat bandel atau cengeng. Sedikit terlihat tengil dan playboy malah. Sofi dapat memaklumi itu karena Danan memang tampan. Di kalangan cewek-cewek SMP, Danan pasti jadi idola, ibarat Iqbaal saat masih bergabung dalam Coboy Junior. Bedanya, Iqbaal berkulit putih sementara Danan berkulit coklat. Tapi toh itu sama sekali tidak mengurangi ketampanan Danan. Makanya, wajar saja kalau gayanya rada tengil. Cowok ganteng mah biarpun tengil pasti termaafkan. Dunia memang tidak adil.
Selama dua jam les matematika, ketimbang mengerjakan latihan soal, Danan malah lebih sibuk menginterogasi Sofi. Mulai dari menanyakan nomer ponsel, akun facebook, usia, semester berapa sampai menanyakan status kejombloan Sofi.Terima kasih sudah mengingatkan kejombloan gue, anak muda!
"Kenapa nanya-nanya pacar saya?" Sofi balik bertanya ketika Danan menanyakan apakah dia punya pacar atau tidak.
"Nanya aja. Pengen tahu apakah perempuan kayak lo yang sibuk kuliah dan ngasih les privat gini sempat pacaran atau nggak. Atau jangan-jangan lo sibuk kuliah dan ngasih les privat supaya sibuk, jadi nggak kelihatan merana karena nggak punya pacar?"
Minta ditempeleng nih anak! Mulutnya perlu gue ayak!
Bukan hanya kata-katanya yang nyolotin, gaya bicara anak SMP ini juga nyebelin. Dia memang memanggil Sofi dengan "mbak", tapi tetap ber"lo-gue" saat bicara. Plus, dia seenaknya memanggil Sofi dengan "mbak Pia", alih-alih "mbak Sofi". Alasannya?
"Pipi lo bulet kayak bakpia, mbak Pia."
"Yang bulet mah bakpao kali, Nan, bukan bakpia." Sofi mengoreksi sambil manyun.
"Suka-suka gue dong," Danan menjawab dengan nyolot.
Nggak sopan banget kan. Untung ganteng, jadi gue maafin, gerutu Sofi dalam hati.
Pertama kali mendengar Danan memanggilnya Pia, Sofi kaget sekaligus terharu. Danan adalah satu-satunya orang yang memanggilnya Pia selain ibunya. Semua teman-temannya memanggilnya Sofi (atau Sop, bagi Bima). Tapi saat dia tahu alasan Danan memanggilnya Pia hanya demi mengejek namanya, dia nggak jadi terharu. Sia-sia banget terharu karena anak tengil kayak dia.
"Hanya karena gue punya pacar, bukan berarti gue harus pamerin ke lo. Nih, balik lagi ke soal yang ini nih. Ngeles aja lu, bilang aja nggak bisa ngerjain soal gampang kayak gini," Sofi membalas pertanyaan Danan tentang statusnya dengan nggak kalah nyolot. Dia tidak lagi berusaha sopan dengan memakai saya-kamu terhadap anak tengil itu, karena toh Danan juga ber"lo-gue" padanya.
Jadi dia udah punya pacar?
Jawaban Sofi membuat Danan kecewa. Meski Danan tahu bahwa anak kuliahan seperti Sofi tidak akan tertarik pada anak SMP seperti dirinya yang usianya 6 tahun lebih muda, tapi saat mengetahui bahwa Sofi sudah punya pacar, ia kecewa. Itu berarti kesempatannya benar-benar tertutup. Apa gunanya berada dekat dengan gadis yang dikagumi, padahal gadis tersebut sudah milik orang lain. Buang-buang waktu aja.
Saat itulah Danan memutuskan untuk berfokus pada tujuan awalnya untuk berontak kepada orangtuanya dan menolak mengikuti les-les pelajaran sekolah seperti ini.
* * *
Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, Danan memutuskan untuk berpura-pura bodoh. Dia memilih untuk tidak bersikap nyolot atau sok pinter seperti yang pernah dilakukannya kepada guru lesnya yang ketiga dan keempat, karena Danan pernah melihat hasil dari tendangan Sofi. Dia tidak mau bernasib naas seperti para preman yang waktu itu hanya karena bersikap kurang ajar pada Sofi sehingga membuat lehernya berakhir di bawah kaki Sofi. Dia memilih berlagak inferior.
Sofi sendiri bingung dengan perubahan Danan. Awalnya dia mengira bahwa Danan adalah anak yang cerdas tapi tengil dan nyolot. Tapi pada pertemuan kedua dan seterusnya, Danan malah bersikap pasif dan sulit mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan. Sofi bertanya-tanya apakah penilaiannya pada pertemuan pertama itu salah?
"Dia unpredictable," kata Bima ketika Sofi bertanya tentang Danan. "Ada yang bilang dia cerdas, sampai meremehkan gurunya. Ada yang bilang bahwa dia cengeng dan penakut. Ada yang bilang dia bodohnya ga ketulungan. Bagaimana mungkin lima orang yang berbeda memberikan informasi yang berbeda-beda tentang satu orang yang sama?"
Sofi memandang Bima, seolah tiba-tiba mendapat ilham. "Kecuali kalau orang tersebut memang sengaja membuat supaya seolah-olah kelima orang itu berbohong?"
Mata Bima membesar. "Dan apa tujuannya?"
"Supaya kelima gurunya dipecat tanpa dia sendiri disalahkan. Kesaksian kelima gurunya berbeda-beda, jadi orangtuanya barangkali menganggap kesaksian kelima guru itu bohong. Dengan begitu, anak itu nggak akan disalahkan oleh orangtuanya."
Demi mengonfirmasi dugaannya, Sofi menghubungi ibunya Danan dan meminta bertemu berdua saja. Saat itu Sofi minta dibawakan rapor sekolahnya Danan saat SD. Saat melihat rapor dan ijasah SD Danan, barulah Sofi sadar apa yang sedang terjadi.
Danan adalah anak yang cerdas. Jika Danan selalu menjadi juara kelas selama 6 tahun berturut-turut, juara olimpiade matematika tingkat SD dan lulus SD dengan nilai ujian yang sangat tinggi, bagaimana mungkin setelah SMP dia tiba-tiba jadi sangat tulalit saat mengerjakan latihan soal matematika yang mudah? Apakah Danan pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan kepalanya terbentur sehingga kemampuan intelegensinya menurun? Ibu Danan mengonfirmasi bahwa Danan tidak pernah mengalami kecelakaan apapun.
"Saya curiga Danan memang sengaja berpura-pura lambat dalam belajar supaya saya menjadi nggak sabar, Bu," kata Sofi sambil mengembalikan rapor dan ijasah Danan kepada ibunya Danan. "Saya curiga, selama ini Danan memang sengaja membuat guru-guru lesnya nggak betah sama dia."
"Saya dan ayahnya Danan juga curiga begitu," kata ibunya Danan, setuju pada prediksi Sofi. "Dan kami juga sudah memberi tahu guru-gurunya Danan sebelumnya. Tapi kan kami nggak bisa memaksa jika guru-gurunya memang nggak kuat lagi menghadapi Danan. Saya juga beberapa kali menegur Danan, tapi kan saya nggak bisa selalu mengawasinya saat les, jadi ya saya nggak tahu apakah dia sudah berhenti mengerjai guru-gurunya atau tidak."
"Apa Danan sedang malas sekolah ya Bu? Maklum, masa puber, gitu?"
"Kurang tahu ya Mbak. Tapi emang sih sebelum dia les privat ini, dia juga sempet kabur-kaburan dari tempat les."
Sofi mengangguk-angguk kayak burung pelatuk sambil mengaduk-aduk green tea milk shake di hadapannya.
"Apa mbak Sofi sudah habis sabar pada Danan?" tanya ibunya Danan kemudian.
"Belum sih, Bu."
"Alhamdulillah. Jadi mbak Sofi tetap bisa mengajar Danan kan?"
"Bisa sih Bu. Tapi Danan mau nggak diajar sama saya?"
Ibunya Danan nyengir salah tingkah, merasa nggak enak pada Sofi.
"Kenapa Danan harus les bimbel, Bu? Kan nilai-nilainya sudah cukup bagus?" Sofi bertanya.
"Cukup aja kan nggak cukup, Mbak, kalau Danan bercita-cita jadi dokter."
Giliran Sofi yang nyengir salah tingkah. Anak SMP sudah diprospek jadi dokter.
"Saya mau mencoba satu cara terakhir. Kalau cara ini gagal, saya mungkin akan menyerah, Bu," kata Sofi akhirnya.
"Iya Mbak, saya mengerti kalau mbak Sofi nggak tahan sama kenakalan Danan."
"Danan nggak nakal, Bu. Dia cuma butuh berekspresi. Namanya juga lagi puber."
"Ya, apapun itu namanya, keinginannya berekspresi membuat orang lain susah."
"Tapi saya butuh ijin dari Ibu untuk mencoba cara terakhir ini," Sofi melanjutkan.
"Ijin untuk apa?"
"Ijin untuk mengajar."
"Maksud mbak Sofi?"
* * *
Ya kalo blm dpt ijin mengajar, dr kemaren2 honor guru les kagak dibayar, maliiihhh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top