43. Terlalu Baik (1)

Salah satu hal nggak enak dari menjadi dosen junior adalah menjadi kasta terbawah dalam "rantai makanan". Seperti halnya menjadi junior dalam bidang pekerjaan lain, menjadi dosen junior berarti harus siap melakukan apapun titah senior, termasuk melakukan pekerjaan remeh sekalipun atau menjadi "cadangan" yang harus siap sedia. Misal dalam satu tim pengampu matakuliah, jika dosen senior berhalangan mengajar maka dosen junior wajib siap sedia untuk menggantikan mengajar. Dalam suatu kepanitiaan, biasanya dosen junior selalu kebagian "seksi sibuk". Kalau dosen senior berhalangan hadir pada suatu acara, dosen junior juga wajib siap sedia menggantikan.

Sebagai dosen junior, Sofi dan Rahman mengalami hal serupa. Karena senasib sepenanggungan itulah maka Sofi, Rahman dan beberapa dosen muda lainnya biasanya saling membantu dan saling back-up jika salah satu diantara mereka tiba-tiba mendapat tugas dadakan, limpahan dari para senior.

Seperti halnya kali itu, karena Rahman mendapat tugas mendadak untuk menghadiri rapat antar perguruan tinggi farmasi di Jogjakarta, sementara sebenarnya ia seharusnya menjadi dosen pendamping pada acara PengMas (Pengabdian kepada Masyarakat) dan Bakti Sosial mahasiswa Farmasi dan Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan lainnya, ia terpaksa mendelegasikan tugasnya sebagai dosen pendamping tersebut kepada salah satu rekannya. Pilihannya jatuh pada Sofi karena Sofi juga memiliki pengalaman dengan kegiatan PengMas saat kuliah dulu. Karena kedekatannya dengan Rahman sehingga kasihan pada lekaki yang mendapat tugas ke Jogja tiba-tiba, serta karena dirinya jomblo dan tiada kegiatan di malam Minggu, Sofi tidak punya alasan untuk menolak permintaan Rahman sehingga menyanggupi untuk menggantikan Rahman sebagai dosen pendamping pada kegiatan kemahasiswaan itu.

Dirgatama: Aku baru dengar dari Adisty bhw kamu gantiin Pak Rahman jd dosen pendamping utk PengMas mhswa bsk?

Sofia: Iya, tiba2 Pak Rahman ditugasin ke Jogja, jd aku gantiin beliau bsk. Knp?

Dirgatama: Besok pagi aku jemput ya kl gt? Aku antar ke tempat pengmasnya.

Sofia: Lho? Emangnya kamu jd panitia buat pengmas bsk? Bukannya kamu udah nggak aktif lagi di BEM?

Dirgatama: Aku bukan panitia sih. Kan udah sertijab ke pengurus BEM baru. Besok cuma bantuin anak2 pengmas aja.

Sofia: Rajin bgt sih, bela2in bantuin junior pas weekend. Pasti salah satu panitia ada yang cantik ya?

Dirgatama: Ciyeee, cemburu ni yeee.

Sofia: 😴😴😴

Dirgatama: Hahaha.

Dirgatama: Ya? Bsk aku jemput ya?

Sofia: Ga usah, nanti kamu repot. Aku udah tahu alamatnya kok. Besok bisa kesana sendiri.

Dirgatama: Ya kan rumah kita searah ke tempat pengmasnya, Pia. Pokoknya aku jemput ya 😘

Tanpa diduga dan tanpa diinginkan, Sofi senyum-senyum sendiri membaca pesan WhatsApp dari Danan.

Manis banget ga sih tuh anak?

Kalau dipikir-pikir lagi, Danan memang selalu so sweet gitu sih.

Sejak mengenalnya saat SMP dulu Sofi selalu merasa bahwa Danan adalah anak yang tengil, sok keren, seenaknya sendiri dan suka menggombal receh. Tapi beberapa bulan terakhir tiba-tiba Sofi seperti melihat sisi lain Danan. Gayanya memang masih tengil, seenaknya sendiri dan suka ngegombal receh, tapi Sofi merasa sikap Danan padanya jadi makin manis sejak dirinya putus dari Attar. Entah karena Sofi baru menyadari sikap manis Danan, atau karena memang Danan baru bersikap manis padanya ketika kesempatannya sudah terbuka.

Meski awalnya risih, akhirnya Sofipun terbawa dengan gaya komunikasi Danan. "Aku-kamu" terdengar cheesy dan menggelikan bagi mereka yang selama 7 tahun ber"gue-lo", tapi Sofi akhirnya menyukainya.

* * *

Kegiatan bakti sosial (baksos) yang diadakan hari itu merupakan kolaborasi antara divisi Pengabdian kepada Masyarakat BEM Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sofi tidak perlu kaget jika bertemu dengan dosen dan mahasiswa dari kedua fakultas lainnya, termasuk Sarah, pada kegiatan tersebut.

Sofi dan Sarah masih bertemu sesekali di kampus. Hubungan mereka juga masih baik meski Sofi tidak pernah berhubungan lagi dengan Attar. Setiap bertemu dengan Sofi, Sarah juga tidak pernah membicarakan tentang Attar. Sofi tidak pernah bertanya tentang Attar, dan Sarah merasa sungkan untuk menceritakannya jika Sofi tidak bertanya.

Jadi ketika pagi itu Sofi kaget, itu bukan karena ia harus bertemu dengan Sarah. Tapi karena mendadak Danan memberitahunya bahwa selain menjemput Sofi, pagi itu dia juga harus menjemput Sarah. Sofi tidak suka kejutan dan hal-hal yang diluar rencananya.

"Harusnya kamu bilang bahwa kamu juga harus jemput orang lain. Aku bisa berangkat sendiri," kata Sofi, tanpa sanggup menutupi ekspresi sebalnya.

"Aku bukan jemput orang lain. Aku jemput Sarah. Kan kamu juga kenal sama dia."

Sofi hanya diam. Membuang wajahnya ke jendela mobil di samping kirinya. Bukan orang lain? Dia pacar lo?

"Aku cuma bantu dia bawa perlengkapan buat baksos hari ini. Orang yang janji mau jemput dan bantu dia bawa perlengkapan, tiba-tiba cancel."

Sofi masih diam. Emangnya ga bisa order taksi online? Sebanyak apa perlengkapan yang harus dia bawa?

"Kita cuma sebentar di rumahnya, nggak perlu masuk. Kamu juga nggak perlu turun dari mobil dan bertemu ibu atau kakaknya."

Meski tidak bisa dipungkiri bahwa itu adalah salah satu yang dikhawatirkan Sofi jika ke rumah Sarah, tapi sebenarnya bukan itu yang terutama membuatnya resah.

Sesuai janjinya, ketika mobil Danan sampai di depan rumah Sarah, gadis itu sudah menunggu di depan rumahnya dengan beberapa perlengkapan baksos di sekitarnya. Danan memberi Sofi kode supaya tetap di dalam mobil sementara Danan turun dan membantu Sarah memasukkan barang-barang itu ke bagasi mobilnya.

"Halo Mbak Sofia," kata Sarah setelah semua perlengkapan baksosnya masuk ke bagasi, dan dia sendiri masuk ke mobil Danan dan duduk di belakang kursi Danan.

"Hai, Sar," Sofi menoleh ke belakang dan menyambut gadis itu dengan ramah. Bagaimanapun Sarah tidak layak mendapat wajah kesalnya di pagi hari kan.

"Maaf ya Mbak, jadi harus jemput kesini dulu."

"It's fine. Aku nggak repot sama sekali kok. Kan Danan yang nyetir," kata Sofi.

Danan masuk ke mobil, memakai sabuk pengamannya dan bersiap melajukan lagi mobilnya ketika dia mendengar Sofi berkata, "Harusnya aku juga bisa berangkat sendiri kesana. Karena nggak tahu bahwa Danan harus jemput kamu dulu, jadinya aku ngerepotin dia karena jadi harus jemput aku juga."

Danan tahu bahwa Sofi masih kesal padanya karena mendadak membawanya ke rumah Sarah. Makanya dia diam saja, menghindari perdebatan dengan perempuan itu.

"Nggak lah, Mbak. Kan Danan emang udah duluan janji untuk jemput Mbak Sofia. Aku yang tadi pagi tiba-tiba telepon Danan dan minta tolong jemput. Cuma Danan yang rumahnya searah sama aku untuk ke lokasi Baksos," kata Sarah memberi penjelasan. "Orang yang udah janji bakal jemput aku tiba-tiba batalin janjinya karena sibuk ngurusin pacarnya, Mbak. Aku minta tolong Bang Attar buat nganterin, tapi dia sibuk sama istrinya yang pagi-pagi ngidam nasi biryani. Ribet banget tuh orang hamilnya mah. Padahal udah hamil 7 bulan masih aja ngidam mulu. Dimanja juga sih sama Ummi, jadinya ngelunjak minta yang macem-ma___"

Danan batuk-batuk, memberi kode pada Sarah untuk berhenti bercerita tentang Attar dan istrinya yang sedang hamil. Sadar dengan kode Danan, Sarah segera membelokkan obrolan.

"Untung ada Danan yang selalu bisa diandalkan di saat darurat. Makasih banyak ya Nan," kata Sarah sambil menepuk-nepuk kedua bahu Danan dari balik kursi kemudinya.

"Santai," jawab Danan sambil tersenyum pada Sarah dari kaca spionnya, dan balas menepuk-nepuk tangan Sarah yang bertengger di bahunya.

"Itu cowok brengsek seenaknya batalin janji jemput, lebih mentingin pacarnya, padahal udah dijodohin sama gue," Sarah melanjutkan. Kalau ketemu Danan, Sarah emang bisa langsung bocor, semua hal bisa diomongin. "Harusnya gue laporin Ummi aja ya, biar perjodohannya dibatalin. Mendingan lo kemana-mana deh Nan. Selalu bisa gue andalkan. Bisa nggak sih gue dijodohinnya sama lo aja gitu?"

Danan tertawa menanggapi curhatan geje Sarah. "Sarap lu ya?"

Mood Sofi mendadak berantakan. Entah karena pagi-pagi sudah disuguhi fakta bahwa istrinya Attar sudah hamil 7 bulan di usia pernikahan mereka yang ke-8 bulan (katanya cinta mati sama Sofi, tapi begitu nikah langsung menghamili istrinya) atau karena melihat interaksi dan mendengar obrolan muda-mudi di sampingnya yang membuatnya merasa menjadi nyamuk.

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top