39. Koalesens (4)
Hari Rabu, seperti biasa adalah hari dimana mahasiswa-mahasiswa dari Fakultas - Fakultas di Rumpun Ilmu Kesehatan (Kedokteran, Kedokteran Gigi, Farmasi, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat) kuliah di gedung bersama karena kelima fakultas tersebut memiliki beberapa matakuliah bersama. Di hari itulah biasanya Danan dan Sarah bertemu, meski kadang hanya sempat saling menyapa saat berpapasan. Seperti juga hari Rabu kali itu.
Tapi hari Rabu itu berbeda. Biasanya mereka saling sapa dengan santai, dan jika kebetulan ketemu di kantin dan kursi di sebelah kosong maka mereka akan makan bersama tanpa direncanakan, tapi hari Rabu itu pertemuan mereka terasa canggung.
"Abang lo gimana?" tanya Danan memulai basa-basi, karena melihat sikap Sarah yang canggung.
"Baik," jawab Sarah singkat. Padahal biasanya dia bisa tidak berhenti bicara jika sedang ngobrol dengan Danan.
"Gue minta maaf soal minggu lalu, karena mukulin Abang lo. Tapi gue nggak menyesal memukulinya. Lo lihat sendiri apa yang dia lakukan terhadap___"
Danan sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.
Sarah mengangguk. "Jadi ternyata lo nggak bercanda tiap lo bilang hati lo udah taken, dan cewek itu adalah Mbak Sofia?"
Danan tidak menjawab. Dia hanya membalas tatapan penasaran Sarah.
"Abang yang cerita," kata Sarah kemudian. "Ternyata selama ini lo adalah saingan Abang, dan gue malah membocorkan tentang hubungan mereka ke lo."
Sarah kemudian tertawa miris. Danan tidak ikut tertawa. Dia justru khawatir Sarah akan salah paham tentang sikapnya selama ini.
"Gue nggak bermaksud memanfaatkan dan mengorek informasi rahasia dari lo," kata Danan membela diri -- meski tidak sepenuhnya jujur juga.
"It's okay. Gue kok yang ember. Karena gue merasa lo adalah salah satu sahabat gue sejak SMA, gue otomatis percaya dan cerita banyak hal ke lo."
Danan tidak berkata apa-apa. Dia masih tidak tahu bagaimana harus membela diri di hadapan Sarah. Meski pada banyak obrolan mereka memang didasari oleh persahabatan mereka, tapi Danan tidak bisa memungkiri bahwa ada saat-saat dimana dia memang menggali informasi tentang Attar dan Sofi.
"Gue minta maaf kalau lo merasa gue memanfaatkan lo," kata Danan akhirnya.
"Did you? Apa lo selama ini baik sama gue hanya untuk memanfaatkan gue?" Sarah balik bertanya.
"Kalau lo lupa, kita bersahabat jauh sebelum gue tahu bahwa lo adiknya Attar," kata Danan berusaha tetap tenang.
Sarah terdiam cukup lama, seperti menimbang kata-kata Danan, sebelum akhirnya berkata dengan bahu jatuh, "Ya udah lah, toh baik gue atau lo nggak punya kuasa untuk mengubah hubungan mereka."
"Maksud lo apa?"
* * *
"Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan suatu sediaan emulsi tidak stabil. Ada yang tahu, faktor-faktor apa saja itu?"
Sudah terlatih dengan dosen yang satu itu, yang jika dia bertanya dan tidak ada yang menjawab maka dosen tersebut akan diam sampai ada yang menjawab, tak peduli berapapun lamanya dia menunggu, maka kini mahasiswa tidak lagi bersusah-susah acting mengalihkan pandangan supaya tidak diminta menjawab. Pada akhirnya toh salah satu murid harus mengorbankan diri untuk menjawab pertanyaan dosen tersebut supaya perkuliahan tetap berlanjut.
Seorang gadis mengangkat tangannya dan menjawab, "Suhu, kelembaban, pengadukan, juga konsentrasi dan tipe emulgatornya, Bu."
Dosen tersebut mengangguk dan mengganti slide presentasinya.
"Suhu, baik suhu pada saat produksi maupun suhu penyimpanan, sangat berpengaruh pada kestabilan suatu emulsi. Suhu yang tepat pada saat pencampuran bahan-bahan dapat meningkatkan stabilitas emulsi, sementara suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah pada saat produksi maupun penyimpanan bisa menyebabkan emulsi tersebut pecah. Sebagai analogi, kalau suatu hubungan terlalu dingin, misal sama sekali nggak pernah saling menggoda atau meledek, atau kalau hubungan terlalu panas, misal tiap hari ribut melulu, hubungan tersebut juga jadi nggak awet kan?
Pun dengan pengadukan. Kalau emulsi dibuat dengan pengadukan yang kecepatannya terlalu rendah, diameter globul (tetesan cairan) yang terdispersi masih cukup besar sehingga kemungkinan globul-globul tersebut untuk saling bergabung lagi dan menyebabkan emulsi memisah akan cukup besar. Sebaliknya, pengadukan dengan kecepatan yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan rusaknya emulsi. Bayangkan kalau kita masak sayur yang mengandung santan dan tidak diaduk, santan bisa pecah. Tapi kalau diaduk terlalu sering atau terlalu cepat, santan juga bisa pecah.
Makanya hati-hati kalau pacaran trus nggak pernah berantem. Jangan-jangan bukan karena nggak ada masalah. Jangan-jangan justru karena masing-masing pihak terlalu menahan diri untuk tidak berdebat. Akibatnya tidak pernah ada diskusi dan kompromi untuk menyatukan pikiran sehingga masalah kecil jadi bertumpuk dan terakumulasi sampai akhirnya masing-masing muak dan nggak tahan lagi, lalu sekalinya bertengkar bisa jadi langsung putus. Sebaliknya, kalau hubungan diisi dengan masalah yang mengaduk-aduk perasaan melulu, kemungkinan berpisah juga makin besar.
Konsentrasi dan jenis emulgator juga berpengaruh pada stabilitas emulsi. Kalau kadar emulgator yang dipakai kurang, emulsi tersebut lebih mudah pecah. Ibarat suatu hubungan, kalau kadar rasa cinta antara kedua orang tersebut kurang, maka ikatan mereka tidak akan kuat sehingga menghadapi masalah kecil aja bisa gampang bertengkar.
Jenis emulgator yang tidak sesuai juga bisa menyebabkan emulsi pecah. Misal kalau kita menggunakan surfaktan ionik sebagai emulgator dalam formulasi sediaan yang mengandung zat aktif yang bereaksi dengan surfaktan tersebut, emulsi juga tidak stabil. Jenis rasa cinta yang tidak sesuai porsinya juga bisa menyebabkan suatu hubungan retak. Rasa cemburu dan keinginan memiliki juga bagian dari rasa cinta. Tapi bayangkan kalau si pacar bawaannya cemburu dan posesif melulu, kan pacaran juga jadi nggak nyaman ya."
Selagi mengganti slide presentasinya lagi, sang dosen mengedarkan pandangan dan mendapati para mahasiswa terlihat antusias dengan analogi yang digunakannya. Ngomongin tentang pacaran selalu berhasil menarik perhatian dan minat para mahasiswa yang berusia remaja dan masih labil itu. Mendengar penjelasan sang dosen yang mengaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas hubungan, membuat sebagian mahasiswa jadi senyum-senyum, dan sebagian lagi (yang jomblo) jadi galau.
"Ada cara untuk memperkirakan tingkat stabilitas suatu sediaan farmasi termasuk emulsi. Dengan cara ini kita bisa memperkirakan waktu daluarsa suatu produk. Cara tersebut disebut uji stabilitas...." sang dosen melanjutkan penjelasannya.
"Ada dua jenis uji stabilitas: uji stabilitas real time, dan uji stabilitas dipercepat. Dalam uji stabilitas dipercepat, suatu produk hanya perlu disimpan selama 6 bulan, pada ruangan dengan kondisi suhu dan kelembaban yang lebih ekstrim daripada suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan biasa. Kalau di Indonesia, biasanya uji stabilitas dipercepat dilakukan pada suhu 40°C dan kelembaban 75%. Jika dalam waktu 6 bulan tersebut, produk emulsi tersebut kualitasnya tetap baik, maka bisa diperkirakan bahwa produk tersebut dapat disimpan minimal selama 2 tahun di kondisi penyimpanan normal, misal di suhu kamar 30°C dan kelembaban normal 60%. Sebaliknya, kalau saat uji stabilitas dipercepat selama 6 bulan lalu emulsinya pecah atau jadi berubah warna dan berbau tengik, maka dapat diperkirakan bahwa emulsi tersebut tidak akan tahan disimpan di suhu kamar selama 2 tahun.
Ada anggapan bahwa 5 tahun pertama pernikahan adalah masa krusial. Jika suami-istri mampu melalui tantangan rumah tangga selama 5 tahun pertama, dapat diprediksi mereka akan bisa langgeng. Sebaliknya, kalau dalam 5 tahun pertama aja udah banyak berantem yang fatal, bisa diprediksi pernikahan tersebut tidak akan berlangsung lama. Mirip sama uji stabilitas dipercepat tadi kan ya?"
Sang dosen mengganti slide presentasinya lagi.
"Ada beberapa parameter yang dapat menunjukkan stabilitas suatu sediaan emulsi. Perubahan warna, rasa dan bau adalah parameter yang paling mudah diamati. Kalau selama masa penyimpanan produk emulsi tersebut terlihat berubah warna atau baunya jadi tengik, artinya emulsi tersebut sudah rusak, tidak stabil. Jika selama penyimpanan terlihat emulsi memisah menjadi 2 lapisan, itu juga berarti emulsi tersebut rusak. Kebayang kan ya, santan kalau pecah penampilannya seperti apa?
Kalau lapisan minyak dan air dalam emulsi yang memisah tersebut dikocok lagi trus emulsinya bisa bersatu lagi, itu disebut creaming. Tapi kalau emulsi yang pecah tersebut tidak bisa menyatu lagi meski sudah dikocok, itu disebut koalesens.
Koalesens adalah rusaknya suatu emulsi yang tidak bisa diperbaiki lagi.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya koalesens, antara lain kurangnya emulgator atau tekanan terhadap produk yang terlalu besar, misal kalau disimpan di suhu yang terlalu panas, atau saat distribusi emulsi tersebut terkocok-kocok dengan terlalu kuat sehingga justru emulsinya pecah.
Kalau pacaran dan rasa cintanya kurang, jadi lebih mudah putus juga kan? Kalau pacaran, trus banyak masalah dan tekanan terhadap hubungan kalian, misal hubungan kalian nggak direstui orang tua, juga bisa jadi putus kan?"
Beberapa mahasiswa mengangguk. Beberapa yang lain sibuk baper dan ikutan membahas kisah pacaran mereka dengan teman yang duduk di sebelahnya. Tapi konsentrasi Danan sejak tadi tidak tergoyahkan. Dia menatap dosennya sambil bertanya-tanya dalam hati.
"Apa tekanan terhadap hubungan kalian selama ini membuat hubungam kalian mengalami koalesens ?"
* * *
Seminggu sudah lewat sejak kejadian di apartemen temannya Attar dan Sofi sama sekali tidak mendapat kabar dari Attar. Attar sama sekali tidak menghubunginya sejak itu. Entah karena lelaki itu butuh waktu untuk masa penyembuhan setelah babak belur oleh Danan, atau karena lelaki itu tidak berani lagi menemuinya setelah apa yang dilakukannya kepada Sofi?
Meski Sofi membenci yang dilakukan Attar kepadanya, tapi Sofi juga tidak bisa menyalahkan Attar sepenuhnya. Barangkali karena Sofi memang sangat mencintai Attar sehingga tidak mudah membencinya. Barangkali juga karena Sofi tidak sepenuhnya menyalahkan ide Attar untuk membuatnya hamil agar hubungan mereka bisa direstui kedua ibu mereka. Meski enggan, Sofi terpaksa mengakui bahwa ia sempat setuju dengan rencana itu. Jika bukan karena kelemahan hatinya, bagaimana mungkin Attar yang separo mabuk bisa berbuat sejauh itu terhadap dirinya yang cukup mahir bela diri. Barangkali meski enggan mengakui, saat itu Sofi tidak sepenuhnya ingin melepaskan diri dari Attar karena merasakan rasa frustasi yang sama dengan Attar bahwa tidak ada cara lain yang bisa mereka lakukan untuk bertahan bersama selain dengan membuat kedua ibu mereka terpaksa menikahkan mereka karena Sofi hamil duluan. Saat itu akal sehatnya datang terlambat ketika tubuhnya sudah terlalu pasrah menghadapi intervensi Attar sehingga lebih sulit baginya untuk melepaskan diri.
Sofi hampir saja frustasi karena setiap hari berdebat dengan dirinya sendiri apakah dia harus menekan harga dirinya untuk menghubungi Attar duluan atau tidak, ketika akhirnya Attar datang ke rumahnya di akhir pekan itu. Perasaan Sofi tercabik antara senang karena bisa melihat wajah lelaki yang dicintainya, dan takut karena kemudian Attar mengajaknya bicara serius.
"Aku minta maaf tentang hari itu, Sofia," kata Attar memulai penjelasannya setelah Sofi mempersilakannya duduk di sofa di ruang tamu rumahnya. "Aku hilang kendali karena nggak tahu lagi apa yang harus aku lakukan supaya Ummi dan Mama bisa merestui kita."
Sofi mengangguk. Mengerti.
"Tapi sekarang aku bersyukur karena Danan datang dan menggagalkan rencana gilaku. Andai dia nggak datang tepat waktu, aku pasti sudah terlanjur merusak gadis yang aku cintai. Aku nggak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau aku sampai berhasil melakukan hal kurang ajar itu terhadap Sofia. Baru sekali itu aku merasa berterima kasih sama Danan."
Sofi masih diam. Hatinya perih mendengar keputus-asaan dalam suara Attar.
"Aku nggak bisa membayangkan apa yang harus aku lakukan kalau saat itu aku berhasil menghamili Sofia, padahal aku nggak bisa bertanggung jawab."
Mata Sofia membulat dan air mulai menggenang di situ. Dia punya firasat, kemana arah pembicaraan Attar.
"Ummi kena serangan jantung lagi, Sofia. Beliau masuk rumah sakit di hari yang sama dengan kejadian itu. Itu mengapa aku nggak bisa menemui Sofia sampai hari ini karena aku dan Sarah terus bergantian menjaga Ummi selama seminggu ini. Menghubungi Sofia via WhatsApp pun rasanya keliru. Hal ini bukan sesuatu yang bisa dijelaskan tanpa bertemu langsung."
Sofi ingin bertanya apakah ibunya Attar sekarang sudah baik-baik saja, tapi bibirnya terasa kelu. Dia takut jika dia bersuara, tangisnya akan pecah.
"Saat Ummi sedang kritis kemarin, beliau berhasil memaksaku untuk berjanji menikahi Sania... "
Belum juga Attar menyelesaikan kalimatnya, air mata Sofi sudah jatuh. Mengalir diam-diam dan deras melalui pipinya. Sofi menggigit bibir bawahnya untuk mencegahnya berteriak memprotes keadaan ini.
Attar mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Sofi. Sofi hanya bisa menunduk, memperhatikan telapak tangan yang besar itu menangkup seluruh tangannya. Barangkali ini terakhir kalinya ia bisa merasakan genggaman yang hangat itu. Hati Attar perih saat air mata Sofi jatuh di ataa punggung tangannya.
"Aku mencintai Sofia, amat sangat..." kata Attar dengan nafas tertahan. Suaranya terdengar seperti sedang menahan tangis. "Tapi aku nggak bisa durhaka terhadap Ummi. Barangkali aku akan menyesali keputusan ini seumur hidup, aku____"
Attar tidak menyelesaikan ucapannya. Sofi telah balik menggenggam tangannya dengan terlalu kuat, seperti sedang menyalurkan rasa putus asanya.
Sofi mengangkat wajahnya yang telah basah dengan air mata. Dan mata mereka bertemu. Lalu Sofi melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya sebelumnya. Mencium Attar. Biasanya dia hanya menerima ciuman Attar, tapi kali itu Sofi yang lebih dulu mencium Attar. Sebuah ciuman perpisahan yang penuh keputus-asaan. Sebuah ciuman yang disambut Attar dengan sama putus asanya.
"I love you, Sofia. So much."
"Aku cinta Abang. Sangat."
* * *
Di chapter ini saya menjelaskan agak panjang tentang koalesens supaya pembaca nggak bingung kenapa 4 bab terakhir ini diberi judul demikian. Mohon maaf kalau bosan baca materi kuliah farmasi pas akhir pekan gini. Anyhow, saya tetep berharap ada adik2 SMA yang nyangkut di lapak ini dan jd terinspirasi buat kuliah di farmasi 😘😘😘
Pas lagi nulis bab ini, saya kebayang kayaknya lagu yg saya attach disini bakal cocok sama bab ini. Sengaja saya lampirkan versi covernya oleh Boyce Avenue (bukan versi penyanyi aslinya), soalnya saya lbh suka versi yang ini. Vokalisnya jg ganteng hohoho. Adek suka meleleh Bang, liat cowok ganteng main musik 🙊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top