31. Worth To Fight For, Worth To Wait For
Sebuah slide presentasi menampilkan wajah Ha Ji Won dan Lee Seung Gi dalam peran mereka di drama korea King 2 Hearts. Empat puluh mahasiswa berbisik-bisik sambil cekikikan. Gadis-gadis segera mengenali wajah kedua aktor dan aktris itu, dan mereka membicarakannya dengan wajah antusias. Sementara para mahasiswa yang tidak mengenali kedua aktor itu, memandang dengan malas.
"Bagaimana dua orang yang sifatnya bertolak belakang, seperti minyak dan air, bisa bersatu?"
Sang dosen berdiri di depan kelas, setengah duduk - setengah berdiri menumpu pada meja, sambil bersedekap. Pada drama korea King 2 Hearts tersebut, Ha Ji Won dan Lee Seung Gi memang berperan sebagai dua orang dengan kepribadian yang bertolak belakang, yang pada akhirnya bersatu dan menikah.
"Fenomena ini bisa dijelaskan dengan teori emulsifikasi," sang dosen melanjutkan. Membuat mahasiswa yang sudah terlanjur semangat karena dikira akan membahas drama korea, jadi lemas lagi karena ternyata ujung-ujungnya belajar juga.
"Emulsi adalah sediaan berupa sistem dispersi dua cairan yang tidak saling bercampur, misalnya minyak dan air. Beberapa contoh emulsi yang biasa kita temui sehari-hari misalnya mayonaise atau body lotion.
Supaya minyak dan air tersebut bisa bercampur, ada beberapa bahan dan prosedur yang dibutuhkan.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat minyak dan air dapat bercampur dan stabil disebut emulgator. Bahan ini berada diantara fase minyak dan fase air, bekerja mencomblangi kedua fase tersebut. Ada beberapa jenis emulgator, dan masing-masing jenis emulgator tersebut memiliki mekanisme yang berbeda-beda untuk menyatukan minyak dan air. Nanti kita bahas ya di pertemuan berikutnya. Contoh yang paling mudah diingat, saat kita membuat mayonaise, kita butuh kuning telur. Kolesterol yang berada di kuning telur tersebut berfungai sebagai emulgator yang menyatukan minyak dan air.
Sama seperti menyatukan dua orang yang berbeda kepribadian. Perlu adanya comblang. Comblangnya bisa orang, misalnya teman, saudara, guru ngaji, atau orangtua. Atau bisa comblang berupa keadaan, misal karena sekelas melulu, temen sekelompok skripsi, sekantor, sering ketemu di kereta. Beda comblang, beda mekanisme kerjanya, dan beda efektivitasnya. Tanpa comblang, dua orang yang kepribadiannya bertolak belakang pasti bakal berantem mulu.
Karena emulsi mengandung air yang menjadi media yang baik untuk tumbuhnya bakteri, maka emulsi perlu mengandung pengawet supaya nggak cepat rusak. Nanti kita akan bahas juga jenis-jenis pengawet yang biasa digunakan untuk menjaga stabilitas emulsi.
Hubungan dua manusia, supaya awet juga butuh pengawet. Supaya stabilitas hubungan kedua orang tersebut nggak mudah dirusak oleh pihak luar, orang ketiga misalnya. Kepercayaan adalah pengawet yang kuat untuk menjaga stabilitas hubungan dua orang. "
Sang dosen meng-klik laptopnya dan slide berganti, menampilkan body lotion dengan dua merek yang berbeda. Yang satu harganya berkisar belasan ribu, yang lain harganya ratusab ribu.
"Sama-sama body lotion, sama-sama emulsi, tapi kedua produk ini harganya beda jauh. Kenapa? Salah satunya adalah karena mereka menggunakan corigen yang berbeda. Corigen adalah bahan tambahan dalam pembuatan sediaan farmasi. Bukan bahan utama, sehingga boleh digunakan dan boleh juga tidak. Contoh corigen adalah pewarna, perasa, pengaroma. Body lotion yang mahal ini punya warna yang lebih menarik dan lembut, dan aromanya kekinian, dibanding body lotion yang harganya belasan ribu.
Hubungan dua manusia juga gitu. Bisa saja hubungan dua manusia itu awet, tahan terhadap pelakor, tapi rasanya hambar. Untuk itu, dalam hubungan manusia juga diperlukan corigen. Perlu kemesraan, perlu saling memuji dan merayu, kadang gombalan receh, supaya hubungan nggak hambar, membosankan dan bernilai murah.
Selain penambahan bahan-bahan, faktor yang tidak kalah penting dalam pembuatan emulsi adalah proses agitasi, adanya pengadukan. Pengadukan dalam memfasilitasi pecahnya butiran-butiran minyak atau air menjadi butiran yang ukurannya lebih kecil. Makin kecil ukuran globul/butiran cairan tersebut, makin stabil emulsi yang terbentuk.
Dalam hubungan antar manusia juga gitu. Adanya masalah yang mengaduk-aduk perasaan, kadang justru diperlukan oleh kedua pihak untuk introspeksi diri, saling mengecilkan ego. Makin kecil ego, makan hubungan bisa makin stabil.
... "
* * *
"... Sampai disini dulu kuliah kita kali ini. Tugas yang minggu lalu saya kasih, sudah dikerjakan kan? Tolong dikumpulkan ya. Sampai jumpa minggu depan. Wassalamualaikum."
Sesi kuliah 100 menit yang terdiri dari 20 menit bahasan drama korea, 50 menit kuliah dan 30 menit curhatan itu akhirnya berakhir. Koordinator kelas untuk kuliah Farmasetika mengumpulkan tugas yang diberikan pekan lalu, kemudian membawanya ke hadapan dosen yang sedang merapikan mejanya dan memasukkan barang-barangnya ke tas.
"Sudah terkumpul semua, Bu," kata si koordinator kelas.
"Makasih ya. Sini," kata sang dosen, mengulurkan tangan, meminta tugas itu dari tangan si koordinator.
"Saya bawakan ke ruangan Ibu aja," kata si koordinator dengan baik hati sambil tersenyum lebar.
Sang dosenpun membalas senyumnya. "Makasih banyak ya, membantu membawakan."
"Sama-sama, Bu."
Merekapun keluar kelas beriringan menuju ke ruang dosen. Si koordinator meletakkan setumpuk lembaran tugas itu di meja dosen lalu mengedarkan pandangan dan mendapati ketiga meja dosen lainnya sedang kosong. Barangkali mereka semua sedang makan siang.
"Tadi ngajar apa curhat, Mbak?" tanya si koordinator kelas kepada dosennya.
Sang dosen tertawa lebar.
"That was a nice presentation, yet full of curhatan," si koordinator mengulas senyum tengilnya.
"Kelihatan banget ya?" tanya sang dosen, masih sambil tertawa.
"Nggak sih. Curhatan terselubung sebenarnya. Tapi karena gue tahu kisah cinta lo, Mbak Pia, jadi gue tahu lo lagi curhat. Hahaha."
"Dih, sotoy!"
"Emulgator lo apa? Keadaan? Karena sering pulang bareng naik kereta? Karena ditolongin mengembalikan diktat yang ketinggalan di kereta? Atau karena dijodohin Sarah?
Lo ngomongin kepercayaan sebagai pengawet emulsi hubungan lo, supaya lo lain kali nggak gampang cemburu kalau lihat dia jalan sama cewek yang dijodohin sama ibunya?
Apa corigen hubungan kalian? Gombalan receh?"
Sofi tertawa puas. "Sumpah ya! Gue nggak nyesel ngajar anak pinter kayak lo. Lo memahami semua analogi gue. Luar biasa!"
Danan tersenyum getir menerima pujian Sofi. Betapa miris dirinya, harus menyaksikan kisah cinta perempuan yang disayanginya dengan laki-laki lain.
"Lo sudah mengambil keputusan yang tepat dengan nggak pindah ke FK, Nan. Lo nggak salah masuk jurusan karena memilih bertahan disini!" lanjut Sofi.
Danan memang akhirnya tidak lulus lagi pada seleksi masuk FK tahun itu. Kali itu bukan karena dia sengaja tidak lulus, tapi karena dia kehilangam konsentrasi menjelang ujian akibat terlalu memikirkan cerita Sarah tentang kisah percintaan Sofi dan Attar.
Setelahnya ayah dan ibunya memaksa Danan untuk keluar dari Farmasi PTN tersebut dan pindah ke FK universitas swasta. Yang penting jadi dokter! Tapi setelah diskusi dan rayuan berkali-kali, akhirnya Danan berhasil membuat orangtuanya pasrah pada keputusannya.
"Setelah setahun kuliah di Farmasi, Danan merasa inilah dunia yang Danan mau tekuni, Pak, Bu," kata Danan. "Bapak dan Ibu bisa lihat transkrip nilai Danan dua semester ini. Bagus-bagus kan Pak, Bu? Itu karena Danan menikmati kuliah disitu. Danan ingin terus kuliah disitu sampai selesai. Danan janji nggak akan mengecewakan Bapak dan Ibu. Dan soal rumah sakitnya Bapak, sebagai Farmasis, Danan tetap bisa ikut membantu manajerial rumah sakit. Banyak juga sepupu Danan yang dokter kan? Mereka bisa jadi direktur rumah sakit, dan Danan bisa tetap membantu mengelolanya. Toh kita semua keluarga. Tolong beri Danan kepercayaan, ya, Pak, Bu?"
"Ngomong-ngomong, apa kalian berdua udah melalui tahap agitasi yang mengaduk perasaan? Atau lo belum berani menghadapinya?"
* * *
Flashback
"Barangkali saya memang nggak layak untuk Abang perjuangkan."
Meski ragu, Attar meletakkan tangannya di atas tangan Sofi. Lima detik lewat dan Sofi tidak menepisnya, Attar memberanikan diri menggenggam tangan itu.
"Sembilan kali aku pacaran," kata Attar kemudian.
Sofi menghela nafas lelah. Mereka sedang membicarakan hal serius, dan Attar masih sempat-sempatnya pamer tentang prestasi kisah cintanya?
Attar menahan senyumnya. Sofi masih merespon usahanya untuk melucu, itu berarti dirinya masih punya harapan.
"... cuma Sofia yang aku ajak nikah. Itu karena Sofia lebih dari layak untuk diperjuangkan," Attar melanjutkan.
"Saya yang ngajak Abang nikah. Dan Abang pergi," Sofi menjawab sambil memalingkan wajah.
"Jauh sebelum itu, aku udah sering bilang bahwa aku mau menunggu sampai Sofia siap menikah. Jadi sejak awal aku emang ingin nikah sama Sofia."
Sofi hanya diam. Tapi pipinya memerah.
"Lagian, aku kan udah cerita alasannya aku menjaga jarak. Aku bukan pergi. Aku cuma... takut Sofia risih di dekat aku," lanjut Attar.
Sofi diam sejenak, seperti mempertimbangkan sesuatu, sebelum akhirnya berkata, "Aku nggak risih sama Abang..."
Hati Attar menghangat mendengar Sofi kembali menggunakan "aku", alih-alih "saya". Tapi dia masih menahan senyumnya.
"... aku nyaman kalau Abang pegang tangan aku begini... " Sofi membalas genggaman tangan Attar dan menatapnya. Membuat hati Attar berbunga-bunga."Aku suka Abang elus kepala aku. Aku merasa aman Abang gandeng tangan aku. Dan aku suka dicium Abang..." Sofi berhenti dan menunduk. "...tapi aku takut nggak bisa menahan diri. Aku takut minta lebih."
Mendengar itu, Attar tertawa. Membuat Sofi sontak melepaskan genggaman tangan mereka. Dia bangkit dari sofa lalu menuju mejanya dan membereskan barang-barangnya.
Terlalu memalukan baginya mengatakan hal itu. Entah apa yang ada di pikirannya tadi sehingga dia mengatakan hal seperti itu. Kini rasanya dia mau menenggelamkan diri saja.
"Udah hampir Maghrib. Ayo pergi dari sini," kata Sofi kepada Attar sambil memakai tas ranselnya, lalu berjalan cepat menuju pintu ruang dosen.
Sambil tersenyum melihat Sofi yang salah tingkah, Attar mengikuti Sofi menuju pintu. Tapi sebelum Sofi membuka pintunya, Attar menahannya.
Attar membalik tubuh Sofi dan menangkup pipi gadis itu.
"Bisa nggak sih Sofia jangan terlalu manis kayak gini? Aku jadi pengin cepat-cepat nikahin kan," kata Attar. Lalu dia mengecup bibir Sofi dengan cepat. "Aku nggak akan melampaui batas."
Wajah Sofi bersemu.
"Aku akan memperjuangkan Sofia. Memperjuangkan hubungan kita. Tapi aku nggak bisa berjuang sendirian, aku butuh Sofia," lanjut Attar. "Aku tahu ini nggak mudah buat Sofia, buat ketemu Ummi. Jadi aku akan menunggu sampai Sofia siap."
* * *
Sedang tidak berminat menjawab pertanyaan Danan karena hanya akan membuat Sofi merasa miris pada kisah cintanya yang seperti drama India, Sofi mengalihkan topik pembicaraan.
"Lo sebenarnya seberapa dekat sih sama Sarah, kok dia menceritakan semua yang dia tahu tentang abangnya ke lo?" tanya Sofi. Selain untuk mengalihkan topik pembicaraan, juga karena Sofi penasaran dengan hubungan mereka berdua.
"Lumayan sih, kan gue udah bertahun-tahun dari SMA temenan sama dia. Dan lo nggak usah GR. Dia emang anaknya gitu, semuanya diceritain ke gue. Bukan cuma tentang lo dan abangnya doang, dia bahkan cerita tentang gebetannya yang anak FK ke gue. Makanya tuh dia sampai rela ngejar cowok itu ke FK."
Berbeda nasib dengan Danan, pada seleksi PTN tahun itu akhirnya Sarah berhasil masuk ke FK.
"Sebenarnya gue nggak suka Sarah ngejar-ngejar cowok itu. Sebagai sesama cowok, gue tahu kelakuan cowok itu. Tapi ya kalau Sarah udah cinta mati sama cowok itu, gue bisa apa? Gue cuma berharap dia akhirnya bisa bahagia, nggak kayak gue."
"Maksud lo?"
"Demi cewek yang gue suka, gue bela-belain ngikutin dia masuk Farmasi. Tapi ternyata dia tetap nggak sadar dengan perasaan gue dan tetap milih cowok lain."
Bagaikan ada seseorang yang menekan saklar lampu di kepala Sofi ketika mendengar cerita Danan, dan dia sepertinya mengerti maksud Danan.
"Sabar ya Nan," kata Sofi prihatin. "Kalau dia udah sama cowok lain, lo juga harus move on."
"Entahlah, Mbak," kali ini Danan menatap Sofi, dalam, "Seperti gue memutuskan untuk memperjuangkan masa depan gue di Farmasi, gue juga merasa masih punya kesempatan memperjuangkan dia. Barangkali nggak sekarang, karena dia sedang memperjuangkan cowok lain. Tapi gue akan menunggu sampai saatnya tepat."
"Sampai kapan lo mau nunggu?"
Danan angkat bahu. "Entahlah. Sampai gue jadi orang yang lebih baik, sampai dia sadar bahwa selama ini gue menunggu dia."
"Dan kalau dia nggak sadar juga? Penantian lo akan sia-sia."
"Nggak sih. Nggak ada yang sia-sia. Dia perempuan yang layak untuk ditunggu, dan layak diperjuangkan."
Meski Danan terang-terangan menyampaikan kode kepada Sofi, tapi dia tahu bahwa Sofi tidak menyadarinya. Pasti Sofi tidak merasa bahwa Danan sedang merujuk pada dirinya saat membicarakan gadis itu.
* * *
"Sori, telat, Bang," kata Sofi ketika sudah sampai di hadapan Attar. Dia segera mengambil tempat duduk di hadapan Attar.
"Nggak kok. Makanannya juga baru datang," Attar menjawab sambil tersenyum. Siang itu mereka memang janjian untuk makan siang bersama. Saat jadwal kuliah tidak terlalu padat, mereka memang sekali makan siang atau makan sore bersama, menjelajahi tempat-tempat makan dengam porsi besar dan murah, seperti yang pernah dijanjikan Attar pada Sofi.
"Tadi ngajarnya lama?" tanya Attar.
"Nggak kok. Selesai tepat waktu. Tapi abis itu ngobrol sebentar sama Danan."
Meski tidak secara terang-terangan diperlihatkan, ekspresi wajah Attar memang berubah saat nama Danan disebut.
"Ngomong-ngomong, Bang," kata Sofi, melanjutkan kata-katanya tanpa sadar pada perubahan wajah Attar. "Sarah itu juga udah dijodohin, kayak Abang?"
"Nggak tahu ya. Ummi pernah cerita ada rencana sih. Tapi kan Sarah masih kecil, jadi ya baru rencana aja, belum diseriusin. Kali ini Sarah emang udah kenal sama calon yang mau dijodohin sama dia karena cowok itu dulu kakak kelasnya di SMA dan sekarang seniornya di FK."
Seperti ada yang menekan saklar lagi di kepala Sofi, membuatnya seperti tersadar akan sesuatu.
"Kasian Danan. Nasibnya lebih menyedihkan daripada aku," kata Sofi.
"Kenapa emang?"
"Danan tuh naksir sama Sarah, Bang."
"Hah?!" Antara kaget dan bingung, Attar merasa Sofi sudah gila.
"Tadi dia cerita sama aku bahwa dia ngejar-ngejar cewek sampai rela ngikutin cewek itu masuk Farmasi. Eh ternyata cewek itu malah milih cowok lain."
"Anak itu nyebut nama Sarah?"
"Nggak sih Bang. Danan nggak nyebutin nama. Tapi aku tahu lah, itu pasti Sarah. Pas banget kan ceritanya, Danan ngikutin Sarah kuliah di Farmasi, tapi si Sarah malah pindah ke FK katanya buat deketin kakak kelasnya di SMA yang sekarang kuliah di FK.
Sedih banget nasibnya Danan karena Sarah malah milih ngejar cowok lain sampai bela-belain ke FK. Jangan-jangan yang dikejar Sarah itu adalah cowok yang mai dijodohin ke dia? Tapi ngapain juga ya Sarah ngejar cowok yang udah dijodohin ke dia?"
Attar prihatin pada kelemotan Sofi. Tapi di sisi lain Attar juga bersyukur karena Sofi tidak sadar bahwa gadis yang diceritakan Danan adalah dirinya, bukan Sarah.
"Aku jauh lebih beruntung daripada Danan," lanjut Sofi, "Meski Abang juga udah dijodohin sama perempuan lain, tapi Abang sayang sama aku. Danan mah bertepuk sebelah tangan sama Sarah. Tapi pas gue suruh move on karena kesempatannya kecil, dia bilang bahwa dia tetap akan nunggu. Mungkin dia nggak bisa berjuang sekarang karena Sarah lebih milih cowok lain, tapi dia yakin suatu saat Sarah bakal sadar sama perasaannya. Dan sampai saat itu tiba, dia bakal nunggu.
Aku nggak nyangka anak setengil itu bisa seromantis itu, Bang. Ternyata dia emang bukan anak SMP yang dulu lagi. Dia udah berubah jadi lebih dewasa. Dia bahkan bilang bahwa Sarah itu perempuan yang layak untuk ditunggu dan diperjuangkan. So sweeeettt banget nggak sih Bang?"
Brengsek tuh bocah, masih aja ngincer Sofi, maki Attar dalam hati.
"Abang nggak bisa ya bantuin Danan supaya Sarah sadar sama perasaannya Danan? Trus bantu bujuk Ummi supaya Sarah nggak jadi dijodohin. Dia anak baik Bang. Abang nggak bakal nyesel punya adik ipar kayak Danan....."
Sofi terus saja bercerita. Dan Attar terus bersyukur melihat ketidakpekaan Sofi.
Gue harus waspada sama anak itu. Sewaktu-waktu dia bisa aja curi kesempatan mendekati Sofia.
* * *
Di bab ini saya banyak nulis tentang Farmasi. Semoga kalau ada adik-adik SMA yang masih galau mau kuliah dimana, barangkali bisa dapet inspirasi masuk Farmasi. Hohoho.
Bahasanya sudah saya tulis dengan terminologi yang lebih sederhana daripada yang sebenarnya dijelaskan di kelas perkuliahan Farmasi, semoga kakak-kakak yang baca nggak bingung. Tapi kalau ternyata masih bingung dan ada saran terkait ini (atau saran lainnya jg boleh), silakan komen ya Kak.
Bab berikutnya saya publish kl sdh 950 votes ya Kakak2. Terimakasih 🙏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top