17. Bima
”Permisi, Pak,” kata seorang mahasiswa sambil nongolin kepalanya dari sela-sela pintu ruang dosen. ”Mau minta tanda tangan proposal Pengmas, Pak.”
Attar mengangkat wajahnya dari laptopnya dan tersenyum pada mahasiswa tersebut, lalu melambaikan tangannya mempersilakan masuk.
”Masuk, Ari!”
Ari masuk lalu duduk di depan meja Attar dan menyerahkan sebuah proposal. Attar membaca beberapa halaman sekilas dan membaca rancangan anggarannya dengan lebih teliti, lalu menggangguk puas. Dia membubuhkan tandatangan di lembar pengesahan proposal tersebut, lalu mengembalikannya kepada Ari.
”Kapan mau rapat lagi sama mereka?” tanya Attar ketika mengembalikan proposal yang sudah ditandatangani itu kepada mahasiswanya.
”Rencana Sabtu ini Pak. Cuma saya dan Lusi dulu sih. Sama anak TekLing 2 orang. Nanti kalau udah rapat teknis, baru saya ajak anak Pengmas lain.”
Attar mengangguk tanda setuju.
”Kenapa Pak?”
”Saya nggak perlu ikut rapat kan?”
”Nggak ikut juga nggak apa-apa sih Pak. Kan baru rapat awal,” jawab Ari, lalu senyum isengnya merekah, ”Tapi kalau Bapak mau ikut juga nggak apa-apa. Sekalian ngapelin mbak Sofia.”
”Mancing ya kamu?”
Ari tertawa. ”Namanya juga usaha, Pak. Banyak yang nanyain saya soalnya Pak.”
Dahi Attar berkerut.
”Cepet banget gosip beredar. Katanya Pak Attar udah punya pacar, mahasiswa Farmasi. Mahasiswi kita, bahkan mahasiswi jurusan Teknik lain juga, pada patah hati semua. Trus pada neror saya, nanyain kabar itu bener atau nggak.”
”Kenapa mereka nanya ke kamu? Memangnya kamu bapak saya?”
Ari tertawa lagi. ”Soalnya saya saksi mata yang ketemu langsung pacarnya Bapak.”
”Jangan-jangan malah kamu yang nyebarin gosip?”
”Jadi itu cuma gosip Pak?” Ari menyambar pertanyaan itu dengan cepat. ”Mbak Sofia itu bukan pacar Bapak?”
Attar cuma bersidekap memandang Ari tanpa menjawab.
”Berarti yang bener tuh gosip dari Riah. Nanti saya klarifikasi deh ke anak-anak. Mereka pasti bakal bahagia, nggak jadi patah hati.”
”Gosip dari Riah?”
Ari menyembunyikan senyumnya, padahal dia hampir saja ketawa ngakak. Kepancing lo!
”Kata Riah, Mbak Sofia punyatemen deket di Farmasi. Katanya sih mereka sahabatan, tapi Riah dan adik kelas Mbak Sofia yang lain yakin bahwa mereka pacaran. Mereka deket banget soalnya. Makanya waktu Sabtu kemarin mereka lihat Pak Attar dan mbak Sofia, mereka bingung. Soalnya selama ini yang mereka tahu Mbak Sofia udah punya pacar. Emmm, siapa ya namanya? Bima kayaknya, kalau saya nggak salah ingat.”
Dengan wajah sok polos Ari membeberkan gosip yang didengarnya dari Riah. Padahal sebenarnya dia menceritakan hal itu sambil mengamati wajah dosennya. Dan meski Pak Attar pasang tampang stay cool, Ari tetap bisa melihat perubahan wajah dosennya itu saat ia menyebutkan nama Bima, meski hanya sekilas.
* * *
Kalau ada orang yang baru putus trus wajahnya malah terlihat bahagia dan lega, mungkin cuma Bima yang kayak gitu. Gara-gara hari Sabtu lalu Sofi meninggalkannya berdua saja dengan pacarnya, eksperimen Bima jadi gagal. Lita jelas tidak bisa diandalkan soal urusan lab. Hal tersebut wajar saja sebenarnya, Bima juga tidak berharap banyak Lita bisa membantunya mengambil dan menganalisa sampel. Tapi setidaknya dia berharap Lita tidak menganggu konsentrasinya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Lita terus saja rewel soal Sofi, dan terus menginterogasi Bima bahkan setelah Sofi pergi. Hal itu membuat konsentrasi Bima kacau, dan dia jadi melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Akibatnya, eksperimennya jadi kacau.
Bima jadi bete karena hal itu. Lita yang seharian membantu Bima di lab juga sudah kecapekan dan ikutan bete. Hal itulah yang memicu pertengkaran mereka, sampai akhirnya Lita minta putus. Tidak ada perlawanan sama sekali dari Bima, dia santai-santai saja diputusin Lita. Bahkan sehari setelah putus dari Lita, Bima merasakan kelegaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Lita gadis yang baik sebenarnya, kalau sedang tidak cemburuan. Masalahnya, selama setahun pacaran, Lita lebih sering cemburu daripada nggak cemburu. Awalnya sih Bima senang-senang aja dicemburui. Berasa disayang, dan bikin dia merasa ganteng banget. Tapi lama-lama risih juga lah. Apalagi saat Sabtu lalu dia melihat Lita menuduh Sofi, sahabatnya, anehnya hatinya malah memihak Sofi. Jadi saat akhirnya Lita lepas kendali dan minta putus, Bima justru merasa bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari jeratan Lita.
Tapi perasaan bahagianya tidak bertahan lama ketika pada suatu siang seseorang membawakan kabar mengejutkan untuknya.
”Bim, lo tuh sebenernya pacaran sama Sofi nggak sih?” Farhan datang, ujug-ujug langsung nanya gitu.
”Lo kesambet? Dateng-dateng langsung nanya gitu?” Bima membalas tanpa menjawab.
Farhan tertawa. ”Gue baru dapet gosip dari pacar gue, si Dina. Katany Sabtu kemarin dia ketemu pacarnya Sofi. Kaget lah gue, kan gue tahunya Sofi tuh pacar lo.”
”Gue dan Sofi sahabatan. Dih, udah empat tahun masih aja gue digosipin mulu sama Sofi.”
”Oh ya bagus kalo gitu. Berarti nggak ada drama,” kata Farhan. ”Soalnya di angkatan adik kelas kita, gosip yang beredar liar banget.”
”Lebay lo! Gosip apaan emang?”
”Macem-macem lah. Lo kan mayan beken di kalangan adik kelas kita. Cuih!” Farhan ngomong gitu dengan nggak ikhlas mengakui bahwa Bima memang beken. Meski kulitnya tidak putih dan wajahnya tidak seperti aktor Korea, Bima memang memiliki kharisma tersendiri yang membuatnya banyak digilai adik-adik kelas. Banyak adik kelas yang naksir Bima, tapi tidak ada yang berani mendekat karena mereka pikir Bima sudah pacaran dengan Sofi. ”Banyak spekulasi apakah lo dan Sofi pacaran atau nggak. Tapi kata si Dina, Sabtu kemarin dia ketemu pacarnya Sofi. Ganteng, bro, katanya. Gue aja jealous denger Dina cerita tentang pacarnya Sofi. Nah kalo emang Sofi tuh bukan pacar lo, banyak adik kelas yang ngincer lo ...”
Harusnya sih idung Bima kembang-kempis mendengar adik-adik kelasnya banyak yang mengincardirinya jika memang dia nggak pacaran sama Sofi. Tapi nyatanya dia tidak senang sama sekali mendengar gosip yang baru saja disampaikan Farhan.
* * *
Sabtu itu giliran Sofi yang lembur di lab untuk melakukan eksperimen. Uji pelepasan obat (disolusi) selama 12 jam nonstop, sementara alat uji disolusi (untuk menguji pelepasan obat dari sediaan) biasa dipakai untuk mahasiswa praktikum pada hari kerja, menyebabkan Sofi hanya bisa menggunakan alat tersebut selama 12 jam pada malam hari atau pada Sabtu dan Minggu. Selama masih bisa diusahakan, Sofi memilih untuk tidak lembur di malam hari karena dia tidak tega meninggalkan ibunya sendirian di rumah di malam hari. Itu mengapa Sofi memilih lembur di hari Sabtu, meski karena itu dia harus minta ijin untuk tidak ke rumah Danan lagi hari Sabtu itu.
Berbeda dengan uji penetrasi obat yang dilakukan Bima, untuk uji pelepasan yang dilakukan Sofi tidak perlu dilakukan pengambilan sampel pada waktu yang bersamaan, sehingga sebenarnya dia tidak butuh-butuh amat bantuan seseorang untuk mengambil sampel. Tapi saat Sabtu pagi itu dia melihat Bima muncul di lab dan menawarkan bantuan untuk mengambil sampel dan menemaninya ngelab, Sofi merasa bahagia. Bukan karena dia butuh bantuan Bima, tapi karena kalau ada Bima, dia nggak bakal garing sendirian di lab selama 12 jam. Bima selalu punya cerita-cerita menarik atau cara-cara unik untuk membuatnya tertawa. Dan itu penting untuk membuat Sofi waras di tengah eksperimennya yang gagal melulu.
Sebelum penelitian skripsi dengan tema yang sama, Bima sudah beberapa kali sekelompok praktikum dengan Sofi, sehingga dia sudah paham cara kerja Sofi, dan sebaliknya Sofi juga sudah paham cara kerja Bima. Itu mengapa mereka merasa cocok satu sama lain dalam bekerja sama. Membantu dan menemani Sofi di hari Sabtu itu sama sekali tidak memberatkan bagi Bima karena pada dasarnya Sofi yang mengerjakan 80% pekerjaannya sendirian. Bima hanya membantunya sesekali ketika Sofi butuh mengangkat jerigen aquadest 20 liter, atau membantu mengencerkan sampel sebelum diukur konsentrasinya. Selebihnya, Bima hanya duduk-duduk sambil main game, memutar musik-musik kesukaan Sofi, sambil berbagi gosip dengan Sofi.
Suasana bekerja di lab bersama yang menyenangkan itu bertahan sampai siang hari. Selepas makan siang, tiba-tiba seseorang datang ke lab dan merusak hari Sabtu Bima. Ironisnya, yang berhasil membuat perasaan Bima bete ternyata hanya seorang anak SMP.
”Ngapain lo kesini? Kok lo bisa nyampe kesini?” Bima mendengar Sofi menyambut cowok yang tingginya hanya sedikit lebih tinggi dari Sofi itu dengan terkejut.
”Gue lupa, Mbak. Besok ada nikahan sepupu gue, jadi kita nggak bisa les. Padahal hari Senin kan gue try-out....” kata anak itu.
Halah! Alasan!, cibir Bima dalam hati.
”... jadi gue dateng ke rumah lo. Trus kata Mama, lo berangkat ke kampus dari jam 6 pagi. Sekalian aja gue tanya kampus lo dimana. And here i am,” anak itu merentangkan tangan di depan Sofi dengan tawanya yang tengil.
Mama? Maksudnya mamanya Sofi?, pikir Bima sebal, Gue aja empat tahun bolak-balik main ke rumah Sofi, belum pernah manggil ibunya Sofi dengan Mama.
Pertama kali Bima bertemu anak SMP itu bersama Sofi di food court, Bima tidak punya perasaan sebal seperti ini. Tapi kali itu Bima menyesal kenapa dulu meminta Sofi mengajar anak SMP tengil itu.
Sesiangan itu Bima merasa bete melihat Sofi mengajar si anak SMP (yang terlihat jelas sedang sok tidak bisa mengerjakan soal-soal latihan ujiannya) di sela-sela jadwalnya mengambil sampel. Tapi ternyata kesialannya belum berakhir. Menjelang sore hari suasana hatinya kacau total ketika seorang lagi datang ke lab mencari Sofi. Orang itu adalah orang yang sama dengan yang pernah menemui Sofi di lab saat Lita datang marah-marah. Bima tiba-tiba jadi ingat kata-kata Farhan beberapa hari sebelumnya. Kata Dina, pacarnya Sofi udah om-om. Tapi ganteng, Bro.
”Habis ada acara kemahasiswaan di Teknik. Saya sekalian mampir ke sini karena tadi Ari juga rapat Pengmas sama Riah,” kata laki-laki itu ketika menemui Sofi yang menyambutnya dengan wajah kaget.
Alasan yang mengada-ada, Bima mencibir lagi dalam hati.
Yang satu brondong, yang satu om-om. Lo laris banget sih, Sop?
***
Mumpung weekend, update 2x sehari ah. Besok2 kembali update sesuai antuasiasme pembaca. Hehehe.
Makasih kakak2 yg selalu mau membaca. Please vote ya, Kak, biar makin semangat updatenya. Makasiiihhh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top