Prolog
Setelah menikah, Shanum dan Iman segera diberikan kejutan dan anugerah kehamilan Shanum. Kemanjaan Shanum semasa kehamilannya membuat Iman merasa bahagia dan semakin mencintai Istrinya itu.
Hari hari yang ditunggu dengan perasaan tidak sabar, cemas dan bahagia akhirnya tiba juga.
" Ya Allah, Alhamdulillah. Aku bersyukur atas segala kenikmatan yang Kau berikan." Ucap Iman lirih sesaat setelah bayi mungil dengan lengkingan kerasnya berhasil dihadirkan ke dunia lewat perjuangan Istrinya.
Ciuman sayang dan doa rasa syukur terlantun diiringin air mata yang merebak di kelopak mata pria itu.
Lalu ketika bayi itu berada tangannya. Iman bergetar menyuarakan Adzan di telinganya. Shanum terisak menyaksikannya.
Kebahagian menyambut kehadiran bayi itu menyebar ke seluruh keluarga, kerabat dan sahabat. Seorang penerus kembali hadir di keluarga nan harmonis itu.
" Adnan, cucunya Enin." Ucap Ibu dengan bibir bergetar dan tangis teriring. Tangannya merangkul kuat bayi dalam dekapannya.
" Cucu Aki jagoan."
Giliran Ayah yang begitu bahagia berusaha meredam tangis yang ingin melompat. Tangannya terulur mengusap lembut bayi dalam gendonhan Ibu.
Lalu kehidupan menjadi orang tua dimulai. Kehidupan yang terbentang dengan lakon baru. Sebagai Ayah dan Bunda.
Mereka saling bahu membahu menangani bayi mungil bernama Adnan Fadlyan Akbar itu. Iman merekam setiap kejadian yang dilakukan jagoannya itu.
" Sayang, lihat. Aku merekamnya tadi ketika dia menjerit mencarimu. Dia menangis keras. Dia tahu Bundanya tidak ada di sisinya." Ucap Iman sambil menunjukan rekamannya kepada Shanum begitu wanita itu keluar dari kamar mandi. Shanum memutar matanya kesal.
" Bang, seharusnya kalau nangis dibujuk biar berhenti. Bukannya direkam, gimana sih." Ucap Shanum dengan mulut mencebik. Iman tertawa senang melihat Istrinya marah.
" Kamu tambah cantik kalau marah gitu. Bikin gemes."
Iman memeluk sayang tubuh yang hanya berbalut handuk itu. Lalu menciumi bagian mana pun yang mau dia cium. Shanum tertawa kegelian. Dia melotot galak. Sambil tangannya terus menepis nepis tubuh suaminya.
" Abang, Ya Allah. Ayahnya Adnan, lepas. Kasian anaknya itu mau mimik."
Lalu masih dengan dipeluk Suaminya dari belakang Shanum menyusui bayinya yang sudah berumur enam bulan.
" Aku serasa punya dua bayi." Gerutunya. Iman hanya terkekeh. Shanum berdecak kesal.
" Sebentar lagi mau nambah satu lagi." Bisik Iman ditelinga Istrinya yang yang langsung melotot menatap suaminya. Iman tergelak senang.
Sempurna. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan sangatlah sempurna. Iman seorang Suami dan Ayah yang teramat bertanggung jawab. Penuh perhatian dan cinta kasih. Sementara Shanum seorang istri yang begitu telaten dalam mengurus semua kebutuhan Suami dan Anaknya
Iman yang diawal pertemuan sempat ragu untuk meyakinkan diri bahwa Shanum itulah yang memang pantas mendampingi hidupnya. Kini begitu bersyukur karena memilih wanita itu.
Sementara Shanum begitu bahagia memiliki seorang suami yang penuh dengan cinta kasih serta mendapatkan orang tua yang begitu menyayangi. Rasa tidak percaya dirinya karena merasa tidak pantas berdampingan dengan Iman memudar. Ketika dia pertama kali begitu diterima oleh kedua orang tua Iman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top