Past

Cerita itu meluncur begitu saja dari mulut Bu Yatni. Wanita paruh baya itu, seolah tanpa jeda menceritakan semua kisah kehidupan Orang tua Shanum. Dari semenjak gadis itu masih berada dalam kandungan sampai dewasa. Bu Yatni seolah ingin menuntaskan uneg uneg hatinya. Menumpahkan rasa sesak di dadanya. Menjawab semua tanya yang selama ini hanya terendap di dasar hati Shanum.

" Ayahmu mencintai Ibumu, sangat mencintainya. Tapi kesalahan fatal Ayahmu adalah terjebak oleh tipu muslihat seorang wanita yang teramat mencintai Ayahmu. Ibumu marah, saat itu kau masih berada dalam kandungannya. Ibumu pergi meninggalkan Ayahmu yang saat itu sedang bekerja. Meninggalkan rumah yang awalnya begitu damai dan juga nyaman. Meninggalkan semua cerita dan kenangan. Ayahmu selalu saja mencari Ibumu tapi tidak pernah diketemukannya. Lalu.."

Shanum melihat Bu Yatni menarik napas kasar lalu menghembuskannya cepat.

" Lalu Ibumu meninggal ketika melahirkanmu. Saat itu Ayahmu akhirnya menemukan Ibumu yang tengah memelukmu yang masih berlumuran darah dengan napas yang tersenggal. Tidak lama Ibumu tiada dengan dirimu yang masih dalam pelukannya. Ayahmu berteriak histeris dengan tangis yang terdengar pilu."

Ucapan Bu Yatni dengan deraian air matanya membuat Shanum tidak henti terisak. Air mata meluncur deras membasahi pipinya.

" Apa Ayah menikah dengan wanita itu?" Tanya Shanum parau.

Bu Yatni menggeleng lemah, menatap Shanum sambil merangkum lembut tangannya.

" Itu hanya satu kesalahan, Ayahmu tidak mencintai wanita itu. Dia pergi bersama bayinya. Dirimu. Tapi wanita itu tetap mencintai Ayahmu. Wanita itu selalu saja mencari keberadaan Ayah dan dirimu. Lalu ketika wanita itu bertemu dengan Ayahmu, dia menemukan Ayahmu yang terlihat berprilaku aneh. Ayahmu tertawa dan membiarkan begitu saja dirimu yang menangis menjerit jerit dengan keadaan yang sangat mengenaskan."

Bu Yatni segera merengkuh Shanum yang menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukannya. Wanita itu terisak begitu pilu. Bu Yatni mengusap usap lembut punggungnya dengan penuh rasa sayang.

" Lalu apakah wanita itu merawatku Bu?" Tanya Shanum disela tangisnya.

" Ya sayang, rasa cintanya yang besar terhadap Ayahmu dilimpahkan kepadamu. Wanita itu merawatmu dengan penuh kasih sayang. Sampai kau dewasa."

Ucapan Bu Yatni membuat Shanum mengurai pelukannya. Matanya nanar menatap wanita paruh baya itu. Air mata belum juga berhenti merebak dari matanya. Shanum tergemap.

" Akulah wanita itu, nak. Aku wanita jahat yang membuat Ayahmu harus kehilangan Ibumu dan membuat pikirannya jadi terganggu. Aku wanita berdosa itu, Shanum. Aku. Yang memisahkan anak dari Ibu dan Ayahnya. Maafkan aku. Maafkan aku, nak. Aku mohon. Maafkan aku."

Shanum bergeming. Tidak ada satu gerakan atau satu patah kata pun dikeluarkan. Wanita itu menatap Bu Yatni dengan berbagai perasaan yang bergejolak dihatinya. Lalu masih dengan tanpa kata, dia beranjak. Meninggalkan Bu Yatni dengan tangis pilunya yang begitu menyayat hati. Begitu perih. Penyesalan yang dalam terdengar dari sedunya yang begitu nelangsa.

Kini Shanum berada dipelukan nyaman dan hangat. Pelukan penuh kasih Iman, suami tercintanya. Air mata belum habis tertumpah. Isak dan sedunya belum juga terhenti. Iman mengusap sayang kepala Istrinya. Memberikan rasa tenang dan damai.

" Sudah sayang. Setiap manusia punya kesalahan. Kau harus dengan ikhlas memaafkannya, agar hidupmu juga tenang. Agar Ayah dan Ibumu juga tenang di sana." Bisik Iman di telinga Istrinya. Begitu dengan penuh sedu dan isak Shanum akhirnya berhasil menceritakan semua cerita yang tadi meluncur dari mulut Bu Yatni.

" Aku bahkan belum pernah melihat wajah Ibuku, Bang dan Ayahku, aku hanya melihatnya disaat terakhirnya. Dia begitu tega." Ucap Shanum lirih.

" Tapi dia begitu mencintai dan menyayangimu serta menjadikanmu wanita hebat yang teramat kucintai. Sayang, kita harus selalu bersyukur atas semua yang kita miliki saat ini. Bersyukur atas semua yang terjadi. Ingatlah Sayangku. Allah selalu punya rencana, yang pastinya itu adalah yang terbaik untuk umatNya." 

Iman menatap sayang Istrinya. Mencium lembut keningya lalu mengecup mesra bibirnya.

" Istri shalehahku ini wanita terbaik untukku. Aku tahu, dia juga wanita yang hebat dan berhati besar. Kau pasti bisa memaafkan Bu Yatni."

Ucapan lembut Iman dan penuh rasa sayang. Menyunggingkan senyum manis di bibir ranum Istrinya. Dengan manja wanita itu meleburkan diri ke dalam rengkuhan hangat Suaminya.

" Terima kasih Bang, I love you so much."

" I love you too, lovely."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top