Trip
Pandua high school dihebohkan oleh cerita seru kedekatan Anella dan Axel. Ada yang berdecak kagum, ada yang menggeram marah dan ada juga yang tidak begitu peduli karena takut harus berhadapan dengan Axel yang terkenal pemarah itu.
Anella dan Axel sendiri seolah tidak peduli dengan suara suara yang mengiringi perjalanan kebersamaan mereka. Mereka tampak menikmati hari hari dengan canda dan tawa.
" Morning, honey. Sleep well?" Tanya Axel pagi ini, begitu matanya biru gelapnya menangkap sosok cantik kekasihnya yang berjalan perlahan menghampirinya dan duduk manis di sebelahnya.
Anella mengukir senyum di bibirnya. Kepalanya mengangguk perlahan. Lalu mata beningnya mengerjap dan tangannya menarik buku yang sedang di baca Axel.
" Photography?" Tanyanya sambil menaikkan kedua alisnya.
Axel mengangguk. Kemudian terdengar ponselnya berdering, Axel segera mengangkatnya. Sebelah tangannya merangkul pundak kekasihnya. Anella tanpa ragu merapatkan tubuhnya.
" Ya Om, gua serius. Om udah liat hasil yang kemaren gua kirimkan. Iya, gua siap. Kapan pun." Ucap Axel sambil melirik Anella yang menatapinya.
" Dia cantikkan, pacar gua." Tawa Axel terdengar lirih. Anella semakin mengerung.
" Pencahayaannya pas banget. Sore, di pantai yang kemaren gua datengin itu. Keren ya." Ucap Axel lagi.
Anella kini sedikit menjauhkan diri dari Axel, tapi lelaki itu cepat meraih tubuhnya. Menyandarkan kepalanya di dadanya lalu mengecup lembut pelipisnya.
" Okay, Om. Thank you for your help."
Axel menutup sambungannya lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Dia beralih menatap Anella yang sedang menatapnya penuh tanya.
" Dia Om Dion, adik Mommy. Seorang Photographer. Dia mau buat pameran photo dan aku diajak untuk belajar. Keren kan." Ujar Axel tanpa ditanya. Anella menggangguk.
" Kapan acaranya?" Tanya Anella pelan.
" Ga tau, dia belum bilang kapan." Jawab Axel sambil menggeleng.
" Semoga setelah kelulusan, biar aku bisa ikut." Ucap Anella penuh harap. Axel tersenyum.
" Ada kegiatan apa hari ini?" Tanya Axel mengalihkan pembicaraan. Anella menatapnya.
" Kalo ga ada kegiatan kita ke pergi peternakan. Di daerah pegunungan." Ucap Axel lagi.
" Tapi aku bisa pergi sendiri. Kalo kau banyak kegiatan. Maklumkan, kekasihku ini orang sibuk." Ucap Axel kemudian dengan tawa sumbang. Anella meringis.
" Kau niat mengajak tidak sih?" Gerutu Anella. Axel tertawa.
" Tentu. Peternakan itu di daerah pegunungan, dingin sekali di sana. Kalo aku ngajak kau, minimal ada yang bisa di peluk. Masa aku mau peluk sapi atau kambing." Ucap Axel tenang tapi membuat Anella berdecih kesal.
Axel bangkit begitu saja tanpa menunggu jawaban Anell. Lalu berjalan pelan menuju parkiran sekolah. Anella yang kesal berjalan mengikutinya dengan sedikit menghentak. Axel mengulas senyum miring.
Mobil melaju sedikit cepat menuju arah pegunungan. Hari masih pagi, sehingga jalanan belum begitu macet. Anella menikmati perjalanan menuju ke peternakan dalam diam. Tidak ada yang dipertanyakannya sepanjang perjalanan. Hanya suara nyanyian dari seorang pelantun lagu legendaris, mengalun pelan dari audio mobil. Axel melirik gadisnya sekilas, sebelum kembali menatapi jalanan yang masih lengang. Lelaki itu membiarkan saja gadisnya diam dengan pikirannya.
Suasana terasa semakin sejuk. Kaca mobil terlihat mengembun. Axel menurunkan pendingin udara dalam mobilnya. Dia melihat gadisnya sedikit menggerakkan tubuhnya.
" Dingin?" Tanya Axel datar.
Tanpa sadar Anella mengangguk pelan. Gadis itu mengusap usap kedua lengannya dengan mwnyilangkan tangannya. Axel menepikan mobilnya. Lalu keluar dan membuka bagasi. Kemudian kembali dengan dua sweater berwarna abu abu di tangannya.
" Pakailah." Ucapnya singkat.
Anella menurut. Dia menatap Axel yang juga sedang memakai sweaternya. Gadis itu merapatkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di bahu lelaki tercintanya. Axel tersenyum samar. Lalu dengan ringan mengecup sekilas keningnya. Anella mengulum senyum. Mata cantiknya berbinar.
Mobil kembali melaju perlahan. Melintasi jalanan yang berkelok dan menanjak. Anella sedikit ngeri, karena jalanannya sedikit sempit. Tapi Axel tampak sudah biasa melalui jalan ini, lelaki itu tampak lihai melalui kelokan dan tanjakan. Anella tenang karenanya.
" Apa kau sering ke sini?" Tanya Anella sambil melirik Axel dengan memiringkan kepalanya.
Axel mengangguk. Sebelah tangannya merengkuh pundak Anella yang menghadirkan rasa nyaman di hati gadis itu.
" Peternakan ini milik Opa dari Mom. Dad tidak pernah tau Mom punya peternakan ini. Dan kau, orang pertama yang kuajak ke sini."
Anella tercengut mendengar ucapan Axel. Dalam ketidak acuhannya, terkadang lelaki ini menunjukan perhatiannya yang tidak mampu terkirakan oleh pikirannya.
" Terima kasih, Axel." Ucap Anella tulus. Axel menarik sebelah ujung bibirnya.
" With pleasure, baby."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top