Three years

Axel menatap kerumunan penikmat hasil jepretannya. Matanya berbinar puas dengan pencapaiannya. Tapi rasa lelah yang dirasakannya tidak mampu disembunyikannya. Axel segera memutar tubuhnya menuju ruangan yang ada di belakang Gallery tersebut. Ruangannya selama ini menghabiskan waktu, menghitung berjalannya hari.

Menatapi seraut wajah dengan senyum cantik. Wajah yang kerap kali mendatangkan rindu yang seolah membunuhnya. Sebenarnya Axel merasa tidak sanggup lagi bertahan tapi tekad kuatnya untuk menggapai cita menguatkannya untuk bertahan.

Janji, Axel ingin menepati janjinya. Mewujudkan kebanggaan yang akan dia persembahkan untuk gadis tercintanya.

" Axel, honey. Wait for me."

Seorang wanita cantik dengan dandanan elegan tampak menghampirinya. Raut cantiknya memamerkan senyum nan jelita. Rambutnya yang rapi terikat memamerkan leher jenjang yang tersentuh helaian rambut yang menjuntai. Axel menatap lelah.

" Kau akan mengurung dirimu di ruangan sempit itu lagi dengan melewatkan makan malammu?"

Suara lembut itu tidak menggoda sedikit pun Axel untuk lantas mengurungkan niatnya. Dia hanya mengangguk dan kembali berlalu.

" Axel, aku tidak mau kau sakit. Makan malamlah dulu." Ucap wanita itu lagi dengan suara yang sedikit memohon.

" Aku akan makan roti nanti." Ucap Axel ringan. Langkahnya terus saja terayun menuju ruangannya.

" Heeeh..susah sekali anak itu, tubuhnya semakin kurus dan raut wajahnya begitu kuyu aku takut terjadi sesuatu." Gerutu wanita cantik itu.

" Ada apa Linda, Sayang?"

Sebuah suara mengagetkan wanita cantik itu. Wajahnya menoleh dengan menampilkan senyum cantik nan menggoda.

" Dion, baby. Keponakan kesayangan kita tidak mau makan malam lagi. Aku takut dia sakit. Apa nanti yang akan kukatakan pada Liona, jika putra tercintanya sakit?" Ucapnya sambil melangkah menghampiri lelaki yang sedang merentangkan tangannya siap untuk merengkuhnya. Wanita itu meleburkan dirinya di sana.

" Kakakku sudah tiada sayang dan Axel kesayangan kita itu, biarkan. Dia lelaki dewasa kini, dia pasti sangat tahu akan kondisinya. Yang harus kau lakukan adalah membujuknya untuk pulang. Ayah sialannya itu terus memohonku untuk membujuknya agar dia mau pulang. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di sana." Ucap lelaki yang tadi dipanggil Dion oleh wanita cantik itu.

" Dion, apakah memang sudah cukup pencapaian yang dia inginkan?" Tanya Linda sambil melepaskan diri dari rengkuhan Dion, mendudukkan dirinya di kursi panjang yang tersedia di pojok ruangan.

Dion mengikutinya. Tangannya merangkul pundak wanitanya. Lelaki itu menatap lurus ke depan.

" Aku rasa sudah. Lihat, hasil karyanya begitu diminati. Tabungannya sudah cukup untuk membeli sebuah rumah mewah dan sebidang tanah yang luas. Lalu lihat di depan itu, kendaraan keluaran terbaru mampu dibelinya." Ucap Dion terdengar bangga. Linda mengangguk dengan senyum.

" Yah, waktu tiga tahun ini telah merubah keponakan nakal itu menjadi seseorang yang berhasil. Liona pasti bangga di sana." Ucap Linda haru. Dion mengangguk.

" Semua karena rasa cintanya pada gadis yang dia panggil Crystal. Gadis yang wajahnya terpampang begitu cantik di setiap sudut ruangan. Hasil bidikan terbaik yang tidak pernah mau dia lepas berapa pun harga yang ditawarkan." Ucap Dion dengan mata berkaca kaca. Linda merebahkan kepalanya di pundak Suami tercintanya itu.

" Kini dia malah lebih mahir dari dirimu." Ucap Linda dengan tawa pelan. Dion memamerkan senyum lebarnya.

" Ya, dia sangat hebat." Ucap Dion bangga.

Sementara Axel seperti biasa. Di malam seperti ini dia akan duduk menyepi di ruangannya. Menatapi setiap gambar wanita cantik tercintanya. Mengusapnya pelan lalu terkadang mengecupnya lama sambil meneguk minuman yang akan menghantarkannya terlelap dan bermimpi tentang gadisnya.

" Crystal, aku hampir gila di sini. Menahan rasa rindu yang seolah membelengguku. Apakah kau masih menungguku di sana. Ini sudah hampir tiga tahun kau kutinggalkan. Masihkah cinta itu ditempatnya." Lirihnya sambil kembali meneguk minuman yang terasa panas di tenggorokannya.

" Crystal, aku tidak sanggup lagi bertahan. Aku rasa ini saatnya aku pulang. Menjemput impian yang pernah kujanjikan. Menunjukan pada semua, pada dunia. Bahwa bajingan brengsek ini mampu membuatmu bahagia dan bangga." Ujar Axel dengan mata merebakkan butiran bening, hatinya begitu nelangsa.

" I really love you, baby and I miss you like crazy."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top