Story
Axel menatap tajam salah seorang yang datang bersama dengan ketiga sahabat Anella. Mr. Yonas yang bingung dengan keadaan Anella yang berganti peran menjadi pasien, tampak memandangi Anella dan Axel berganti ganti. Ketiga sahabat Anella tertawa pelan. Anella sendiri segera menundukkan wajahnya, malu.
Tanpa diduga Axel bangkit dan mendorong sosok yang sedari tadi ditatapnya tajam. Tubuh itu mungkin tersungkur, jika saja Mr. Yonas tidak menahannya.
" Gua bilang lo ga usah sok perhatian sama gua. Jalang kayak lo ga pantes jadi pendidik. Lo perusak Rumah tangga orang. Lo yang bikin Mom meninggal. Pergi lo. Gua ga mau liat muka lo." Ucap Axel geram.
" Axel." Teriak Mr. Yonas.
Axel tidak peduli. Tangannya kuat mencengkram kedua sisi lengan sosok itu. Kemarahan tergambar jelas di mata lelaki itu.
" Axel, please." Suara lembut Anella membuat Axel menunduk. Gadis itu dengan tertatih menghampiri Axel lalu memeluk lelaki itu dari belakang.
" Axel, lepaskan Miss. Corrie. Please, Axel." Ucap Anella lagi dengan suara memohon.
Axel memutar tubuhnya lalu merengkuh Anella ke dalam pelukannya. Gadis itu tidak sedikit pun menolak. Lelaki itu segera menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Anella.
" Mr. Yonas, tolong bawa wanita itu pergi dari sini." Ucap Axel dengan suara bergetar.
Mr. Yonas menurutinya. Tangannya menarik lengan Miss. Corrie yang kini terisak. Air matanya mengalir deras melewati pipinya.
Ketiga sahabat Anella diam tidak bersuara. Rajulia yang seolah mengerti situasi itu cepat bertindak.
" Nel, kami pergi juga. Jangan lupa makan ya." Ucap Rajulia sambil menempatkan nasi bungkus di atas meja.
Eva dan Fanya yang dari tadi bengong tidak mengerti, mengikuti langkah Rajulia. Ketiga gadis itu menepuk pelan punggung Anella sebelum berlalu. Anella menggangguk, mengerti.
Masih sambil berpelukan Axel dan Anella beranjak menuju ranjang. Mereka berbagi tempat di ranjang rawat yang tidak begitu luas. Axel yang tidur terlentang. Sementara Anella menyamping ke arah lelaki itu. Tangan Anella mengusap lembut kepala Axel, gadis itu berusaha untuk meredam amarah lelaki itu, yang masih terpampang jelas di mata kelamnya.
" Kau mau cerita, aku yakin kau punya alasan untuk apa yang barusan kau lakukan." Ucap Anella lembut.
Axel diam, matanya menerawang jauh. Bayangan bayangan wajah cantik Mom dengan mata teduhnya menari nari di pelupuk matanya. Terbayang bagaimana wanita itu selalu mengumbar tawa ceria untuk menutupi kesedihan yang sebenarnya menghinggapi hatinya. Terbayang bagaimana wanita itu tetap diam ketika Dad memperlakukannya tidak baik. Suara lembut dan senyum tulusnya menutupi kehancuran hatinya.
Axel menghela napasnya. Merubah posisi tidurnya, menyamping menghadap Anella. Tangannya mengusap lembut pipi gadis itu.
" Apa hubunganmu dengan Miss. Corrie?" Tanya Anella pelan.
Axel menatap gadis cantik di depannya. Hatinya begitu terasa menghangat dengan hanya menatapinya. Dia mencintai gadis ini. Gadis hebat yang mau menerima. Axel merasa jadi bajingan yang begitu beruntung.
" Lo pasti denger kabar skandal Dad. Lelaki tua itu memacari muridnya. Dan...ehm, Corrie. Dialah murid sialan itu. Jalang yang merebut Dad dari kami, yang membuat Mom terganggu mentalnya dan berakhir dengan kecelakaan yang merenggut nyawanya." Ujar Axel pelan.
Lelaki itu menitikkan butiran beningnya tanpa merasa malu. Anella mengusap butiran bening itu pelan. Gadis itu merasakan kehancuran perasaan lelaki yang cintainya.
" Lelaki tua itu seolah hilang akal jika berhadapan dengan jalang itu. Dia benar benar melupakan kami. Mom tidak dapat menerima itu semua. Belum lagi pemberitaan yang seolah menamparnya. Mom terlihat tenang tapi gua tau dia sangar hancur. Gua sering mendapati dia nangis sendiri tengah malam. Jiwa Mom terguncang. Dia sampai harus bolak balik bertemu dengan psikiater selama beberapa bulan." Ujar Axel pelan. Butiran itu terus meleleh. Matanya menerawang begitu jauh.
" Aku,bukan membantu meringankan beban Mom, malahan menambahnya. Aku menjadi pecandu, memukul orang seenaknya. Aku hanya kecewa. Kecewa dengan apa yang dilakukan Dad dan kesal dengan Mom yang diam tidak sedikit pun memprotes sikap Dad. Aku, aku.."
Anella ikut melelehkan butiran beningnya. Gadis itu menghentikan cerita Axel dengan menyatukan bibirnya. Lalu melumatnya lembut.
" I love you, Axel."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top