Spend time

Perlahan Anella turun dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi lalu tidak lama sudah keluar. Dia hanya membasuh wajahnya dan menggosok gigi saja.

Gadis itu dengan hati hati membuka pintu. Dia tidak mau mengganggu ketiga sahabatnya yang masih terlelap atau memang tidak mau diketahui. Anella tersenyum sendiri begitu berhasil keluar dan menutup kembali pintu dengan perlahan.

Langkahnya ringan menuju tempat yang telah dijanjikan. Detak jantungnya seolah seirama dengan hentakan kakinya. Debaran jantungnya selaras dengan deburan ombak yang memecah pagi yang masih temaram.

Bibir gadis itu mengembangkan senyumnya, begitu menatap Axel yang telah duduk di batang pohon nyiur yang tumbang.

Axel menatap lekat Anella yang berjalan ke arahnya. Hatinya yang selama ini acuh ternyata telah tersentuh. Gadis itu memamerkan senyum yang membuat jantung Axel dengan sialan melompat tidak beraturan. Terkadang Axel meringis kesal karenanya.

" Hai." Sapa Anella sambil mendudukkan dirinya di sebelah Axel.

" Aduuh..brengsek banget, dini hari begini gua udah dibikin ketar ketir nih hati." Umpat Axel dalam hati. Bibirnya mengulas senyum untuk gadis yang duduk dengan nyaman di sebelahnya.

" Hai, tidur nyenyak ga semalem?" Tanya Axel tanpa menatap gadis yang masih mengulas senyum di sebelahnya.

Anella mengangguk tanpa menjawab, yang membuat Axel menatapnya dengan memiringkan wajahnya. Lelaki itu cepat memalingkan kembali tatapannya begitu melihat senyum cantik itu masih menghias bibir ranum yang seolah menggodanya.

" Gila banget, gua selalu aja ga karuan kalo liat senyuman menggoda itu." Axel tanpa sadar menggerutu, membuat Anella mengernyitkan keningnya.

" Jalan yuk, kayaknya asik nyusurin pantai." Ajak Axel mengalihkan suasana hatinya.

Anella mengikuti langkah Axel yang mendahuluinya. Gadis itu melangkah sedikit ragu. Axel yang menyadarinya, segera berbalik. Lalu dengan gerakan ringan merangkul pundak Anella.

" Lo ga usah takut sama kepiting. Kalo ada ntar lo gebukin aja sampe ancur." Ucap Axel sambil mengulum senyum. Anella mencebik.

Axel membawa Anella untuk duduk disebuah warung yang menjual bubur ayam. Letak warung itu tepat menghadap ke arah matahari terbit. Sinar kemerahannya tampak menghias langit yang masih disaput warna abu abu. Begitu cantik.

Mata hijau terang Anella tampak berkilau menatapi pemandangan indah itu. Tatapan Axel teralih. Hatinya bersorak ramai sekali. Pemandangan dihadapannya lebih menarik untuk ditatapnya.

Mata biru gelap itu terpesona ketika bersirobak dengan mata berbinar cemerlang itu. Tangan Axel terangkat dan mengelus lembut pipi Anella yang tersipu karena ulahnya.

" Crystal, lo sukses bikin logika gua seolah mati. Bahkan prinsip hidup gua juga seolah bergeming. Surut ga berarti. Lo bisa bikin gua serasa gila, kalo sehari aja gua ga liat senyum lo. Lo bikin bibir gua ketagihan untuk mencium bibir lo dan hati gua sepertinya ngaco karena seenaknya nyuruh gua bilang cinta sama lo."

Axel menghela napas dan menghembuskannya kasar. Dia masih memegang kedua pipi Anella. Gadis itu dengan senyum cantik menatapnya. Begitu menggoda. Axel sampai menggeleng beberapa kali.

" Lo gadis sialan yang bikin jantung gua lompat lompat ga karuan. Gua seharusnya benci lo. Gadis manja, pinter, banyak yang suka, terkenal. Lo gadis yang seharusnya gua hindari tapi lo malahan melangkah lugu mendekat. Terus, tololnya gua ga bisa ngehindari lo. Gua terjebak pesona lo. Shit!!! Gua kalah Crystal. Gua ngaku kalah. Gua jatuh cinta dan gua harap lo mau terima gua."

Suara Axel terdengar frustasi. Dia kini memejamkan matanya. Anella merangkum tangan yang memegang pipinya. Lalu mengecupnya.

" Bukankah semalam aku sudah membalas ungkapan perasaanmu. Belum cukupkah?"

Anella menatap Axel. Pertanyaannya tidak butuh jawaban. Axel mengerang merasa kalah. Dia betul betul telah larut dalam rasa yang bernama cinta.

" Crystal, mulai saat ini lo ga bisa lagi pergi. You're mine. Jangan harap ada seorang pun bisa milikin lo, selain gua."

Ucapan Axel membuat Anella mengukir senyum. Hatinya menghangat. Axel memang bukan lelaki romantis yang berbahasa lembut merayu tapi Anella tahu hati lelaki itu tidak membohonginya.

" I love you. I'm yours." Lirih Anella di hadapan Axel yang segera melumat bibirnya.

" Oh my God, An. What are you doing?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top