Smell

Anella tidak peduli dengan semua tatapan yang menilai dirinya. Bahkan dia dengan berani menentang tatapan Mr. Yonas dan Miss Corrie. Gadis itu terus saja berada di sebelah Axel. Mengusap pipinya perlahan. Merebakkan airmatanya untuk lelaki itu dan membisikkan kata cinta dengan bibir bergetar.

" I love you, Axel. Do you hear me. Please, wake up."

Ketiga sahabatnya serasa kehilangan kata kata. Tidak ada lagi tatapan menuntut penjelasan yang ada kini rasa haru yang menyeruak, menatap seorang Anella menangisi lelaki yang sebenarnya tidak pantas untuk dia tangisi.

Axel bukanlah Jorgie, anak pemilik sekolah, tampan dan kaya raya. Axel bukanlah Gideon, yang pandai dan putra seorang dokter terkenal. Axel bukanlah Nick, seorang model majalah remaja dan digilai penggemarnya. Axel bukanlah Roland, pewaris kerajaan fashion terkenal dan Axel bukanlah Juna, putra seorang peragawati ternama.

Axel hanya putra seorang Dosen yang terlibat skandal dengan seorang Mahasiswinya, sehingga ditinggalkan Istrinya dan Istrinya meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan. Axel hanya seseorang yang hidup diantara kemelut Orang tuanya. Diantara bentakan dan makian serta cacian kemarahan dua orang yang dia panggil Mom dan Dad. Seseorang yang berada di posisi dilema. Dia tidak dapat mencontoh kedua Orang tuanya.

" Anella, kau harus makan. Ini sudah lewat makan siang, ingat penyakit lambungmu."

Suara Evi terdengar pelan, seolah tidak ingin mengusik kekalutan yang dirasakan Anella. Gadis itu menatap ketiga sahabatnya, lalu beralih menatap Mr. Yonas dan Miss. Corrie yang terlihat serba salah menatapnya.

" Ya, kau harus makan. Kau dengar apa yang tadi dokter katakan. Axel baik baik saja. Dia hanya butuh istirahat sebentar. Jadi dokter membuatnya tertidur." Sambung Jack pelan.

" Aku akan makan tapi di sini. Kalian pergilah dulu untuk makan. Tolong bawakan saja untukku." Jawabnya kemudian, setelah beberapa detik terdiam.

Tangannya erat menggenggam tangan lelaki yang diam di depannya. Matanya kembali menatap lurus wajah yang penuh lebam dengan mata tertutup rapat itu.

" Baiklah, kami pergi makan dulu. Kalau ada apa apa kabari kami. Mungkin Ayah Axel sebentar lagi juga datang, Miss Corrie tadi sudah menghubunginya dan Jack akan kembali untuk membawakan makanan untukmu." Ucap Mr. Yonas dengan suara ramah. Anella mengangguk.

Setelah mereka pergi ruangan terasa begitu sepi. Anella menatapi titik titik air yang menetes di selang infus. Lalu beralih menatap napas Axel yang teratur dengan bantuan respirator. Anella mengusap wajah tampan lelaki dihadapannya lalu dengan tanpa ragu menyurukkan kepalanya ke sisi tubuh yang bergeming itu.

" Kau selalu wangi." Bisiknya sambil menghirup wangi maskulin yang ditebarkan tubuh lelaki itu.

" Kenapa wangimu membuatku begitu menggila. Kau seperti memiliki wangi chypre, campuran oak moss, rocky labdanum, patchouli, dan bergamot." Bisik Anella lagi.

Anella masih menghirup lama wangi tubuh lelaki itu. Kepalanya terasa pusing didera rasa yang dia sendiri tidak mengerti. Dadanya berdenyut nyeri tapi nyaman.

" Sekarang aku merasa, kau begitu wangi. Seperti flaky, rempah-rempah, tart, dan herbaceous." Lirihnya. Kemudian dia terkekeh pelan. Dia merasa aneh dengan dirinya.

" Aku sering berdekatan dengan Jorgie, bahkan dipeluknya. Tapi tidak sampai menyukai wangi tubuhnya. Atau Juna yang kerap seenaknya masuk ke kamarku dan memelukku. Aku juga tidak sampai menyukai dan merindukan wangi tubuhnya." Ucap Anella pelan seolah bicara pada dirinya sendiri.

Lalu Anella tersentak, ketika sebuah tangan mengusap kepalanya dan membuat kepalanya segera terangkat.  Lalu senyumnya terkembang begitu melihat mata lelaki dihadapannya terbuka. Dia menangkap tangan itu lalu mengecupnya.

" Setelah ini tidak ada lagi yang boleh memeluk atau masuk ke kamar lo seenaknya. Gua rela kembali tertidur di sini dan merasakan sakit, jika itu terjadi."

Suara parau dan pelan Axel membuat Anella lebih melebarkan senyumnya. Axel menatap gadis yang sedang tersenyum cantik itu. Lalu dengan cepat, tangannya membuka alat bantu untuknya bernapas. Menarik leher gadis di depannya agar mendekat dan meraup bibir ranumnya. Melumatnya dengan sedikit beramarah.

" Bolehkan gua cemburu." Ucapnya disela lumatannya.

Sementara di luar ruangan, dari balik jendela. Tampak sepasang mata menatap sepasang kekasih yang tengah terlarut dalam ciuman itu dengan senyum tersungging samar. Gumaman terdengar dari mulutnya.

" Axel, you're in love."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top