Remember
Axel menggendong Anella dan merebahkannya di atas ranjang tempatnya tadi tidur. Lelaki itu terlihat cemas dengan keadaan Anella yang diam tidak bergerak. Matanya menutup rapat, tapi Axel bernapas lega ketika melihat napas Anella yang terlihat teratur.
" Crystal, lo pingsan karena gua marah ya." Gumam Axel lirih. Tatapan matanya penuh penyesalan.
" Crystal, sorry. Gua jadi marah sama lo. Gua kesel sama Dad. Dia yang bikin Mom sakit terus meninggal. Dia dan si jalang itu yang bikin mental Mom terganggu. Crystal, maafin gua. Lo hal terindah yang ada di hidup gua. Lo seseorang yang dikirim Tuhan buat nemenin hidup gua, nyemarakin hidup gua. Bikin gua seneng, bikin gua ketawa, bikin gua kangen, bikin gua cemburu dan bikin gua jatuh cinta." Ucap Axel lirih.
Sekilas seperti terlihat cairan bening membayang di pelupuk matanya. Tapi segera mata itu mengerjap cepat. Deru napasnya terlihat sangat berat. Helaannya begitu sesak.
" Hidup gua itu kacau, Crys. Gua sebenernya udah males hidup, sampe gua ketemu lo. Lo bikin gua berpikir untuk tetap kuat dan berjuang. Jadi, maafin gua. Lo teramat berarti buat hidup gua. Tolong jangan marah. Sorry, please forgive me." Lirih Axel di hadapan Anella.
Mata bening Anella terbuka. Menatap Axel yang kini menundukkan kepalanya. Anella mengulas senyum sebelum suara seraknya terdengar.
" Axel, Aku ga pingsan karena kau marah. Aku hanya ehm, aku hanya ngeri melihat darah. Aku teringat Crystal." Ucap Anella lirih.
Axel menengadah menatap Anella. Matanya berbinar dengan senyum tegas menghias bibirnya. Tampak kabut cemas yang tadi membayang menghilang seketika.
" Crystal lo udah sadar." Ucap Axel lembut.
" Crystal. Oh thanks God. Gua pikir lo pingsan karena gua marah." Ucap Axel lagi dengan nada senang. Anella menggeleng.
" Jadi lo pingsan karena takut liat darah. Oh my gosh." Lanjut Axel membuat Anella tertawa pelan.
" Lo takut darah karena ingat kelinci kesayangan lo yang ketabrak motor kan?"
Anella menatap Axel dengan mata sedikit membulat. Mulutnya terbuka. Axel membalas tatapnya dengan senyum.
" Kau, Axel. Kau tahu itu, Crystal?" Tanya Anella terbata. Axel mengangguk.
" Gua yang angkat kelinci penuh darah itu. Lo waktu itu nangis histeris. Lo cuma teriak teriak manggil nama Crystal. Lo tau, waktu itu gua juga lagi sedih. Gua bisa ngerasain perasaan lo. Mom meninggal kecelakaan. Gua yang angkat tubuhnya yang penuh darah dan waktu itu tepat sebulan Mom pergi. Gua ketemu lo yang histeris karena kelinci kesayangannya mati ketabrak. Hampir mirip kan kasusnya."
Axel tersenyum kecut. Matanya berkaca kaca. Anella tergugu menatapnya.
" Jadi, kau yang mengangkat dan menguburkan Crystal. Pantas sepertinya aku pernah bertemu denganmu." Ucap Anella dengan senyum. Axel mengangguk.
" Itulah kenapa gua manggil lo Crystal. Gua inget kejadian itu. Dari situ gua semangat untuk terus hidup. Gua pengen ketemu lo lagi. Gua merasa harus kenal lo. Gua ga tau kenapa. Padahal beberapa bulan sebelum Mom pergi, gua sempet mau bunuh diri. Gua kesel dengan hidup gua. Setelah Mom pergi gua jadi kecanduan dan gua belum juga ketemu lo." Axel menghela napas berat. Tangannya menggenggam lembut tangan Anella.
" Sampai gua harus masuk rehabilitas dan ngulang kelas. Terus gua pindah ke sekolah lo karena gua mukul guru. Hidup gua segitu kacaunya, Crys. Dan gua memang sangat sialan, berharap terlalu banyak. Gua ga tau diri. Jatuh cinta sama seorang putri yang begitu sempurna. Cantik, pintar, baik dan kaya raya."
Anella menatap Axel yang kini menundukan kepalanya. Sepertinya lelaki itu menyembunyikan titik bening yang tidak kuasa di tahannya.
" Gua bajingan yang terlalu banyak berharap, Crys. Gua.."
" Kau bajingan yang membuatku jatuh cinta, Axel. Kau lelaki sialan yang mampu menyentuh hatiku." Ucap Anella sambil menyentuh wajah Axel yang segera menatapnya.
" Hidupku selama ini begitu nyaman, tanpa ada rasa seperti saat aku bertemu denganmu. Aku kesal ketika kau tidak memperdulikanku. Aku marah saat kau tidak sedikit pun menatapku. Aku rindu saat sehari saja tidak menatap mata kelammu. I love you, Axel."
" I love you more than anything, Crystal."
Axel menatap lekat Anella, kemudian mempertemukan bibirnya dengan bibir ranum di depannya. Sampai sebuah suara mengagetkan mereka dan membuat mereka saling melepaskan ciumannya.
" Loh, ko pasiennya ganti sih?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top