Problem
Anella tersentak, terbangun seketika. Ketika suara dering dari ponselnya nyaring terdengar. Dia mendudukkan dirinya dan berusaha menghalau kantuknya. Lalu melirik jam yang tergantung di dinding.
" Sudah tengah malam, siapa yang iseng menghubungiku di jam segini." Gerutunya.
Dia beranjak turun dari tempat tidur lalu mengambil ponselnya cepat. Ditatapnya layar ponsel dengan sedikit mengernyit.
" Jorgie?" Gumamnya.
Dia menggeser tombol hijau di layar ponselnya lalu dengan suara serak menyapa.
" Ya Jor, ada apa malam malam menghubungiku?"
" Princess, bisa keluar. Axel, Nel. Axel ngamuk." Ucapnya cepat.
" Maksudnya, gimana.."
" Cepat Princess." Potong Jorgie.
Anella mengerutkan dahinya tidak mengerti, tapi tidak mengurungkan langkahnya menuju keluar rumah. Lalu dengan cepat membuka pintu dan mendapati Jorgie berdiri di sana.
" Ada apa?" Tanya Anella sambil merapatkan kimono tidurnya.
" Ganti baju, trus ikut aku. Cepat." Jawab Jorgie sambil mendorong Anella masuk ke dalam rumah.
Walaupun bingung tapi Anella menuruti ucapan Jorgie. Dia bergegas berganti pakaian. Memakai celana jeans, kaos dan jacket. Lalu memakai sepatu santai. Tanpa menyisir dulu rambutnya apalagi berdandan, Anella segera kembali ke luar. Dia tadi melihat raut wajah Jorgie yang tampak serius dan terlihat cemas.
Sambil mengayun langkah Anella bertanya tanya dalam hati, apa yang terjadi dengan Axel, sampai Jorgie menyusulinya malam malam begini.
" Ayo." Ucap Jorgie cepat, begitu Anella menutup pintu.
Anella masuk ke dalam mobil Jorgie dan duduk dalam diam. Sesekali melirik Jorgie yang memperhatikan jalanan yang masih ramai. Hujan rintik rintik mengiringi perjalanan mereka. Udara dingin mulai terasa, Jorgie menurunkan pendingin dalam mobilnya. Lalu kembali fokus dengan wajah sedikit tegang. Anella tidak ingin mengganggunya dengan pertanyaan yang sebenarnya begitu banyak memenuhi kepalanya.
" Ada apa sebenarnya, kenapa Jorgie terlihat panik." Batin Anella.
Gadis itu memainkan ponselnya. Lalu berniat hendak menghubungi Axel. Tapi tangan Jorgie cepat mengambil ponselnya lalu meletakkan di bangku, disebelahnya.
" Jangan menghubungi Axel, Nel. Keadaannya sedang tidak baik. Lebih baik kau bicara langsung. Sebentar lagi sampai. Aku tidak akan turun, hanya mengantarmu." Ucap Jorgie tanpa menolehkan tatapannya dari jalanan di depannya.
Anella mengerutkan dahinya. Bingung. Dia tercenung, malas untuk bertanya. Melihat wajah Jorgie yang terlihat mengeras dan seolah enggan untuk dibantah. Anella diam. Lalu mengambil ponselnya dan segera memasukkannya ke dalam saku jacketnya.
Mobil Jorgie berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar dibilangan perumahan elit. Anella menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Sedikit tercengang dengan pemandangan di depannya. Dia menatap Jorgie, yang saat ini menumpukan dahinya di atas kemudi.
" Ini..."
" Ini rumah Axel." Potong Jorgie cepat.
" Masuklah, dia ada di dalam sana. Kondisinya tidak baik. Dia sendiri, semua orang diminta pergi. Hati hati banyak pecahan kaca. Aku lihat tadi dia melemparkan botol botol minumannya." Ucap Jorgie sambil menatap Anella miris.
" Aku memintamu datang karena dia sedari tadi hanya menyebutkan dua nama saja. Mrs. Fabiola, Ibunya dan dirimu. Aku rasa saat ini dia sangat membutuhkanmu." Ucap Jorgie lagi.
Anella termangu. Matanya menatap lurus ke depan. Memastikan bahwa yang akan dia lakukan adalah sesuatu hal yang benar. Perlahan gadis itu turun dari mobil Jorgie lalu kakinya melangkah sedikit ragu. Dia menoleh ke belakang, menatap mobil Jorgie yang perlahan melaju. Meninggalkan halaman rumah besar itu. Anella merasa sendiri. Tapi tidak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulutnya.
Sedikit kengerian dirasakannya, gadis itu menggedikkan bahunya. Tapi rasa penasarannya yang besar, seolah mengajaknya untuk terus menapaki rumah besar itu. Dia membuka pintu besar berwarna coklat itu. Perlahan, lalu melangkah masuk. Sinar lampu temaram membuatnya tidak leluasa melihat sekitar.
" Axel.." Ucapnya pelan.
Sepi. Tidak ada sahutan. Rumah itu terasa senyap. Anella mencari tombol lampu. Ketika menemukannya, dia langsung menekannya. Lampu menyala terang. Gadis itu terhenyak dengan pemandangan di sekitarnya. Begitu berantakan. Tampak pecahan kaca berserakan di mana mana. Lalu mata beningnya mencari cari sosok tercintanya dan dia menemukannya. Di sana. Ditangga menuju lantai atas. Lelaki itu terduduk dengan wajah tertunduk dalam. Sebuah botol minuman dalam genggamannya.
" Axel." Jeritnya dengan langkah tergesa menghampiri lelaki itu.
" Crystal. Baby, My Crystal."
Suara itu tidak jelas. Seperti gumaman. Bau Alkhohol menusuk menciuman Anella. Gadis itu tidak peduli, dia merengkuh tubuh yang tampak lemah itu. Lelaki itu balas memeluk erat.
" Crystal, gua butuh lo. Gua butuh lo. Crystal, please." Ceracau Axel.
" Aku di sini, sayang. Aku di sini." Ucap Anella sambil terus mengusap lembut tubuh yang memeluknya erat.
" I love you, Crystal."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top