Overnight

Hari sudah menjelang senja. Mentari sudah beranjak turun menuju ke peraduan. Sinar merah cantik menyaput langit sebelah barat. Bianglala sore mengiring tertutupnya terang berganti gelap.

Anella menatap tanpa berkedip sedikit pun pemandangan indah di depan matanya. Rasa gundahnya sedikit berkurang, terurai indahnya alam yang terhampar.

" Brengsek banget, perahunya belum datang juga. Padahal udah hampir gelap." Umpat Axel. Kekesalan tergambar jelas di wajahnya. Anella hanya meliriknya sekilas.

Setelah kejadian siang tadi, dimana Axel melumat bibir Anella dan dengan sangat memalukan gadis itu membalas lumatannya. Dia terlihat selalu menghindari bertatapan dengan Axel. Lelaki gondrong itu menyadarinya dan hanya tersenyum saja menanggapinya.

" Gimana kalau perahunya tidak datang?" Tanya Anella tanpa menatap Axel.

" Mungkin terlambat, gua udah bayar untuk anter jemput." Jawab Axel tenang.

Dia melirik Anella yang matanya menatap ke depan. Matanya berkilau diterpa cahaya kemerahan mentari senja.

" Sialan, lo cantik banget sih." Gumam Axel.

Anella menoleh menatap Axel yang sedang menjambaki rambutnya. Seolah hilang nalar, gadis itu menubrukkan dirinya ke tubuh tinggi dihadapannya. Axel yang kaget dengan yang dilakukan Anella, membuat tubuhnya sedikit terdorong mundur. Tapi keseimbangannya mampu dia pertahankan. Segera dia melingkarkan tangannya diseputar tubuh gadis itu.

Lalu ketika cahaya mentari meredup dan gelap malam mulai menyapa. Rasa khawatir pun berhasil membuat tubuh Anella bergetar ketakutan. Gadis itu masih berada dalam pelukan Axel. Tangannya melingkar tanpa ragu di tubuh lelaki itu.

" Axel, sepertinya perahunya tidak menjemput." Ucap Anella dengan suara bergetar.

" Kita tunggu. Tapi kalau tidak datang juga, kita bisa bermalam di pos yang tadi kita lihat."

Axel berusaha menenangkan gadis yang kini memeluknya erat. Sebenarnya hatinya juga merasa khawatir, tapi dia tidak mau memperlihatkannya. Dia tidak mau membuat gadis cantik itu bertambah ketakutan.

" Apa kau sudah menghubunginya atau mengirimkan pesan?" Tanya Anella pelan. Axel mengangguk.

" Sudah, tapi sepertinya sambungannya kurang bagus. Gua belum dapet jawaban." Jawab Axel setenang mungkin.

" Pakailah, udara mulai dingin. Ayo kita ke pos tadi, mungkin sekarang ada orang yang datang untuk berjaga." Ucap Axel sambil memakaikan jaketnya ke tubuh Anella.

Axel menyalakan lampu ponselnya untuk menerangi jalan. Suara binatang malam bersahutan, membuat Anella berjalan merapat ke tubuh Axel. Lelaki itu memeluk pundak Anella, seolah ingin melindunginya.

" Pos ini kosong. Sepertinya sudah lama tidak di pakai, tapi ada kamar mandi di dalam sana dan sepertinya airnya bersih." Ucap Axel sambil melangkah melihat keadaan pos tersebut. Anella terus menempel di sisinya.

" Tolong pegang ponsel gua, tunggulah sebentar. Sepertinya ada alas yang bisa kita pakai untuk duduk atau merebahkan diri. Lo pasti lelah dan juga lapar."

Axel menggelar alas yang dia ambil dari pojok ruangan, lalu membimbing gadis itu untuk duduk.

" Gua masih punya roti, air mineral dan juga biskuit gandum, permen. Gua ga bawa nasi, karena gua ga pernah makan nasi."

Axel mengeluarkan semua itu dari dalam tas gendongnya. Anella sebenarnya ingin tertawa melihat semua yang dikeluarkan dari dalam tas gendong Axel.

" Tas gendongmu seperti kantong Doraemon." Ucap Anella dengan senyum dikulum.

Axel menatap Anella, kemudian tersenyum. Dia senang melihat gadis itu sudah sedikit melupakan rasa ketakutannya.

" Kenapa kau tidak pernah makan nasi?" Tanya Anella sambil wajahnya yang cantik menatap Axel dengan bibir dan mata tersenyum.

" Sialan, sialan...bisa cantik gitu siih.." gerutu hati Axel belingsatan.

" Axel.."

Suara lembut Anella membuat Axel tersentak. Lelaki itu terkekeh untuk menutupi kekagetannya.

" Gua ga tahu, tapi gua ga doyan aja." Jawab Axel asal.

" Kau harus belajar menyukainya." Ucap Anella. Axel menatap gadis itu.

" Kenapa harus?" Tanya Axel. Anella tertawa pelan. Tawa yang kembali membuat Axel mendengus.

" Crystal, please.." Desis Axel dengan mata terpejam.

" Kenapa kau memanggilku Crystal?" Tanya Anella dengan wajah yang begitu dekat dengan wajah Axel. Lelaki itu sedikit bergetar tubuhnya, karena begitu matanya terbuka. Wajah cantik itu tepat berada di hadapannya.

" Memangnya kenapa, gua suka nama itu." Jawab Axel santai.

" Terus kenapa gua harus mau makan nasi?" Tanya Axel kemudian.

" Karena aku suka sekali makan nasi dan jika kau mau berada disisiku, bersiaplah untuk makan nasi disetiap menu makanan yang disajikan."

Axel menatap gadis yang kini dengan ringan merebahkan kepalanya dipundaknya. Axel segera merasakan tubuhnya bergetar hebat, tidak kuasa menghalau hasrat yang dengan cepat menyentuhnya.

Axel segera merengkuh tubuh Anella. Mengangkat tubuh itu dan mendudukkan dipangkuannya dengan posisi menghadapnya. Lalu tanpa ragu sedikit pun dia mencium bibir itu, melumatnya dengan napas memburu. Disela pagutannya dia menggeram lirih.

" Please, be mine."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top