Mine
" Non, bawa Tuan muda ke kamar. Biar saya bereskan di sini."
Suara lembut seorang Ibu menyentakkan Anella. Sedikit terjengat dia menoleh menatap sumber suara. Dia menatap seorang Ibu paruh baya yang menatapnya ditemani seorang anak gadisnya.
" Ibu Dien, Arumi. Syukurlah kalian tidak ikut pergi. Baiklah aku akan bawa Axel ke kamar. Sebelah mana kamarnya?" Tanya Anella dengan nada lega. Dia menatap Arumi dan Ibunya.
Ibu dan anak itu tersenyum menatap Anella. Lalu mengangguk sopan.
" Di atas sana. Perlu kubantu?"
Arumi menunjuk sebuah kamar di lantai dua. Gadis itu berjalan mendekat. Anella menggeleng.
" Tidak, biar aku sendiri saja. Kau bantu saja Ibumu." Ucap Anella ramah. Arumi tersenyum lalu mengangguk.
" Axel, Ayo kita ke kamar."
Ucapan Anella begitu lembut sambil memapah Axel yang terus saja meracau. Botol yang ada didalam genggamannya dilemparkannya begitu saja. Bunyi pecahan kaca terdengar memecah sunyinya malam. Anella memicingkan matanya.
" Bajingan itu nipu gua, Crystal. Dia nikahin jalang itu. Mereka itu kan pembunuh Mom, Crystal. Bangsat. Kurang ajar mereka."
" Gua ga punya siapa siapa lagi, Crystal. Mom mati. Dad diambil jalang itu."
" Axel, please." Lirih Anella.
" Aah, gua punya lo, Crystal. Cuma punya lo."
Dengan susah payah, akhirnya Anella bisa membawa Axel ke kamarnya. Kamar luas yang terlihat begitu rapi. Di dindingnya tertempel photo photo, ketika mereka di Kampung Nelayan. Anella tercengang menatapinya. Dia tidak pernah tahu, kapan Axel mengambil gambarnya sebanyak itu.
Lalu tarikan sedikit kasar terasa ditangannya, membuatnya kembali menolehkan tatapannya ke diri lelaki yang kini menelentangkan tubuhnya di atas tempat tidur.
" Crystal, please. Don't you ever leave me. Don't dare you walk away, baby. I love you."
Anella ikut merebahkan dirinya. Tubuhnya meremang menerima usapan usapan lembut tangan Axel. Desahan halus tanpa sadar terlontar dari mulutnya, ketika dengan bibir basahnya dan sangat perlahan Axel menciumi lehernya. Lelaki itu seolah hilang akal. Menciumi setiap bagian tubuh gadisnya yang kini hanya berbalut dalaman saja. Entah kapan tangan itu melucuti pakaiannya. Anella pun dirundung gairahnya. Dia tidak mampu menolak.
" Crystal, please. Be mine, baby. Be mine. And don't you dare leave me. I love you, Crystal. I need you."
Kata kata Axel yang berulang seolah menyihirnya. Dia larut. Hilang sudah akal sehatnya. Punah sudah logika yang selama ini diyakininya. Bahwa cinta tidak harus terpacu gairah. Tapi Anella mengalah. Mengalah pada bukti cinta yang sebenarnya salah. Dia tunduk pada seorang Axel. Lelaki yang kini sedang menyalurkan hasratnya yang tidak mampu ditahannya. Menuntaskan gairahnya yang meletup diantara rasa kecewa yang menderanya. Anella teramat menyadari itu. Axel merasa takut kehilangannya.
Lalu ketika hasrat itu tertuntaskan. Anella tidak sedikit pun merasa menyesalinya, yang dia tahu bahwa dia begitu mencintai lelaki yang kini lekat menatapnya. Ada air mata di pelupuk matanya. Air mata Anella pun menetes tidak terbendung. Perlahan lelaki itu mengusapnya.
" Kau menyesalinya Crystal?" Tanya Axel yang disambut gelengan tegas oleh gadis dihadapannya.
" Kau boleh mengataiku brengsek, bajingan, tidak tahu diri atau apa pun itu. Tapi terus terang aku tidak menyesali apa yang telah aku lakukan. Aku teramat senang bisa memilikimu." Ucapnya lagi.
Kesadaran belum sepenuhnya mengisi diri lelaki yang kini terkekeh, seolah menertawai dirinya sendiri. Anella merapatkan dirinya ke tubuh lelaki yang baru saja memilikinya. Membuat hidupnya terikat dan meyakinkan rasa cintanya. Setelah ini, hanya lelaki ini yang akan singgah di hatinya. Selamanya.
" Crystal, jika aku mewujudkan cita citaku. Mengikuti pameran bersama Om Dion. Akankah kau menungguku. Akankah cintamu masih ditempatnya. Akankah kau tetap menjadi milikku?"
Anella menatap lelaki yang kini menatapnya dengan wajah memohon. Tentu saja Anella tidak akan sanggup berkata tidak. Dia mencintai lelaki dihadapannya ini.
" Aku akan menunggumu, kejarlah cita citamu. Wujudkan sampai berhasil. Aku akan selalu mencintaimu. Kau telah memilikiku. Aku tidak akan pergi kemana pun. Aku akan tetap di sini. Menunggumu pulang." Ucap Anella meyakinkan.
Axel segera melumat bibir ranum kekasihnya. Menyatukan rasa yang kembali ingin tersampaikan.
" I love you very much, honey. I love you even more."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top