Join
Anella setengah berlari mengejar Axel yang berjalan cepat menuju perahu. Tampak deru napasnya memburu berkejaran dengan rasa penasaran yang menyinggahi hatinya.
Gadis itu cepat menarik tangan Axel sebelum lelaki itu mencapai perahu. Axel sampai hampir terjungkal karena tarikan kasar Anella.
" Kamu beneran mau ke hutan itu?" Tanya Anella begitu dia berhadapan dengan Axel. Lelaki itu berdecak sambil memutar matanya.
" Lo ngapain sih narik narik tangan gua." Ucap Axel dingin sambil menyentakkan tangan Anella yang masih memegang tangannya.
" Jawab Axel, kamu mau ke sana?" Ulangnya. Lelaki itu mengangguk.
" Iya, gua mau ke sana. Lo mau ikut?" Tanya Axel acuh dengan tatapan menantang. Kakinya melangkah naik ke perahu.
" Iya, aku mau ikut."
Jawaban Anella sama sekali tidak disangka oleh Axel. Lelaki itu terpana. Lalu tersadar dan dengan agak terpaksa menyambut tangan Anella yang terulur. Gadis itu naik ke atas perahu, setelah Axel membantunya.
Seorang lelaki berkulit hitam menjalankan perahu setelah Axel mengisyaratkan untuk berangkat. Anella duduk sambil menatap berkeliling. Matanya terlihat berbinar indah. Rambut gadis itu berkibaran ditiup angin. Gadis itu segera saja mengikatnya asal. Semua itu tidak luput dari perhatian Axel, yang akan segera memalingkan tatapannya jika gadis itu memergokinya.
Mereka menuruni perahu, begitu sampai di tempat tujuan. Lalu mulai berjalan perlahan memasuki hutan, tapi tanpa sengaja Anella menoleh. Mata Anella melotot dengan mulut terbuka begitu melihat perahu berputar dan meninggalkan mereka.
" Hei, hei..pak, mas, bang...eh, kenapa pergi. Kenapa kita dtinggal.." Teriaknya sambil berusaha mengejar perahu ke bibir pantai.
Axel berkacak pinggang menatapi Anella yang kini melompat lompat. Inginnya dia tergelak, tapi berusaha untuk menahannya. Jadinya dia hanya tersenyum miring.
Ketika gadis itu kembali menuju ke arahnya dengan wajah cemberut. Axel segera membalik tubuhnya dan siap kembali melangkah.
" Kenapa kau membiarkan perahu itu pergi, lalu bagimana kita balik ke sana?" Tanya Anella sambil berjalan terpaksa disebelah Axel.
" Gua minta dia jemput jam empat sore." Ucap Axel santai.
" What??" Teriak Anella, tangannya menyentak tangan Axel yang tampak kaget menatapnya.
" Kenapa kau tidak memberitahuku?" Tanya Anella sambil menentang tatapan Axel.
Lelaki itu memejamkan matanya, kemudian menarik napas lalu menghembuskannya kasar.
" Lo tadi kan ga nanya." Jawabnya ketus.
Dengan menggerutu akhirnya Anella mengikuti Axel yang telah bersiap dengan kameranya. Lelaki itu berjalan perlahan. Sesekali menatap lama, sebelum mengarahkan kameranya dan mengambil gambar. Lalu akan melihat hasilnya dengan mata sedikit mengerung. Tampak sekali dia menikmati kesenangannya itu. Matanya akan terlihat berbinar terang begitu melihat hasil bidikannya.
Anella menatapi kegiatan Axel itu dengan mata berbinar kagum. Dia baru tahu, lelaki ini memiliki bakat dalam photography.
" Sejak kapan kau suka memotret?" Tanya Anella sambil berjinjit melihat hasil bidikan lelaki itu.
Axel yang melihat itu, segera saja menurunkan kameranya sehingga memudahkan Anella untuk melihatnya. Gadis itu tersenyum dan menatap Axel.
Axel melanjutkan kegiatannya. Anella mengikuti kemana Axel melangkah.
" Gua suka motret sejak, kematian Ibu gua. Gua nemuin kameranya yang penuh gambar keindahan alam. Sejak itu gua tertarik untuk nambah gambar yang lain. Semoga Ibu gua di sana senang."
Jawaban Axel membuat Anella ternganga. Dia tidak menyangka ada kisah sedih dibalik kesenangan lelaki itu.
Anella tidak mau bertanya lebih jauh lagi tentang kesukaannya akan photography. Dia ikut tenggelam dalam keasikan lelaki itu. Sesekali dia menunjuk nunjuk objek yang bagus untuk di bidik. Lalu ketika kamera itu mengarah kepadanya. Anella tertawa. Axel berhasil mengabadikannya. Lalu menatap hasilnya dengan mata berbinar lebih terang dari sebelumnya.
" Lo cantik banget." Gumamnya pelan. Sangat pelan.
Anella pun tidak mendengarnya. Gadis itu tampak kagum menatapi bunga hutan berwarna merah. Merekah indah, begitu sempurna.
" Mawar hutan tidak sebagus mawar yang lain, dengan tangkai yang lebih kecil dan bentuk sedikit berbeda. namun, itu adalah harta yang di yang perebutkan karena jarang."
Kekaguman Anella terusik oleh suara berat Axel. Lelaki itu memetik bunga dengan tangkai berduri itu, lalu memberikannya pada gadis itu.
" Ati ati durinya, jangan sampe ketusuk." Ucapnya sambil membidik bunga yang ada di tangan gadis itu. Anella tersenyum.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top