Heartbeat
Hamparan laut menyambut kedatangan mereka. Debur ombak yang berkejaran. Lambaian pohon nyiur nan cantik serta hembusan angin yang membuat rambut berantakan tidak beraturan.
Letak hotel tempat mereka menginap tepat diseberang laut lepas itu. Suasana bau air laut begitu menusuk penciuman. Hiruk pikuk pecinta pantai dapat terlihat dengan jelas.
Bus terlihat kosong ditinggalkan penumpangnya. Mereka segera menuju kamar masing masing sesuai aturan. Jadwal pun sudah dibagikan dan mereka tinggal menunggu arahan sesuai yang tadi dijelaskan Mr. Antony, pengajar yang menjadi penanggung jawab acara.
" Acara akan dimulai besok pagi. Sekarang kalian istirahat dulu. Boleh menyusuri pantai tapi tidak terlalu jauh dan kembali ke hotel sebelum gelap. Mengerti!"
Suara Mr. Antony terdengar jelas. Mr. Yonas mengangguk anggukan kepala disebelahnya.
Anella seperti biasa, sekamar dengan ketiga sahabatnya. Mereka sepakat, setelah mandi akan menyusuri pantai untuk melihat sunset.
Gadis gadis itu ceria keluar dari kamar dan menuju pantai. Pakaian santai yang mereka kenakan terlihat pas di tubuh mereka.
Anella memakai kaos berwarna biru tua dengan celana jeans berwarna senada. Sepatu sport melengkapi penampilannya. Gadis itu juga memakai kaca mata hitam yang membuatnya terlihat begitu cantik.
Sementara ketiga sahabatnya berkaos dan bercelana pendek. Memamerkan paha mereka yang putih mulus. Langkah ringan mereka menarik perhatian kalangan lelaki yang sedang duduk duduk santai di depan kamarnya, kolam renang atau pun yang berjalan menyusuri pantai.
Jorgie, Gideon, Nick, Juna dan Roland mengekori keempat gadis itu. Mereka berlima itu sering dijuluki The five stars. Kebiasaan mereka mengekori Anella dan ketiga sahabatnya itu, yang membuat pemujanya cemberut tanpa bisa marah, karena percuma bersaing dengan Anella dan sahabat sahabatnya itu. Mereka tidak ada apa apanya.
" Nel, lihat anak baru itu." Bisik Rajulia sambil menunjuk Axel yang sedang duduk sendiri di pinggir pantai dengan head set besar yang menutupi telinganya.
Anella menatap lelaki yang duduk membelakinya itu. Seolah tahu ada yang memperhatikan lelaki itu memutar tubuhnya. Mata biru gelap itu tajam menatap gadis itu. Anella menjadi gelagapan, dia membuang tatapannya ke laut lepas.
" Kita naik boat yuk?" Ajak Jorgie sambil merangkul pundak Anella.
Dengan sudut matanya Anella bisa melihat Axel memperhatikannya. Anella menepis pelan rangkulan Jorgie di pundaknya. Lalu dia berpindah ke sisi sebelah Fanya yang berjalan agak jauh dari Jorgie.
" Nella, ayolah." Bujuk Jorgie.
" Nope." Anella menggeleng.
" Ajak saja Evi, dia mau naik boat tadi." Lanjutnya sambil mendorong Evi yang tersenyum lebar.
" sudahlah, tidak jadi. Kita tunggu saja sunset sambil minum kopi di warung kecil itu." Ucap Jorgie sambil membawa langkahnya menuju warung kecil.
Mereka mengikuti Jorgie menuju warung kecil. Anella sengaja duduk dibagian ujung agar leluasa menatapi Axel yang kini sudah kembali membelakanginya.
" Kalian kalau mau makan atau minum pesan saja. Princess mau minum atau makan?" Ucap Jorgie sambil lekat menatap Anella.
Jorgie memang kerap kali memanggil Anella dengan sebutan Princess dan gadis itu tidak pernah protes akan hal itu.
" Aku minum saja. Kopi. Black kopi." Ucap Anella. Matanya tidak beralih dari sosok yang dilihatnya.
Lalu ketika Axel terlihat bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arahnya. Anella terlihat sedikit gugup. Dia terlihat salah tingkah. Dia membuka kaca mata hitamnya dengan cepat.
" Ada apa, Nel. Kau baik baik saja?" Tanya Rajulia khawatir melihat raut wajah sahabatnya yang terlihat sedikit pucat dan menegang.
" Ya, I'm fine." Jawab Anella cepat.
Padahal gadis itu merasa tidak baik baik saja. Jantungnya berdetak lebih cepat dan terasa tidak nyaman. Apalagi ketika mata biru gelap itu menatap tajam tepat ke matanya. Dia semakin merasakan napasnya sedikit sesak. Segera dia menundukkan wajahnya, menghindari tatapan itu.
Suara ocehan serta canda tawa sahabat sahabatnya serasa hilang dari pendengarannya, yang dia dengar adalah irama jantungnya yang berdegup begitu keras dan tidak beraturan.
" Oh my God. What's wrong with me?" Batinnya sambil meringis.
Axel berjalan melewatinya begitu saja tanpa menyapanya. Anella melirik lelaki itu dengan tatapan kecewa.
Lelaki itu sepertinya memesan kopi. Anella memasang telinganya untuk mendengarkan suaranya yang berat. Hati Anella terasa hangat, ada desiran halus menyelusup tanpa bisa dicegah. Lalu dengan sekali hentakan Anella bangkit berdiri.
" Aku ke kamar sebentar. Aku, aku lupa mematikan kran air tadi."
Anella berlari cepat menuju kamar, meninggalkan tatapan heran mereka yang berada di sana. Sementara Axel melangkah meninggalkan warung dengan sebelah sudut bibirnya di tarik.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top