Go away
Axel benar benar pergi, benar benar meninggalkan Anella. Tidak ada lagi kata yang diucapkannya setelah malam itu. Karena esok harinya, setelah mereka kembali mengulang menjemput hasrat nan berpeluh gairah. Anella terlelap. Lalu ketika terjaga tidak ada lagi Axel disisinya.
Menangis, Anella menangis meratapi kesendiriannya. Menatap kamar luas yang dipenuhi aroma Axel yang teramat dikenali penciumannya. Perpaduan cypress dan guaiac wood yang selalu mengguar dari tubuh lelaki itu membuatnya langsung jatuh rindu.
" Axel, aku akan menunggumu." Gumamnya lirih.
Anella tidak tahu akan secepat ini. Dia memang menyanggupi untuk menunggu, mengiyakan Axel mengejar cita citanya. Tapi Anella pikir nanti, tidak saat ini. Tidak secepat ini. Pesta kelulusan saja belum digelar. Anella jadi terisak membayangkan akan berjalan tanpa Axel di hari kelulusan nanti.
" Non sudah bangun?"
Suara Bu Dien membuat Anella terkesiap. Dia sedikit malu karena Bu Dien mendapatinya tidak berpakaian, hanya selimut yang dia lilitkan diseputar tubuh telanjangnya. Wajahnya memerah seketika, ketika Bu Dien ternyata tidak hanya sendiri. Ada Miss Corrie, Arumi dan Mr. Noel Griffin, Ayah Axel berdiri disana memperhatikannya.
" Ehm, maaf. Sebentar aku, aku akan berpakaian dulu." Ucap Anella sedikit gugup.
Gadis itu bergegas mengambil pakaiannya yang teronggok di lantai dan berlari ke kamar mandi. Lalu ketika keluar dari kamar mandi, Anella hanya mendapati Arumi di sana.
" Anella, ayo. Kau sudah ditunggu di ruang keluarga." Ucap Arumi yang diangguki Anella.
Beriringan mereka menuju ruang keluarga. Anella sedikit ragu untuk duduk di sebelah Miss Corrie yang dengan senyum ramah merentangkan sebelah tangannya, menyambutnya.
" Anella, kita harus bicara." Ucap Mr. Noel yang diangguki Miss. Corrie.
" Awalnya aku sedikit ragu ketika mendengar dari Corrie bahwa anakku yang nakal itu jatuh cinta. Aku tahu, seperti apa anakku. Tapi keraguanku sirna ketika aku bertemu denganmu di Rumah sakit. Aku melihat matanya yang memandangmu begitu penuh cinta. Aku baru melihatnya." Ucapnya sambil menatap Anella yang kini menunduk.
" Aku terus terang merasa penasaran, siapa dirimu dan jadi percaya ketika tahu. Kau seorang Anella Crystalize. Gadis pintar, berbakat dan sangat membanggakan. Tidak salah Axel terpesona pada dirimu. Dia seolah melihatmu sebagai sosok lain dari Ibunya, wanita yang dulu mampu membuatku bertekuk lutut. Hanya sayangnya, Ibunya terlalu arogan. Dia selalu saja merendahkan diriku. Membandingkan kepandaianku dengan kehebatannya yang tidak mampu kutandingi. Lalu karenanya aku melakukan kesalahan." Mr. Noel menatap Miss. Corrie yang tertunduk dengan mata berkaca kaca.
Anella menangkupkan tangannya di atas tangan Miss. Corrie yang terlihat sedikit bergetar. Miss. Corrie menatap Anella sambil menyungging senyum seolah berterima kasih.
" Kini anak itu pergi, meninggalkan kau yang..."
Ucapan Mr. Noel tidak dilanjutkan. Dia menatap Anella dengan sorot mata prihatin. Tidak butuh lagi penjelasan apa yang telah dilakukan oleh Axel terhadap gadis yang duduk dihadapannya. Semuanya telah jelas terlihat tadi, ketika dia memasuki kamar anaknya itu dan mendapati Anella berpenampilan seperti tadi.
Anella segera menengadahkan wajahnya, menentang tatapan Mr. Noel yang menyorot sendu. Gadis cerdas itu tahu arah pikiran Ayah lelaki tercintanya.
" Aku tidak menyesalinya, aku mencintai Axel dan aku akan menunggunya." Ucap Anella tenang.
Miss Corrie dan Mr. Noel menatapnya dengan mata terkagum kagum. Senyum terukir di bibir keduanya. Mr. Noel menggelengkan kepalanya.
" Beruntung sekali anakku yang nakal itu mendapatkanmu. Aku akan menemui Orang tuamu, segera. Atau aku akan mengantarmu pulang dan akan bicara dengan orang tuamu. Aku bertanggung jawab atas semua perbuatan yang dilakukan anakku. Corrie, kau temani aku."
Miss. Corrie dan Anella mengangguki ucapan Mr. Noel. Gadis itu beranjak kembali ke kamar setelah terlebih dulu meminta ijin. Dia hendak mengambil ponsel dan tasnya yang tertinggal di kamar Axel.
Memasuki kamar lelaki itu, membuat hati Anella kembali menghangat. Mengingat tadi malam, dirinya dengan begitu pasrah menyerahkan dirinya. Meyakinkan untuk dikuasai gairah lelaki itu. Mengikatkan hatinya untuk seutuhnya dimiliki. Anella tersenyum sambil menghela napas dalam. Menghirup wangi tubuh lelaki itu yang masih tertinggal di setiap sudut ruangan. Lalu bisikan Anella terdengar begitu merdu.
" I love you Axel. Kamu boleh pergi jauh, tapi jangan lupa untuk kembali karena aku menunggumu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top