Ghost

Matahari sudah meninggi, ketika mereka beristirahat untuk makan siang. Mereka berbaur dengan masyarakat sekitar, makan bersama setelah membantu kegiatan sehari hari mereka.

Para lelaki membantu mengecat perahu, membetulkan perahu, memperbaiki rumah yang sudah tidak layak huni atau mempersiapkan alat alat untuk berlayar nanti malam.

Sementara wanitanya membantu memasak. Mengajari baca, tulis dan hitung untuk anak anak usia sekolah dan mengajarkan keterampilan kepada Ibu Ibu dan remaja putri dengan memanfaatkan limbah.

Siang ini, setelah makan siang. Tugas Anella dan Fanya yang membimbing anak usia awal sekolah belajar membaca. Mereka mengambil tempat di teras mesjid.

" Nel, ketika bangun tadi aku tidak menemukanmu. Pergi kemana kau?" Tanya Fanya di sela sela kegiatannya, mengajari membaca anak anak usia awal sekolah.

" Aku, aku memastikan logistik untuk hari ini cukup. Aku takut ada yang lupa kusiapkan."

Jawaban Anella yang sedikit terbata tidak sedikit pun disadari oleh Fanya, karena gadis itu sambil menuntun seorang anak kecil membaca. Sebenarnya Anella sedikit gelagapan dengan pertanyaan Fanya tadi.

" Aku ke belakang sebentar. Khawatir ada yang belum makan." Ucap Anella cepat. Matanya menangkap Axel yang berjalan melewati teras mesjid dan menuju ke belakang.

Kejadian dini hari tadi terus melintas di pikiran Anella. Dia merasa malu telah memeluk Axel begitu erat. Ketika dia tersadar, Anella segera menghentakkannya lalu berlari kembali ke kamarnya. Anella sempat melihat senyum Axel yang seolah mengejeknya ketika dia menoleh ke arahnya.

Lalu seharian ini Anella merasa tidak karuan. Perasaannya sulit untuk dia artikan. Terkadang ada rasa malu, suka, kesal dan rindu yang datang bersamaan.

Axel menatap sosok yang tadi pagi memeluknya erat menuju ke bagian belakang mesjid. Gadis yang sempat menghadirkan kenyamanan di hatinya, karena pelukannya itu. Gadis itu tampak menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Axel menarik sebelah sudut bibirnya menatap ulah gadis itu.

Anella menatap lelaki yang dicarinya. Sedang duduk menyandar di bawah pohon kelapa. Mata biru gelap itu lekat menatapnya. Anella jadi ketar ketir ditatap seperti itu. Dia bingung apa yang harus dilakukan.

Dengan wajah menunduk dia menghampiri lelaki itu. Axel yang melihat Anella mendekat berdecak kesal. Dia merasakan lagi getaran sialan itu merambati hatinya.

" Ouh, shit!" Umpatnya pelan.

" Hai, maaf tadi pagi aku, ehm aku belum bilang terima kasih. Aku takut, jijik, ngeri eh kalau lihat..kepiting.." Ucap Anella sedikit tergagap. Axel menatapnya dingin.

" Gua heran kenapa lo takut atau apalah itu kalo ngeliat kepiting. Lo ga pernah makan kepiting gitu?" Tanya Axel dengan suara setenang mungkin, padahal dia sedang meredam debaran jantungnya.

" Aduh, gila. Kenapa sih jantung gua bisa jadi brengsek begini. Sialan banget. Damn. Shit." Umpat Axel dalam hati.

Mata gadis itu mengerjap. Senyum polosnya terukir manis.

" Damn, jangan senyum cantik gitu dong. Sialan banget nih jantung gua ga bisa diajak damai." Rutuk Axel dalam hati.

" Aku pernah digigit eh, dicapit kepiting. Sampai berdarah tidak mau lepas. Dari situ aku takut semua binatang yang bercapit. Hiiih.." Ucapnya sambil menggedikkan bahunya.

Sangat terlihat sekali wajah itu memancarkan ketakutannya. Ingin rasanya Axel kembali memeluk gadis itu, tapi itu tidak akan mungkin dilakukannya. Apalagi di tempat umum seperti ini.

" Eh, bukan umum tapi rame. Tadi pagi juga pelukan itu terjadi di tempat umum." Ralat suara hati Axel sinis.

Bukannya memberikan tanggapan, lelaki itu malah pergi berlalu meninggalkan Anella yang kini menatapnya tercengang.

" Ehhh, dasar makhluk halus. Malah pergi gitu aja." Gerutu Anella.

" Mana makhluk halus, Nel?"

Anella terjengit, mendapati Jorgie berdiri disebelahnya sambil menepuk pelan bahunya.

" Emang ada ya makhluk halus siang siang begini?" Tanya Jorgie lagi.

Anella menatap Jorgie lalu tersenyum lebar. Suara riangnya terdengar, sebelum dia membawa langkahnya meninggalkan Jorgie. Untuk kembali bergabung bersama Fanya di teras mesjid.

" Makhluk halusnya menyebalkan, besok kalau ketemu mau aku peluk."

Axel yang sebetulnya masih berdiri tidak jauh dari sana tersenyum samar mendengar ucapan Anella. Lalu hatinya mengumpat kesal.

" Gila, gila banget. Damn it! You make me fucked of, girl."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top