expression
Sore ini Axel menyempatkan diri menemui Jorgie di kantornya. Lelaki itu menyambutnya dengan senyum ramah dan mempersilahkannya duduk. Axel menanggapi kehangatan yang diperlihatkan Jorgie dengan senyum samar.
" Kau terlihat lebih fresh dari terakhir kali bertemu. Kemarin itu kau terlihat berantakan."
Axel mendengus, menanggapi ucapan Jorgie. Lelaki itu dengan santai menyesap kopi yang disajikan oleh Jorgie.
" Bagaimana dengan persiapan pernikahannya?" Tanya Jorgie yang ditanggapi Axel dengan tarikan sebelah sudut bibirnya.
" Aku rasa kakakku mengurusnya dengan baik." Ucap Jorgie dengan nada bangga.
Axel mengangguk pelan. Jorgie tersenyum senang. Axel mengakui usaha kakaknya, Ibu tirinya.
" Corrie mengurusnya dengan baik." Ucap Axel datar. Jorgie tersenyum.
" Sorry." Ucap Axel pelan.
Jorgie menatap Axel seolah tidak percaya. Lelaki sombong itu mengucapkan kata maaf, walaupun pelan. Jorgie kembali tersenyum.
" Gua kemarin sempat marah." Ucap Axel dengan suara datar.
" Aku tahu, kau pasti mengumpat dan memakiku."
Axel mengangguki ucapan Jorgie. Lalu senyum kakunya terlihat. Jorgie tersenyum melihatnya.
" Aku menemani masa sulit Princess di trisemester pertama. Aku sangat salut dengan keteguhan dan kekuatan hatinya. Separah apa pun yang dia rasakan, dia tetap tidak mau mengganggumu. Kau tahu, aku menyayangi Princess. Mencintainya dan ingin memilikinya." Ucap Jorgie sambil menatap wajah Axel yang kini menghadirkan garis tidak suka karena keinginan Jorgie.
Axel mendengus kasar. Tangannya tampak erat terkepal. Jorgie sangat menyadari itu, lelaki tampan itu tertawa pelan.
" Easy, Man. Aku merasakan itu dulu. Sebelum seorang murid badung, pindahan dari Sekolah Maestro datang. Murid sialan yang seolah mengalihkan pandang Princess tentang layaknya mencintai. Wanita itu terikat padamu, sampai dengan konyol membawa bukti cintamu dalam kesendirian. Bahkan dia telah menyiapkan nama untuk benih yang semakin hari kian tumbuh, membuncitkan perutnya. Dan anehnya, dia selalu tersenyum dengan menatapi gambarmu dengan senyum jelek itu."
Jorgie berucap tenang dengan tangan yang kemudian menunjuk wajah Axel yang sedang tersenyum kaku seperti biasa.
" You know, Man. Ketiga sahabatnya saja tidak bisa membujuknya untuk membuatmu pulang. Bahkan Ibu tercintanya berlinang air mata, melihat besarnya cinta yang dia punya untukmu." Ucap Jorgie sambil memperhatikan Axel yang kini terlihat gelisah.
" Axel, kami semua menyayangi Princess. Wanita yang mencintaimu setengah mati itu. Lalu apakah rasa cintamu seperti dirinya?" Tanya Jorgie sedikit sinis.
Pikiran Axel melayang, dengan perlahan dia mengeluarkan ponselnya. Lalu membukanya, menampakkan sebuah pesan dari wanita yang teramat dicintainya itu. Pesan yang selalu dibukanya dan dibacanya hampir disetiap kesempatan dalam hidupnya selama tiga tahun jauh darinya. Pesan yang begitu manis dan seolah selalu mengingatkan akan cintanya.
Axel, setelah pesan ini terkirim. Aku tidak akan lagi mengabarimu atau pun menelponmu. Aku hanya ingin kau melupakanku sejenak dan menggapai mimpimu. Mewujudkan citamu. Tapi kau harus ingat, ada aku yang selalu menunggu dan aku teramat sangat mencintaimu. Maka jika semua telah tercapai, pulanglah.
Air mata itu selalu luluh tidak terbendung. Menghempaskan sisi keras Axel ke bibir melonkolis yang begitu sarat akan rasa cinta. Mata berair itu menengadah, menatap Jorgie, dimana lelaki itu terlihat terkesiap menatap wajah datar itu berbinar menahan luapan cintanya.
" Gua hidup dalam kegelisahan selama tiga tahun ini. Mencari di dasar hati, akan keteguhan cinta wanita tercinta itu. Crystal bening yang teramat ingin gua buat berbinar gemerlap penuh kebanggaan. Gua ga pernah meninggalkannya, Jorgie. Diri gua emang jauh, tapi hati ini teringat dekat dihatinya. Degup jantung kami seolah berirama bersamaan." Ucap Axel lirih sambil memejamkan mata. Nada frustasi tergambar penuh di ucapannya dan wajahnya tampak letih. Jorgie tersenyum.
" Aku tahu kau lelaki brengsek yang sanggup memegang janjimu. Kusalutkan semua rasamu itu, brother." Ucap Jorgie tulus.
" Dan kau harus tahu, aku tidak suka barang bekas. Apalagi bekas bajingan tengik sepertimu. Jijik banget." Lanjut Jorgie sambil tergelak memecah suasana yang sekilas menghanyutkan hati.
" Bangsat lo." Desis Axel sambil menatap sinis Jorgie yang masih tergelak.
" Axel, aku menunggu terlalu lama sayang."
Sebuah suara lembut dan merdu menghantarkan sosok cantik ke hadapan Axel. Dengan ringan tangan Axel terkembang menyambutnya. Membuat wanita itu tidak mampu menolak untuk meleburkan diri dalam pelukan hangatnya. Lalu bibir Axel mencium sayang kening wanita itu.
" My beloved Crystal." Bisiknya sepenuh cinta, melayangkan rasa di dada wanita itu.
" Waduuh, cepat pulang sana. Jangan bikin aku ingin membunuhmu, Axel. Dengan kemesraan sialan yang kau pamerkan di depanku." Umpat Jorgie kesal.
Axel tertawa pelan. Dia malah sengaja mencium pipi wanita yang masih setia membenamkan diri dalam pelukannya. Lalu menengadahkan wanita itu dan melumat bibirnya. Menunjukkan rasa yang ada di hatinya kepada Jorgie yang tadi seolah meragukannya. Jorgie berdecak kesal.
" Okay, okay. Aku mengalah lagi. Pakailah ruanganku ini untuk kalian melabuhkan hasrat. Aku akan pergi. You owe me, Man." Ucap Jorgie sambil cepat beranjak dari hadapan dua sejoli yang dilingkupi rindu itu.
" Thank you, Man. I owe you a lot." Ucap Axel disela lumatannya. Matanya menggelap mengabarkan hasrat yang telah tersentuh. Lalu suara lirih sarat gairah itu tidak terbendung.
" Crystal, I love you and I need you right now."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top