explanation

Anella menatap Axel yang juga menatapnya. Tangan mereka saling bertaut, seolah berbagi kekuatan. Setelah tadi Axel yang mendapati Jorgie bersama seorang anak kecil bernama Lyonell, yang Jorgie bilang sebagai anaknya. Ditambah lagi dipertegas oleh pernyataan Anella. Bahwa bocah lucu dan tampan itu betul anaknya.

Saat ini Axel sedang meminta penjelasan Anella. Lelaki itu tadi menarik cepat lengan Anella sambil menggendong Lyonell, mengantarkan Anella dan Lyonell yang ternyata pulang ke rumahnya. Rumah yang kini ditempati Anella dan Lyonell. Tidak ada Dad dan Corrie, istrinya itu. Mereka disambut Nanny Yo yang menatapnya penuh kebahagiaan.

Anella menyerahkan Lyonell yang lelap dalam pelukannya ke tangan Nanny Yo yang segera membawanya ke kamar.

Lalu disinilah mereka kini. Di kamar Axel yang tertata rapi tidak berubah sedikit pun sejak ditinggalkannya tiga tahun lalu. Bahkan bau wanginya pun masih menguarkan harum yang sama. Axel seakan ditarik kembali ke masa itu. Saat dimana dia mengucap janji untuk wanita tercinta yang kini duduk dihadapannya dengan mata cantiknya menatapnya lekat.

Gemuruh di dada Axel seakan badai yang menggemuruh. Sedikit membuat sesak tapi seakan membuncahkan kebahagian tiada tara. Walaupun teramat sarat tanya yang tidak henti bermunculan di benaknya.

Dikecupnya perlahan tangan mungil yang berada dalam tautan tangannya. Rasa hangat terasa menggelenyar menembus relung hati, mendesirkan darahnya.

" Lyonell.." Lirih Axel yang langsung diangguki Anella.

" Dia anakmu, Axel." Tegas Anella.

Wanita cantik di depannya mulai merebakkan butiran beningnya. Axel terus terang tidak tahan melihatnya. Dia memicingkan matanya. Ada rasa nyeri mengguris hatinya.

" Ketika aku terjaga dan kau telah pergi, Ayahmu dan Miss. Corrie mengajakku bicara." Anella memulai ceritanya. Axel menatapnya tergugu.

" Ayahmu dan Miss. Corrie menemui Orang tuaku. Ayahmu memintaku dan Orang tuaku menyetujuinya. Tiga minggu setelah kepergianmu, aku baru tahu kalau aku ternyata hamil. Miss. Corrie, orang pertama yang kutemui. Ayahmu bertanggung jawab penuh. Walaupun Orang tuaku merasa sangat kecewa, tapi mereka juga merasa senang. Aku melarang mereka untuk memberitahukanmu. Aku tidak mau memecah pikiranmu."

Suara Anella mulai tercekat di kerongkongannya. Dia melegakan tenggorokannya. Axel bergeming. Hanya lekat menatap mata bening itu yang meluncurkan butiran beningnya.

" Aku tidak mau kabar kehamilanku membuatmu ragu untuk melanjutkan cita cita yang ingin kau kejar. Untuk itulah aku melarangnya. Termasuk tidak memberitahukan Uncle Dion dan Aunty Linda."

Axel menutup mulutnya dengan tangannya. Matanya memejam erat. Butiran bening melompat dari sudut matanya. Dadanya nyeri serasa ditonjok keras. Napasnya terasa sesak. Wanita ini begitu membuatnya merasa menjadi orang yang betul betul beruntung.

" Oh my God." Desisnya miris.

Pikirannya menerawang jauh, membayangkan perjalanan hidup wanita tercintanya selama tiga tahun ini. Wanita cantik ini berjuang tanpa dirinya. Axel menggelengkan kepalanya membayangkan itu. Dia merasa menjadi seorang pecundang.

" Aku bajingan brengsek yang egois." Gumamnya dengan nada penuh sesal.

Anella menggeleng. Tangannya mengusap lembut wajah Axel dengan sayang. Lelaki itu kembali lagi memejamkan matanya meresapi sentuhan yang teramat sangat dirindukannya. Dia menahan tangan lembut itu lalu membawanya ke bibirnya. Dikecupnya lama tangan itu.

" I'm so sorry." Ucap Axel lirih. Dia terus menciumi tangan lembut Anella.

" Kau lelaki yang mampu membuatku mencinta dan kini kau mampu membuatku bangga. Aku membaca setiap berita yang memuat tentang kesuksesanmu menggelar pameran photography." Ucap Anella dengan mata berbinar.

" Benarkah kau tidak pernah melepas satu pun photo diriku semahal apa pun orang menawarnya?" Tanyanya dengan mengukir senyum cantik. Axel mengangguk tegas.

" Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyimpan gambar cantik wanita tercintaku." Ucapnya dengan nada ketus.

" Lalu mengapa kau memajangnya?" Tanya Anella sambil mengerungkan dahinya.

" Hanya ingin menunjukan pada dunia, bahwa wanita cantik itu yang menjadi penyemangatku. Wanita yang menggenggam hatiku dan memiliki duniaku. Wanita yang selalu kurindukan disetiap helaan napasku." Ucapnya tenang.

Anella kembali melengkungkan bibirnya. Menarik Axel untuk mendaratkan ciuman di bibir yang teramat dirindukannya. Menikmati kelembutan bibir yang membuatnya tiada henti untuk melumatnya.

" Crystal, don't you ever dare run away from me. I love you, baby."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top