Early Morning
Mata Anella terbuka disaat ketiga temannya masih terlelap tidur. Jam masih menunjukan pukul lima kurang. Anella membawa langkahnya menuju ke kamar mandi. Membasuh wajahnya dan menggosok gigi.
Masih dengan memakai baju tidurnya, Anella membawa langkahnya menuju ke pantai. Hatinya seolah memaksanya untuk menikmati suasana pantai disaat dini hari seperti ini.
Ombak yang bergulung memecah keheningan dini hari. Gemuruh air laut seolah menyambut datangnya mentari di ufuk timur. Indahnya laut, heningnya pantai dan sembarut merah di ufuk timur menjadi sebuah perpaduan yang sangat menarik untuk dinikmati.
" Apa lo ga takut, jalan jalan sendiri dini hari seperti ini?"
Sebuah suara berat mengagetkan Anella. Gadis itu sampai tersentak dan langsung menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki berambut ikal gondrong yang sedang bersandar di sebuah pohon kelapa, menatapnya dengan tatapan datar.
" Kau sendiri, kenapa berdiam diri di situ?" Balas Anella ketus. Dia tidak menghiraukan pertanyaannya.
" Gua lagi menunggu sunrise."
Lelaki itu melangkah mendekati Anella yang sudah membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan.
" Apa lo sering keluar dini hari seperti ini?"
Lelaki itu bertanya lagi sambil menjajari langkah Anella yang kini menatapnya bingung.
" Kau Axel, atau orang lain. Atau jejadian yang menyerupai dia?"
Pertanyaan Anella yang absurd, membuat Axel melotot. Wajahnya masih datar tapi Anella jadi ingin ketawa menatapnya.
" lo pikir, gua sejenis makhluk halus gitu." Ucap Axel dengan suara ketus. Anella mengulum senyum.
" Heran saja, biasanya kau tidak sebawel ini." Ucap Anella ringan.
" Gua cuma merasa heran dengan gadis kayak lo. Berkeliaran di pantai dini hari begini. Tadi gua pertama liat, gua pikir makhluk halus. Udah baju tidur lo putih lagi." Ucapnya dengan suara dingin.
Anella tersenyum. Ternyata sebenarnya Axel memperhatikannya juga. Walaupun terlihat jaga image. Anella meliriknya sekilas.
" Kenapa lo liat liat. Masih ga percaya kalo gua bukan setan?" Ucapnya ketus. Anella tertawa pelan.
" Terus kenapa kau mengukutiku?" Tanya Anella sambil menghentikan langkahnya dan menatapnya.
" Siapa yang ngikutin lo. Gua lagi nunggu sunrise." Jawabnya dengan wajah sinis.
Anella tertawa. Suara tawanya membuat Axel sedikit tercengang. Begitu enak didengar di telinganya. Tapi lelaki itu menggeleng tegas. Langkahnya terhenti, hanya memperhatikan punggung Anella yang menjauh.
" Aahhh...."
Axel segera berlari kearah Anella begitu mendengar teriakan gadis itu. Dia mendapati gadis itu ketakutan dengan wajah pucat dan tubuh gemetar. Anella menghambur ke pelukannya begitu saja. Lelaki itu menegang seketika. Wajahnya menatap heran gadis yang kini memeluknya erat.
" Ada apaan sih?" Tanya Axel yang sedikit risih dengan pelukan erat Anella.
Gadis itu menggeleng, wajahnya menyusup ke dada Axel, yang menimbulkan getaran dan membuat lelaki itu meringis kesal.
" Ada apa sih. Ada setan, ular, alien, paus, hiu.." Tanya Axel yang dijawab gelengan oleh gadis itu.
Axel jadi bingung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Matanya menatap berkeliling dan tidak mendapati apa pun di sekitarnya.
" Tolong diusir dulu, buang jauh jauh." Ucap Anella dengan suara bergetar. Tampak sekali dia ketakutan. Axel jadi ngeri.
" Iya, nanti gua usir, gua buang jauh jauh deh. Tapi apaan, gua ga liat apa apa." Tanya Axel sedikit kesal. Dia berdecak menatap Anella yang masih saja memeluknya erat dengan menyurukkan wajahnya ke dadanya.
"Hiiih...itu, kepiting." Ucap Anella dengan suara ditahan.
Sebenarnya Axel ingin sekali tertawa tapi diurungkannya niatnya itu. Dia merasa kasihan melihat ketakutan Anella yang tidak di buat buat. Mata biru gelap lelaki itu mencari cari binatang yang disebutkan Anella dan dia menemukannya. Seekor kepiting yang tidak begitu besar dan sepertinya sudah mati.
Masih dengan dipeluk Anella, Axel menendang binatang kecil itu. Lalu dia menatap gadis itu. Mulutnya sudah terbuka untuk berbicara, memberitahukan bahwa binatang itu sudah tidak lagi ditempatnya. Tapi rasa nyaman yang dirasakan hatinya mencegahnya. Dia ingin berlama lama merasakan pelukan yang membuatnya merasa begitu tenang itu. Perlahan dia malah melingkarkan tangannya di seputar tubuh itu.
Di ufuk Timur tampak sinar kemerahan mulai mengintip, menghadirkan bias kemilau yang begitu cantik. Sepasang remaja itu asik dengan kediamannya. Menikmati tiap detik waktu yang berdetak menghadirkan getaran yang tidak mudah untuk mereka hindari.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top