curious
Anella memegang perutnya sambil meringis. Ada rasa perih yang terasa menggigit gigit perutnya. Waktu makan siang terlewat begitu saja karena keasikan membidik keindahan alam. Tidak masalah bagi Axel tapi jadi masalah untuk Anella, yang lambungnya sering kali protes jika telat terisi.
Anella merutuki dirinya yang tidak membawa bekal. Dia tidak tahu kalau perahu yang ditumpangi tadi tidak menunggu dan akan menjemput jam empat sore. Kalau tahu begitu, dia siap siap bawa bekal.
Wajah Anella terlihat pucat dengan keringat mulai terlihat mengembun di keningnya. Napasnya terlihat cepat dan kasar untuk menahan rasa yang semakin menggigit. Gadis itu segera mendudukkan dirinya di sebatang pohon tumbang yang tergeletak di dekatnya, begitu rasa pusing menyerang kepalanya.
" Hei, kenapa lo?" Tanya Axel dengan wajah cemas.
Lelaki itu setengah berlari menghampiri Anella yang terduduk dengan wajah menunduk dan tangan memegangi perutnya. Dia berjongkok di hadapan Anella dengan wajah khawatir.
" Lo sakit bukan?" Tanya Axel sambil menengadahkan wajah Anella dengan memegang dagunya.
" Ya Tuhan, muka lo pucet banget. Lo kenapa sih?" Tanya Axel lagi.
" Aku, aku tidak membawa bekal. Aku.."
" Oh my gosh. Lo telat makan ya, kenapa lo ga ngomong sih. Nih, makan dulu. Sorry, gua keasikan jadi lupa. Gua ga tau kalo lo punya masalah sama lambung."
Axel membuka tas gendongnya dan dengan segera memberikan kotak makannya yang di dalamnya terdapat beberapa potong roti isi. Lalu dia juga mengeluarkan sebotol air mineral dan sekaleng bir.
Anella sedikit ragu menerimanya tapi rasa perih di perutnya yang kini semakin menggigit, membuatnya segera memasukkan roti itu kemulutnya, mengunyahnya lalu menelan dengan cepat.
" Pelan pelan, nanti lo tersedak. Nih minum dulu."
Sedikit malu Anella mendapatkan perhatian dari Axel. Gadis itu segera meneguk air mineral yang disodorkan lelaki itu.
" Kau minum bir?" Tanya Anella pelan, begitu melihat Axel meneguk bir kaleng yang tadi dikeluarkan berbarengan dengan air mineral.
" Ya, hanya bir." Jawab Axel santai.
" Hanya bir. Kau bilang hanya bir. Ouh my God Axel. Kau merokok, minum bir, memukul orang seenaknya.."
" Punya banyak tattoo, berantakan, gila, nyebelin, gondrong. Apa lagi, paket komplit kan kalo gua ini emang brengsek dan bejad." Potong Axel cepat dengan tawa sumbang. Anella menggeleng.
" Tidak, bukan seperti itu. Aku jadi penasaran. Maaf, aku jadi ingin tahu kenapa kau bisa seperti ini?"
Axel ternganga menatap gadis di depannya. Dia berpikir gadis itu akan menghakiminya tapi ternyata, gadis ini malah ingin mengetahui penyebab dia menjadi seperti sekarang ini. Mata Axel terpejam, dia seolah tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
Gadis ini, seorang Anella Crystalize yang teramat dikagumi para lelaki kaya dan tampan. Duduk manis dihadapannya dan ingin tahu latar belakang keadaannya. Axel kembali menggeleng mendengar suara batinnya.
" Axel, ada alasannya kan dengan semua ini. Juga rumor tentang masa rehabilitas dirimu selama setahun itu karena kecanduan alkhohol dan obat terlarang, sampai kau harus mengulang kelas?" Tanya Anella hati hati.
Axel tergugu. Dia tidak tahu, apa yang harus dia katakan. Gadis cantik dihadapannya terlalu sempurna, jika hanya untuk mencari tahu siapa dirinya. Dia tidak percaya.
" Lo cari tahu tentang gua?" Tanya Axel ketus. Anella mengangguk.
" Kenapa. Buat apa?" Cecar Axel. Anella menatapnya dengan tatapan tajam. Axel sedikit gelagapan.
" Gila, bahkan gadis ini seolah mengintimidasi gua." Rutuknya dalam hati.
" Aku penasaran." Jawab Anella ringan. Axel mendengus.
" Lo cari tau tentang gua cuma karena penasaran?"
Anella tersenyum cantik menanggapi pertanyaan Axel. Senyum yang membuat Axel meringis menatapnya.
" Shit!!!" Axel mengumpat dalam hati. Lelaki itu lelah dipermainkan perasaannya.
" Aku penasaran kenapa kau tidak menghiraukanku, seperti yang lainnya."
Ucapan Anella membuat Axel semakin meringis kesal.
" Lo ga tau aja, cantik. Gua mati matian ngebunuh rasa yang meronta di hati gua, karena gua ngerasa ga pantes buat menaruh rasa itu buat lo." Jerit hati Axel.
" Padahal kalau aku lihat, mata ini berkata lain. Tidak sesuai dengan sikap yang kau tunjukan." Anella dengan berani menyentuh mata Axel yang lekat menatapnya. Bibirnya mengulas senyum teramat cantik.
Dengan gerakan cepat Axel mencium bibir ranum yang begitu menggoda di depannya. Mata Anella membulat karenanya.
" Crystal, I can't handle it anymore."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top