Back home

Sepasang mata biru gelap menatap nyalang sesosok cantik yang tertawa ceria. Lalu beralih menatap sosok tinggi berwajah tampan yang berjalan disebelahnya. Lelaki tampan itu, sebelah tangannya menggandeng tangan wanita itu dan sebelahnya memeluk tubuh anak kecil yang digendongnya.

Sedikit mengetatkan rahangnya dan tangannya terkepal erat. Mata itu menatap penuh kilatan amarah.

" Ouh shit!!" Umpatnya kasar.

" Bangsat, bajingan lo." Desisnya kemudian.

Sambil terus mengumpat, lelaki itu melajukan mobilnya dengan cepat. Tangannya memukul beberapa kali kemudi dihadapannya. Kemudian suara decitan rem berbunyi nyaring. Lelaki itu menghentikan mobilnya dan memutar arah dengan cepat, kembali ke tempat tadi.

Dengan tergesa dia keluar dari mobil dan menghampiri lelaki yang sedang menggendong seorang anak kecil tadi. Matanya menyorotkan amarah dan gelisah. Kekecewaan juga terlihat jelas membias di sana. Terluka.

Mata penuh biasan kecewa dan luka itu bersitatap dengan mata teduh penuh tawa lelaki yang sedang mencandai anak kecil lucu dalam gendongannya yang terlihat tertawa ceria.

" Axel.." Gumam lelaki itu.

Lelaki tampan itu seolah tidak percaya, menatap lelaki yang berdiri tegak dihadapannya dengan rahang mengetat dan wajah tidak bersahabat. Kedua tangannya mengepal seolah bersiap hendak memukulnya.

" Iya Jorgie, gua Axel. Kenapa lo kaget gitu. Mana Crystal. Oh gua lupa, lo manggil dia princess. Mana dia, gua liat tadi dia sama lo."

Suara penuh amarah itu keluar dari mulut Axel. Jorgie tersenyum sambil menatap Axel. Lelaki itu terlihat begitu tenang.

" Princess sedang ke toilet sebentar. Tunggu saja. Aku kaget kau datang begitu saja, setelah tiga tahun tidak ada kabar."

Jorgie tertawa pelan, seolah mencemooh Axel yang kini  menatapnya tajam. Jorgie dengan ringan menurunkan anak kecil yang sedang di gendongnya. Anak kecil yang kini menatap Axel dengan lekat.

Merasa diperhatikan, Axel segera mengalihkan tatapannya ke wajah lucu dan tampan itu. Mata biru gelapnya begitu jernih tanpa dosa. Pipi gemuk itu begitu menggemaskan. Amarah Axel seakan mengikis begitu menatap mata berbinar jenaka itu. Melupakan kekesalannya.

Entahlah kenapa, Axel seakan tertarik untuk menatap anak itu lebih dekat. Dia berjongkok dihadapan anak itu. Tangannya seolah bergerak sendiri mengusap pipi gemuknya.

" Daddy, Daddy." Ucap anak itu jelas dan tegas.

Axel terkesiap karena ucapan anak itu. Dia memejamkan matanya. Dia menggeleng, mengusir pikiran yang kini menghinggapi kepalanya. Dia membuka matanya perlahan, serta berharap ini bukanlah hanya sebuah mimpi.

" Daddy." Ucap anak itu lagi, kali ini tangan kecilnya mengusap pipi Axel yang ditumbuhi bulu yang mulai lebat karena tidak terawat.

Tubuh Axel serasa meremang, menegang, mendengar suara jernih anak kecil dihadapannya. Axel mendongak, menatap lekat Jorgie yang masih memperhatikannya dengan senyum terulas di bibirnya. Lelaki itu mencari jawaban pada tatapan Jorgie.

" Jorgie.." Ucap Axel dengan mata yang masih lekat menatap Jorgie penuh tanya.

" Lyonell, Uncle akan pulang. Kau bisa bersama Daddy menunggu Mommy." Ucap Jorgie tanpa menghiraukan rasa penasaran Axel.

" Lyonell, Jorgie bisa kau jelaskan?"

Axel terus menatap Jorgie penuh tanya. Tapi sayangnya, Jorgie begitu tidak peduli. Lelaki itu melenggang ringan meninggalkan Axel dan anak kecil yang tadi dipanggilnya Lyonell.

" Jorgie, damn you." Maki Axel pelan.

Mata Axel kembali beralih menatap raut wajah anak kecil yang begitu tampan dihadapannya.

" Oh My God. Lyonell." Gumam Axel sambil menatap manik biru gelap anak yang masih mengusap pipinya dengan tangan halusnya.

" Daddy..."

Suara itu serasa menarik Axel untuk merengkuh anak itu. Membenamkan dalam pelukan hangatnya. Dengan ringan Axel mengangkatnya ke dalam gendongannya. Menciumi dengan sayang pipi gemuknya. Mata Axel berkaca kaca menyambut pikiran yang muncul dibenaknya. Ada rasa damai yang seolah merengkuhnya.

" Dia anakku. My son." Lirihnya dengan air mata yang kini merebak.

" Daddy.." Ucap anak itu lirih di telinganya.

Axel tersedu. Rasa haru mengusik dan merambati hatinya. Dia tidak pernah menyangka keadaan ini. Keraguan seolah menarik diri pada kenyataan dan keyakinan. Axel mengeratkan dekapannya pada tubuh mungil itu.

" Dia anakku. Kau anakku, ya Tuhan." Ucapnya disela isakan lirihnya.

" Ya, dia anakmu. Axel."

Sebuah suara lembut yang teramat Axel rindukan menyapa gendang telinganya. Mata biru gelap Axel segera mencari lalu segera berbinar begitu mata itu bersitatap dengan mata jernih pujaan hatinya.

" My Crystal." Lirihnya.

Tubuh mungil pemilik paras cantik itu ikut bergabung dalam dekapan hangat Axel. Air mata segera saja bergulir dari mata indahnya.

" Axel, finally you're back home."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top