12. Cie
Evan melangkah menuju ruang pembinaan dengan sedikit tergesa. Setelah bertemu Ody tadi, suasana hatinya sedikit memburuk. Ia melirik jam tangannya. Lima menit lagi sudah bel masuk. Sedangkan ia baru saja tiba. Malu rasanya datang terlambat di depan Maji. Ia tidak ingin terlihat seperti orang malas di depan gadis pujaannya.
Tok tok! Evan mengetuk pintu dengan sopan sembari mengintip ke dalam ruangan.
Sepi. Hanya ada seorang perempuan di ruangan itu. Evan seketika menarik kedua sudut bibirnya.
"Hei," sapanya sembari duduk di sebelah gadis itu. Maji yang tengah membaca pocket book Biologinya menoleh, kemudian tersenyum simpul, "Hei, Van."
"Sendirian aja? Yang lain mana?" tanya Evan.
Maji menggeleng pelan, "Enggak tau. Gue juga baru dateng. Baruuu banget,"
Evan mengangguk-angguk mengerti, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia baru menyadari sesuatu. Saat ini, secara tidak langsung, ia sedang berduaan dengan Maji kan? Bagaimana ini? Jantungnya berdetak semakin cepat. Suasana hatinya pun seketika berubah 180 derajat.
Gue mesti ngomong apaan, nih? batinnya. Otaknya sibuk mencari topik pembicaraan. Ah, kenapa susah sekali, sih? Padahal kemarin-kemarin waktu mereka lagi ngobrol bareng, topik obrolan berjalan dengan lancar.
Evan akhirnya kembali menatap gadis itu. Baru saja ia membuka mulutnya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
"Haaai Maji, Evan! Cieee, berduaan aja!" ucap suara itu. Siapa lagi kalau bukan si berisik Sarah?
Perempuan berambut keriting itu pun memasuki ruang pembinaan dengan santai. Ajaibnya, anak-anak lain yang juga ikut pembinaan tiba-tiba nongol dan masuk satu per satu ke ruangan itu sambil mengucap kata, "Cieeee, berduaan."
Mereka terlihat seperti hasil kloningannya Sarah.
Pipi Evan dan Maji memerah. Keduanya salah tingkah dan bingung harus bereaksi seperti apa. Maji hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan Evan dengan senyum khasnya berkata pada semuanya, "Udah, ah. Ribut banget kalian."
Padahal, sebenernya dalam hati mah, ngomongnya, "AYOOO TERUSIN! GUE SENENG NIH DI CIE-CIE-IN!"
Setelah suasana kembali tenang, Maji akhirnya menoleh ke belakang, berbicara pada Sarah dan teman sebangkunya yang entah siapa namanya.
"Sar, kok lo sama yang lain bisa barengan gitu datengnya?"
"Iya, kita kena sidak, HAHAHAHAHA!" Sarah tertawa nyaring. Membuat seisi kelas menoleh ke arahnya sesaat, lalu kembali sibuk dengan aktivitas mereka.
"Hah? Disidak? Kok bisa?" tanya Maji antusias. Lucu aja mengingat mereka ini adalah orang-orang pintar yang terpilih. Biasanya, image orang pintar itu culun dan taat peraturan. Tapi ini beda, mereka justru kena sidak alias inspeksi mendadak.
"Iya, gara-gara kita semua tadi barengan lewat gerbang belakang supaya lebih deket nyampe sini. Eh, malah disangka terlambat dan mau kabur. Yaudah disidak, deh." jawab Sarah. Maji terkekeh pelan, lalu melanjutkan obrolan ke topik lain.
Memang sih, gerbang belakang sekolah jarang sekali dipakai berlalu lalang. Paling hanya beberapa orang saja yang lewat sana. Lewat gerbang depan itu lebih strategis dan cepat untuk mencapai ruang kelas dan sekitarnya, sedangkan kalau lewat gerbang belakang lebih didominasi oleh gedung-gedung baru yang jarang digunakan.
Tidak lama kemudian, Si Pembina datang. Suasana kelas seketika sepi setelah mereka mengucapkan salam. Si Pembina hari ini terlihat sangat rapi dan cakep seperti hari kemarin. Rambutnya rapi dan klinis, sepertinya akibat bantuan pomade. Kemudian kaca mata berframe besar yang entah kenapa terlihat cocok di wajahnya yang oval. Ditambah lagi dengan sweater abu, celana jeans, dan sneakers hitam. Simple, tapi terlihat berwibawa.
"Ehm," ia berdeham, "Setelah kemarin saya masuk dan memberikan soal uji coba begitu saja, sepertinya ada yang kurang ya?"
Seisi kelas menoleh satu sama lain. Maksudnya apa? Ada yang kurang? Maksud dia kita kurang soal uji coba? Aduh, jangan sampai, deh, dikasih soal kayak kemarin lagi!
"Sepertinya kalian enggak ngerti maksud saya." Si Pembina menghela napas. "Kemarin, saya belum memperkenalkan diri."
"Oooo," seluruh murid ber-oooo ria. Termasuk Maji. Dengan bibirnya yang membentuk huruf o kecil. Di saat seperti ini, Evan sempat-sempatnya melirik ekspresi gadis itu, kemudian tersenyum gemas.
"Perkenalkan, nama saya Gio. Usia 24 tahun. Saya tamatan jurusan Ilmu Biokimia di Institut Pertanian C. Sekarang saya kerja di LIPI." ucap Si Pembina yang ternyata bernama Gio.
"Oh ya, satu lagi. Jangan panggil saya Pak Gio, ya. Panggil Kak Gio karena saya masih muda dan tampan." Kak Gio mengusap-usap rambut klinisnya dengan percaya diri. Seisi kelas bersorak ramai, tidak menyangka Si Pembina ternyata tidak segalak yang kemarin. Kak Gio ternyata lucu juga, ya.
"Nah, sekarang kalian kan udah kenal saya nih, tapi saya belum kenal kalian. Ayo kamu, kenalin diri kamu." Kak Gio mulai menunjuk deretan bangku depan pojok kanan. Kebetulan sekali, Maji duduk di sana. Ia tersentak. Dengan terbata-bata, ia mulai berdiri dari kursinya lalu menatap Kak Gio dengan takut.
Sungguh, Maji sangat tidak suka sesi perkenalan diri seperti ini.
"N-nama saya Reandra Imaji Paramartha dari kelas XI IPA 4. Umur saya 17 tahun. Saya lahir tanggal 5 Juli. Emm ... apa lagi, ya?" Maji terlihat bingung. Ia berpikir, apa lagi yang harus dikatakan saat perkenalan? Uh, rasanya ia lebih baik diberikan soal Biologi daripada harus memperkenalkan diri.
Dari balik kacamatanya, Kak Gio dapat melihat dengan jelas gelagat Maji yang kebingungan. Dengan baik hati dan agar suasana tidak cangung, ia akhirnya bertanya, "kamu punya kakak? Adik? Anak ke berapa?"
"Saya punya kakak laki-laki. Saya anak bungsu, nomor dua."
"Status kamu?"
"P-pelajar, Kak."
"Bukan. Maksudnya single apa taken gituuu,"
Blush. Pipi Maji tiba-tiba bersemu merah. Ia jadi salah tingkah. Astaga, apa ia sedang digoda sekarang?
"CIEEE KAK GIO!"
"Cieee!"
"Nyadar umur, Kak!"
Seisi kelas seketika heboh, tak terkecuali Evan. Laki-laki bermata sayu itu ikut tertawa, namun matanya menatap tajam Kak Gio. Dalah hati, ia sibuk mengumpat pada laki-laki berkacamata itu. Hatinya terasa berat sekarang. Ia cemburu. His love is on fire, uh~
"Anjir, saingan gue om-om 24 tahun. Nyarinya yang sepadan, kek. Masa sama yang 17 tahun? Tapi, perbedaan umur mereka ideal. Aduh, gimana, nih? Tuhan, tolong jauhkan Kak Gio dari Maji!"
"Astaga, kalian," Kak Gio menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Ia tidak habis pikir kenapa murid-murid ini mengiranya sedang flirting. "Saya luruskan, ya. Saya ga mungkin tertarik sama kalian-kalian ini. Saya ke sini buat ngajar, bukan buat nyari gebetan.
"Saya juga udah punya pacar, keles. Dan saya gak mau ngerusak hubungan mereka berdua ini." Kak Gio menunjuk dua sejoli yang saling duduk berdampingan itu. Maji dan Evan terkejut, kemudian saling pandang.
"Kita?"
"Iyalah, siapa lagi kalo bukan kalian?"
Blush. Lagi-lagi pipi Maji bersemu. Kali ini bahkan lebih merah dari sebelumnya. Pipi Evan juga terasa memanas. Tetapi ia sedikit lebih jago dari Maji soal menyembunyikan rasa salting. Evan tertawa seperti sebelumnya, namun kali ini tawanya lebih tulus. Dia seneng dibilang dua sejoli sama Maji.
"CIEE MAJI SAMA EVAN!"
"Cieee Kak Evan sama Kak Maji!"
"Peje! Peje!"
Sungguh. Evan merasa senang sekali sampai bingung harus berbuat apa. Ia hanya tertawa mendengar semuanya. Meskipun hanya candaan, ia berharap suatu saat nanti bisa kejadian beneran. Hehehe.
Ia menatap gadis yang sedang duduk di sampingnya ini. Maji hanya menunduk sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. Senyuman tipis terbit di wajah lelaki itu.
"Ji, abaikan mereka, ya. Cuma candaan doang, kok." ujar Evan menenangkan.
Maji menoleh kemudian mengangguk cepat. Dapat terlihat dengan jelas wajahnya yang masih memerah seperti kepiting rebus.
"Sudah, sudah! Ayo kita lanjut perkenalannya! Yuk, giliran kamu."
Evan berdiri dengan mantap. "Nama saya Alfariel Evan Erlangga. Kelas XI IPA 6. Saya lahir tanggal 18 Januari. Usia 17 tahun. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Dan status saya ..."
"... segera menjadi pacar Imaji."
ㅎ Forelsket ㅎ
a/n: halohaiii jumpa lagi dengan saya~ setelah sekian lama gak update, akhirnya aku dapet pencerahan :v btw, besok aku ujian praktek minta doanya yaaa ;-; dan buat kalian anak kls 12, pendaftaran snmptn udah dibuka loh~
Untuk next chapter, mau tentang evan/ody?
suhonya ganteng banget ya heheheheh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top