11

[Name] kelimpungan begitu melihat hiruk-pikuk sekitar yang dipenuhi para remaja SMA di latar depan stadion. Mereka bercengkerama, suara mereka memenuhi udara. Gadis yang hanya seorang diri itu menoleh ke sana - ke mari sambil menggenggam tiket yang diberikan Kuroo padanya一kebingungan. Dia belum pernah menonton pertandingan apapun secara langsung, baik sepak bola, voli, atau yang lain-lain. Ini pertama kalinya, itupun karena ia menuruti kehendak lelaki yang memintanya untuk datang.

Semua orang di sekitarnya tampak begitu antusias, membicarakan tentang tim jagoan mereka masing-masing. Kalau [Name] tidak salah ingat, Kuroo mengatakan ini adalah pertandingan bergengsi berkelas nasional. Pantas saja, banyak pendatang dari luar Tokyo juga membanjiri tempat ini sekarang.

[Name] mendapati ponselnya bergetar. Sebuah telepon dari Kuroo, ia bergegas mengangkat.

"Di pintu utama, [Name]. Dari sini aku bisa melihatmu."

Gadis itu segera menoleh, dan benar, Kuroo sedang ada di sana sambil melambaikan tangan. Jantungnya tiba-tiba berdebar, melihat Kuroo juga tersenyum semringah ke arahnya. Di samping lelaki itu, berdiri sosok yang sudah lama tak ia temui; sobat karib Kuroo, Kozume Kenma.

[Name] mengembangkan senyum lantas melangkah menghampiri.

"Udah daritadi sampainya?" tanya Kuroo, begitu gadis itu sudah berada di depannya.

Dengan wajah yang cerah, [Name] menggeleng. "Enggak kok. Baru aja sampai," jawabnya. Kuroo mengangguk paham. Pandangan [Name] beralih pada Kenma, "Lama nggak ketemu, Kenma," sapanya, membuat Kenma menaikkan sudut bibir, mengguratkan senyum tipis di sana.

Kenma menatap [Name]. "Iya, dan terakhir kali aku melihatmu, kamu tidak secerah sekarang ini."

"Hari Minggu ini memang cerah, Kenma, dan berpengaruh langsung padaku. Sejujurnya, aku juga excited untuk melihat kalian bertanding. Sungguh, aku belum pernah melihat segala macam pertandingan sekalipun dalam hidup, dan aku bersyukur pertandingan yang pertama kulihat adalah pertandingan kalian," jelas [Name], dadanya bergemuruh keras akibat begitu tidak sabar menanti pertandingan tersebut.

"Oh, syukurlah. Tapi hal itu tentu tak lepas dari peran seseorang." Kenma melirik Kuroo penuh arti.

[Name] terkekeh, "Well, memang. Thanks to Kuroo."

Lelaki berambut puding mengangkat alis, kemudian mengulang ucapan [Name]. "Ya, ya, thanks to Kuroo."

"Sudah cukup reuni kecilnya? Lebih baik kita sekarang masuk, dan bersiap sebelum pertandingan dimulai. [Name], aku akan mengantarmu ke kursi penonton. Akan kutunjukkan spot yang pas untuk lebih leluasa melihatku bertanding nanti. Dan kusarankan kau jangan melewatkan satupun hal," ujar Kuroo. Ia menyengir jenaka, meski godaan kecilnya itu disambut dengan dengusan dari Kenma dan [Name].

"Lihat! Itu Kapten Nekoma!"

"Astaga, itu beneran dia berdiri di sana?"

"Kuroo-senpai! Kyaaa!"

Mendadak, di sekitar mereka terdengar riuh teriakan-teriakan histeris para gadis. Mendengar itu Kuroo menanggapi mereka dengan melayangkan senyum mautnya. Senyum yang gentle namun juga hangat.

Sembari mereka melangkah memasuki gedung, [Name] lagi-lagi terkekeh. Ternyata benar apa yang pernah diceritakan Kuroo padanya suatu waktu; lelaki itu memang banyak digilai gadis-gadis. Dan [Name] tak mengelak fakta itu, karena siapapun juga tak ada yang bisa menolak pesona seorang Kuroo. Mungkin, juga termasuk dirinya.

-o-

Peluit pertanda pertandingan telah usai dibunyikan, membuat orang-orang bersorak ramai. [Name] tidak sanggup menahan untuk tidak tersenyum. Digigitnya bibir bawah dengan kuat saat merasakan euforia menjalar di sekujur tubuh.

Final Turnamen Interhigh berakhir dengan hasil Nekoma sebagai Runner Up. Meskipun tidak menjadi juara utama, setidaknya itu merupakan pencapaian yang luar biasa. [Name] menatap Kuroo yang berada di bawah lapangan dari tribun. Tubuhnya penuh peluh, dada bidangnya mengembang-kempis mengatur napas. Pertandingan tadi pasti sudah menguras seluruh tenaga tiap tim.

Di saat [Name] memperhatikan Kuroo seperti itu, lelaki tersebut tak lama kemudian juga mendongakkan kepala ke arah tribun. Mata mereka bertemu, membuat [Name] menahan napas.

Kuroo seolah menatapnya sendu, memercikkan sebersit perasaan bersalah. Matanya seolah berkata, "Maaf mengecewakanmu."

[Name] mengerutkan kening, ia kemudian mengulas senyum lebar-lebar sambil mengacungkan jempol. Melihat itu, bibir Kuroo yang tertekuk akhirnya terangkat, membalas senyum [Name] yang mampu membuat dirinya berdesir hangat.

Kuroo melangkah ke bench, [Name] juga beranjak. Ia berniat menghampiri ke lapangan, tetapi sebelum itu ia ingin mampir ke vending machine, membeli minuman penyegar untuk Kuroo dan Kenma.

-o-

"Well played, Kenma. Kau sungguh memukau tadi!" puji [Name] begitu sampai di pintu masuk lapangan dan berpapasan dengan Kenma. Lelaki berambut puding itu mengangguk-angguk lemas. Dia sangat kelelahan, pikir [Name].

"Ini buatmu." Gadis itu menyodorkan minuman yang baru ia beli pada Kenma.

"Terima kasih, [Name]-san, kamu memang baik sekali," ujarnya sambil menerima minuman tersebut dan tersenyum tipis.

Kenma langsung meneguk minuman itu, [Name] memperhatikan hingga tiba-tiba terlonjak sebab teringat sesuatu. Dikeluarkannya kotak bekal dari totebag yang ia bawa, kemudian berkata, "Aku membuat kue ini kemarin, untuk kalian. Cicipilah kalau kau tak keberatan."

Kenma mengambil satu kue kukis dari kotak bekal milik [Name], lalu memakannya. "Ini enak."

[Name] senang mendengar kalimat itu dari Kenma. Matanya tiba-tiba mengerjap, [Name] celingukan memandangi lapangan.

"Di mana Kuroo? Ah ...."

Tepat saat itu juga, netra [Name] menangkap sosok Kuroo di sisi bench yang tak jauh dari tempat berdirinya sekarang. Baru saja hendak melangkah, [Name] menyadari, Kuroo berada di sana tidak sendiri.

Sosok gadis berambut hitam panjang berdiri di hadapan Kuroo, mengelapi wajah lelaki itu yang berpeluh dengan handuk. Langkah [Name] otomatis terhenti. Ia juga melihat, cara pandang Kuroo terhadap gadis itu yang menatapnya dengan teduh.

Kenma menoleh, merasa heran dengan gelagat [Name] yang terlihat tak biasa. Ia mengikuti arah pandang gadis itu.

"Dia Fujimine Liana, teman sekelasnya," ujar Kenma, menyadarkan [Name] yang masih bergeming.

Dirotasikan kepala [Name] ke arah Kenma yang kini menyejajari posisi gadis itu. Dahi [Name] mengernyit. "Ceweknya?" Entah darimana pertanyaan itu terbesit. Yang jelas, yang gadis tersebut rasakan saat ini adalah perasaan aneh yang tak mengenakkan.

"Dia manajer kami, [Name]-san. Tapi aku, Kuroo dan dia memang sudah berteman lama semenjak kecil. Dia tetangga kami, dan tahu banyak tentang voli."

"Oh...." [Name] kembali mengarahkan kepala pada Kuroo. Pupilnya membesar tatkala menyaksikan lelaki itu mengangkat sebelah tangan, lalu mendarat di pipi mulus Liana. Entah itu membelai, mengusap, atau apapun, [Name] tidak bisa melihat. Genggaman tangan gadis itu pada botol dan kotak bekalnya mengerat.

[Name] menyunggingkan senyum lemah. "Dia gadis yang manis."

Kenma menimpali, "Ya, benar. Tapi tenang saja [Name]-san, Kuroo一lho?" Lelaki berambut puding tak dapat menyelesaikan kalimatnya, sebab mendapati [Name] yang tadi berada di sebelahnya kini telah melesat pergi.

"[Name]-san!" Kenma berteriak memanggil, tetapi yang mempunyai nama tak mengindahkan.

Kaki gadis itu telah melangkah gontai dengan perasaan yang campur aduk, keluar dari gedung. Ia tak tahu akan melangkah ke mana, dia hanya membiarkan kakinya yang menggiring.

Dada [Name] bergemuruh, ia tidak mengerti apa yang kini dirasakannya.

Tapi, satu hal yang ia ketahui, di tengah langkahnya yang gontai itu ia berkali-kali mengulangi kalimat yang sama dalam hati.

Bahwa hatinya telah berdebar pada orang yang salah.

Apakah semua itu adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu berkelebat di benaknya? Kalaupun iya, sesungguhnya [Name] tak berharap kalau pada akhirnya semua akan berakhir seperti ini.

"Jadi Kuroo, itukah hal yang kau maksud? Yang ingin kau ungkapkan padaku?"

-o-

Entah nawhy kalau nulis Kuproy bawaannya keinget Lianakro wkwk sorry ya oc-nya kupake jadi cameo hehe

Btw, satu chapter lagi end :)) mohon bersabar ya gais

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top