Bab 1

***

'Aku tidak ingin menerbitkan buku di penerbit mayor, tapi aku ingin terkenal di platform menulis daring.'

Seperti itulah prinsip Fikri. Pria dengan karisma menarik dan berkacamata itu sedang memainkan tuts keyboard. Pandangan fokus di depan laptop. Bola matanya tak bergerak ke mana-mana, hanya mengikuti alunan bunyi ketikan serta bagaimana harus memutar otak untuk melanjutkan adegan selanjutnya.

Fikri sedang dalam penggarapan untuk bab selanjutnya dan kemungkinan akan dia terbitkan dua hari kemudian. Kemampuan mengetik cepat, Fikri jagonya. Sehari bisa mencapai minimal lima ribu kata. Itu pun belum cerita lain yang akan diterbitkan.

Masih pagi buta, Fikri bangun untuk menulis beberapa kalimat di depan laptop kesayangannya. Ditemani secangkir kopi hangat dan keheningan yang terasa. Beberapa barang di meja berantakan karena catatan STC miliknya harus dilihatnya berulang kali.

Ada satu notif masuk di ponsel pintar warna putih. Pasti dari insta story yang menandainya. Biasanya Fikri selalu mendapat notif insta story di mana isinya adalah ulasan novel miliknya serta kesan-kesan selama membaca. Beberapa bahkan ia repost sebagai apresiasi.

Tapi ada hal yang menarik perhatiannya. Username atas nama @itsmevita_98 adalah orang yang selalu mengirimkan ulasan, bahkan dua kali dalam sehari. Potongan adegan cerita sampai kutipan rutin diposting di story. Aneh. Padahal wajarnya tidak ada seperti itu.

Bahkan sekarang. Orang itu mengirimkan kutipan novel dari bab sebelumnya. Sangking sukanya dengan cerita buatannya.

"Semacam ... pengagum rahasia?" tebak Fikri.

Tanpa lama-lama, Fikri kembali repost story di akun Instagram-nya. Sudah beberapa story yang mengisi dan rata-rata adalah repost.

Novel 'HEART FOR YOU' menurutnya tidak terlalu bagus. Meski sekali melewati proses edit dari penulisnya, tetap saja ia belum puas dengan hasilnya. Heran saja banyak yang menyukai novelnya, bahkan sampai tembus 1 juta pembaca.

Matahari menyambut paginya. Tepat selali alarm berbunyi otomatis. Ia pun bergerak cepat keluar dari kamar dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hampir 30 menit, kemeja motif garis-garis serta celana kain hitam yang menjadi khasnya telah melekat di tubuhnya. Parfum beraroma lavender menjadi sentuhan akhir, serta pomade untuk memperlengkap penampilannya. Rambut hitamnya mengkilat. Pantulan dirinya di cermin tersenyum cerah.

Setelah bersiap, ia memasukkan laptop miliknya di tas besarnya dan beberapa buku modul untuk keperluan mengajar.

Di luar rumahnya, Fikri pun menyalakan mobil putih miliknya dan melaju meninggalkan rumah semi minimalis miliknya. Kebetulan Fikri tinggal di kompleks perumahan yang elit.

***

Sebagai penulis populer di platform menulis daring, tak jarang Fikri mendapat berbagai DM di akun Instagram miliknya. Rata-rata pada menagih bab selanjutnya.

Dalam hati ia berkata 'Sabar. Belum juga 1000 kata. Edit pun perlu fokus.'

Lagipula Fikri sudah menargetkan jadwal update yang rutin. Ditambah, novel 'HEART FOR YOU' adalah novel berbayar di mana pembaca tinggal membeli satu bab dengan koin.

Sesampainya di kampus, Fikri cepat-cepat turun dari mobil dan berlari memasuki gedung utama kampus. Ruang dosen ada di lantai dua dan langsung menaruh tasnya begitu saja saat memasuki ruangan tersebut kemudian duduk di meja dekat jendela.

Jam mengajar Fikri tinggal setengah jam. Sebelum waktunya, Fikri menyempatkan membuka laptop untuk melanjutkan bab yang belum selesai ia ketik. Tinggal beberapa kata lagi sebelum berakhir dengan tulisan 'Bersambung'. Novel 'HEART FOR YOU' sudah mencapai 56 bab. Panjang memang, dan itu menjadi novel pertama Fikri yang memiliki alur berkompleks.

Untung setengah jam terlewati dan ia dapat menyelesaikan 1700 kata dari mulai nulis jam empat pagi.

"Fiuh, akhirnya."

Fikri pun menutup laptop dan langsung mengambil buku serta bahan lainnya untuk mengajar. Benar-benar di luar dugaan. Pikirnya, ia akan mengendapkan bab itu sampai selesai mengajar. Ternyata tidak. Tugasnya tinggal mengedit lalu mempublikasikannya.

Menjadi dosen dan penulis novel seperti beban baginya. Namun itu adalah pandangan awalnya saat memutuskan untuk belajar kepenulisan dan mengaplikasikannya dengan novel. Walau novel pertama tidak sesukses novel kedua, tapi ia menikmatinya.

Ia membuka pintu dan menyambut para mahasiswanya dengan ramah. Tak lupa, kacamata agar terlihat keren.

"Materi sampai di mana?" tanya Fikri dengan nada wibawa.

"Permisi, pak!" Tiba-tiba, seorang gadis berseru mendobrak pintu dengan terengah-engah.

Fikri memegang kacamatanya, memastikan siapa mahasiswi yang datang terlambat di kelasnya.

"Siapa kamu? Ikut kelas mana?"

"Saya Vita, pak. Ya ikut kelas Bapak dong. Masa di kelas lain? Jadwalku di sini." Gadis itu mendadak menggerutu, namun tak menghilangkan napas yang nyaris putus-putus itu sejak berlari kencang.

"Kamu telat delapan menit loh." Fikri memperingatkan.

"Daripada Bapak, sering telat juga," balas gadis itu menantang.

"Oh, mulai berani ya kamu."

Sepertinya Vita tidak tahu siapa yang dihadapinya. Fikri diam saja dan kembali mengabsen nama-nama mahasiswa yang hadir di kelasnya.

"Vita Ayu!" seru Fikri memanggil nama gadis itu.

"Hadir, Pak!" jawab gadis dengan rambut dikuncir ke atas.

Fikri kembali memperhatikan mahasiswinya yang telat barusan. Tampak santai, tidak mengeluarkan buku catatan.

Ngomong-ngomong, ini masih suasana hari pertama masuk kuliah dan Fikri pun baru bertemu dengan mahasiswa peralihan semester. Fikri mengajar untuk mahasiswa semester lima.

Vita dua kali tidak hadir di kelasnya. Pertemuan pertama dan kedua.

"Kamu tidak hadir di kelas Bapak dari pengenalan materi. Kamu dari mana aja?" tanya Fikri serius pada Vita.

"Ehh ..." Vita memutar bola matanya, mencari alasan. "Karena saya ada urusan."

"Urusan apa?"

"Yah, ada urusan."

"Dia telat membayar biaya kuliah, pak!" sahut salah satu mahasiswa yang jahil pada Vita.

"Ooh, jadi begitu? Benar yang dikatakan temanmu?" tanya Fikri mengkonfirmasi.

"Tidak lah!" jawab Vita meninggikan suaranya, kemudian beralih menegur temannya. "Kamu ini sembarangan kalau bicara! Aku tepat waktu bayar kuliah, tahu!"

"Sudah, sudah. Jangan bertengkar. Intinya, dibanding kemarin, semuanya dapat hadir."

Ucapan Fikri seolah berkaca pada dua pekan lalu saat pengenalan materi. Hanya setengah yang datang.

"Baiklah, karena banyak yang belum mengenal Bapak, jadi Bapak akan perkenalkan nama."

Fikri berdiri dengan tinggi badannya yang menjulang. "Nama Bapak, Fikri Rasyid. Dosen untuk Pengkajian Drama. Sekaligus, bapak adalah penulis novel 'HEART FOR YOU' yang dibaca 1 juta kali di platform."

Tak malu, Fikri memperkenalkan novelnya kepada mahasiswanya. Entah itu sebagai promosi atau menjadi bahan bacaaan para mahasiswa, semua yang ada di ruangan itu bersorak gembira.

Vita yang telat di kelasnya tersebut malah mengerucutkan bibirnya sebal karena mengira Fikri gengsi.

"Cih, satu juta pembaca aja bangga. Songong amat jadi dosen."

"Bilang apa kamu barusan?" tanya Fikri mengetahui gelagat Vita.

"Apa?" Vita pura-pura tak tahu situasi. "Nggak, nggak. Aku tidak bilang apa-apa, kok."

"Lah itu? Kamu tadi meledek Bapak ya?" Telunjuk Fitri menunjuk spontan gadis itu.

"Sembarangan aja!" gerutu Vita berdiri, membuat banyak pasang mata yang melihatnya.

"Kamu mau melawan?" Fikri berkacak pinggang tiba-tiba. "Keluar kamu dari kelas ini."

"Ta--tapi, Pak ..."

"Bapak bilang keluar!" teriak Fikri menggelegar satu ruangan.

Vita pasrah dan sembari terus memasang wajah jengkelnya, ia menatap tajam Fikri dan membuang muka.

Baru saja hari pertama Vita masuk kuliah, sudah apes. Bagaimana ke depannya?

***

1 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top