F.Couple8

"Jangan kemana-mana, nggak boleh keluar kamar kecuali penting, apalagi keluar rumah tanpa ijin gue!"

Pesannya setiap hari sama. Tanpa kelembutan. Tanpa kasih sayang. Apalagi keromantisan. Ily merasa Apalah artinya dirinya? Istri yang tak dianggap. Istri yang tak diharapkan. Ily pikir harusnya ia yang berterima kasih pada Ali karna sudah mau menikahinya. Bisnis adalah bisnis. Tak akan ada bawa-bawa hati. Pernikahan impian sekali seumur hidup hanyalah tetap impian. Menjadi satu-satunyapun meragukan.
Dengar saja setiap ia pulang dini hari, dia menyebut nama wanita lain. Mendadak Ily merasa dadanya nyeri mengingatnya. Rela tak rela, ia merasa tak berdaya.

"Shhhh...awww!!"

Ily menarik tangannya setelah jarinya teriris pisau dan memasukkan telunjuknya itu kedalam mulutnya.

"Ilyy...hati-hati!" Diah yang sedang mencuci sisa piring kotor semalam mencuci tangannya yang sedang penuh sabun lalu mendekati Ily.

"Kenapa?"

"Kenapa apa kak, tanganku teriris aku ceroboh?"

"Melamunkan apa maksud kakak?" Diah memperjelas tanyanya.

Siapa lagi yang dilamunkan kalau bukan patung mulut berbisa itu. Rasanya Ily ingin menangis.

"Ali?" Diah bertanya singkat.

Ily lalu melangkah meninggalkan pisau yang tadi ia pakai untuk mengiris bawang merah. Pisau yang tadi melukai jarinya. Ia melangkahkan kaki dengan tubuh lunglai menuju ke kursi meja makan dan menghempaskan tubuhnya disana.

"Ily?"

"Aku capek kak!" Akhirnya Ily berkata dengan suara bergetar. Sebelah tangannya yang menekuk diatas meja menutup sebagian wajahnya sementara jarinya sebelah tangan yang lain masih ada didalam mulutnya.

"Sabarrr...." Diah mengusap bahunya.

"Sampai kapan?" Ily mulai berkaca. Menoleh pada Diah, ia mengeluarkan jarinya. Untung saja darahnya tak lagi keluar. Rupanya tak terlalu dalam.

"Sampai dia berubah!" Ucap kak Diah lagi menjawab tanyanya.

"Aku udah hampir nggak kuat kak!"

"Aku pikir justru kamu tuh sangat kuat karna masih mau mengurusnya, Ly!"

"Aku juga bukan istri yang baik kak, suka membantah, sering berteriak didepannya!"

"Itulah sebabnya kamu kuat, lanjutkan, Ily!!"

Ily menghela napasnya lalu mencoba tersenyum meski pahit mendengar ucapan semangat Diah.
Sikap semua orang rumah yang wellcome padanyalah yang membuat Ily tenang dan bersemangat melalui hari harinya.

"Kalau Ali kasar sama kamu bilang aja sama mama, Ily!"

Mama mertuanya juga memberi akses untuk mengamankan diri dari si patung mulut berbisa itu ketika suatu hari mereka berada didepan beliau di meja makan.

"Enggak kok ma, iyakan, gue baik kan sama lo?!" Ali yang berada disebelah Ily merangkul pundak dan tersenyum pada istrinya itu.

"Lo-gue? Udah sah jadi suami istri masih juga lo gue?" komentar mamanya membuat si patung menggaruk-garuk kepalanya karna dia lupa diluar kamar mereka harus bersandiwara.

"Hee, iya ma, kadang-kadang masih lupa!" Dan dengan pintarnya Ali ngeles.

Ily memilih diam saja. Takut salah bicara. Daripada ribut diluar kamar lebih baik dia cari aman saja dengan tak banyak berkomentar.

"Insya Allah kak, sampai aku nggak kuat lagi, aku juga nggak mau nyia-nyiain hidup aku terlalu lama!"

Ily berkata menjawab Diah. Dan tanpa disadari ada seseorang yang mengurungkan niatnya masuk kedapur sesaat setelah Ily menyelesaikan kalimatnya.

°°°°°°°

"Kenapa lo belum mandi, sarapan udah siap, mau gue bawakan kesini?" Ily berkata ketika memasuki kamar,  dilihatnya Ali tak juga mandi malah berdiri dipinggir jendela memandang keluar dengan baju kaos yang menggantung dibahunya.

"Nggak perlu!!" Ali terlihat emosi. Sudah biasa ia diperlakukan begitu tetapi kali ini Ily merasa ada yang berbeda.

"Ya udah mandi sana, gue siapin baju lo!"

"Jangan sok perhatian sama gue!!"

"Gue cuma ngingetin lo, bukannya tiap hari gue juga begini?"

"Keluar lo, gue bisa ngurus diri gue sendiri!!"

Ily menghentakkan kakinya jengkel sebelum keluar dari kamar. Semakin hari semakin menyebalkan. Harusnya ia yang marah-marah pada Ali karna kejadian semalam. Kenapa Ali yang marah-marah padanya?

Ily merasa aneh dengan sikap Ali. Begitupun ketika Ali keluar kamar dengan pakaian rapi tanpa dibantu Ily lalu langsung bergegas pergi tanpa sarapan membuat Ily mengejarnya.

"Cuami, kamu nggak sarapan? Udah aku siapinn..."

"Nggak usah sok baik sama gue!!" Lagi-lagi Ali masih saja seperti emosi. Ily tak habis pikir ada apa dengannya?

"Lo bilang kalau diluar kamar kita harus baik-baik?"

"Nggak perlu, nanti malam pintu kamar nggak usah dikunci biar nggak ngeribetin lo!"

Menghela napasnya panjang karna dadanya dirasa sesak tak membuat Ily merasa lega. Ada yang mengganjal dalam dadanya melihat sikap Ali yang terlihat berbeda sikap. Selama ini memang menyebalkan tapi rasanya tak seemosi ini.

Kebetulan Papa mertua dan mama mertua pagi ini tidak kelihatan. Jadi tak masalah ketika Ali pergi tanpa ia mencium tangannya dan tanpa menerima kecupan dikeningnya seperti biasa. Dan itu membuat ada yang kurang rasanya bagi Ily. Ily memandang langkah menjauh Ali dengan perasaan yang sulit diartikan.

"Hati-hati ya, cuamiku!"

°°°°°°°

Ali mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja dengan perasaan yang sesak dengan amarah dalam dadanya.

"Insya Allah kak, sampai aku nggak kuat lagi, aku juga nggak mau nyia-nyiain hidup aku terlalu lama!"

Mendengar ucapan Ily tadi pada kak Diah membuat Ali merasa tersulut emosi. Apa maksudnya berkata seperti itu?

Tadi Ali pikir ia mencari Ily kedapur karna tak biasanya istrinya itu begitu lama menyiapkan sarapan. Harusnya ia sudah masuk kamar kembali dan menyiapkan baju kerja saat ia beranjak mandi. Setelah itu Ily akan membantunya mengenakan pakaian dari ujung rambut ke ujung kaki. Tak sadar sepertinya ia sudah ketergantungan dengan istri terpaksanya itu.

"Dia pikir gue nggak nyia-nyiain hidup gue untuk mau dipaksa hidup sama dia??"

Entah kenapa Ali merasa marah mendengarnya. Bukannya dia juga menyia-nyiakan hidupnya dengan pernikahan terpaksa mereka. Kenapa Ily merasa cuma dia saja yang tersakiti? Tapi bukankah Ily juga benar? Pernikahan mereka tak memiliki tujuan. Sakinah, Mawaddah, Warrahmah hanya doa semua tamu yang hadir tanpa tahu ada apa dibalik pernikahan? Ali tak mengerti yang dirasakannya sekarang.

Kriukkkk!
Ali menunduk melihat dan memegang perutnya.
Mampus! Kenapa tadi menolak untuk sarapan? Dan sekarang ia harus kelaparan.

Ali mengangkat telpon yang ada diatas mejanya. Perutnya tak bisa diajak kompromi karna berbunyi terus. Selama ini Ali sudah terbiasa disiapkan sarapan dan tak dibiarkan Ily pergi dengan perut kosong.

"Pak Rahman, suruh anak buah pak Rahman membelikan saya makanan!"

"Makanan?" Terheran Pak Rahman, kepala Office Boy  bertanya diujung telpon.

"Iya makanan, kenapa lagi nanya? Cepetan!"

Siapa suruh menowel singa kelaparan penuh emosi, akhirnya ada yang jadi korban amukan.

"Maksudnya mau dibelikan apa pak?" Pak Rahman memperbaiki maksud pertanyaannya.

"Terserah!"

"Bubur ayam?"

"Terserah saja pak, buruan!!"

Dan ketika bubur ayam datang dan membayar harganya, ternyata cuma diaduk-aduk setelah suapan pertama.

"Nggak ada rasanyaa, Ily masak apa ya tadi?" Ali justru teringat masakan istrinya dirumah. Apapun yang dimasak Ily sebenarnya enak. Tapi didepan Ily ia tak pernah memujinya. Bahkan ia sengaja mencela masakan istrinya itu agar Ily tak gede rasa.

Sepertinya ini adalah hari terparah buatnya setelah dua kali hari terparah sebelumnya.

Pertama ia mau diajak Nino dan Dito pesta bujangan dimana ia melihat Wyana menggandeng Om-Om.
Kedua saat kemarin malam insiden dibawah selimut yang menyebabkan tubuhnya bergesekan dengan tubuh Ily karna dengan jahil ia merebut selimut yang sudah dipakai istrinya tersebut. Tubuhnya seketika seperti tersengat aliran listrik saat menindihnya. Dan teriakan Ily yang selalu mengancam dengan gergajinya kalau sampai ia berani macam macam membuat ia menyadari dari awal seperti apa hubungan mereka. Untuk menghilangkan pikiran-pikirannya yang agak bergeser ketika melihat Ily akhirnya ia melarikannya dengan mau diajak Dodi untuk pergi ke party temannya. Sialnya disana ada Esha bersama dengan seorang pria tajir lalu sengaja berciuman didepannya. Sialan!!

Ting.
Bunyi notifikasi ada pesan masuk tak membuat Ali meraih ponselnya. Tak berapa lama ponselnya berdering. Dari Dito. Dan Ali terpaksa mengangkat karna ia tak tahan mendengat nada deringnya yang terdengar berisik.

"Hallo!"

"Ada undangan dari Raditna!"

"Undangan apa?"

"Nikah!"

"Ohya?"

"Dan itu sama sahabat lo!"

"Sahabat gue?"

"Raditya!"

Ali memukul meja dengan genggaman tangannya yang kuat. Sebenarnya tak ada rasa cemburu. Tapi mendengar Raditya yang ternyata dipilih Raditna membuat ia agak marah. Kenapa dengan Raditya?
Kapan Raditya mendekati Raditna? Bukannya dulu Raditya pernah bilang, "cewek matre begitu masa mau lo kawinin?"

"SIALAN!!" Ali memukul mejanya lagi dengan genggaman yang kuat.

Brakkk!

"Lailahaillallahhhh....tumpahhhh!" Ali meremas rambutnya Prustasi karna buburnya tumpah. Terasa sangat lengkap penderitaannya hari ini. Dan harinya benar-benar terasa sangat kacau.

°°°°°°°
Ily terhuyung kebelakang ketika membuka pintu kamar saat Ali  pulang jam 02.00 dini hari karna tanpa di duga dia mendorong keras setelah Ily bukakan.

"Udah gue bilang jangan di kunci!"

"Lo nggak bisa pelan-pelan apa?" Seperti biasa kalau Ily bisa Ily juga tak sopan padanya.

"Jangan banyak omong lo!!"
Ali menukas didepan hidung Ily. Bau alkohol menyeruak dari mulutnya. Sepertinya Ali minum lagi? Kenapa sih dia sebenarnya? Ily membatin heran.

"Sebenarnya lo ini kenapa sih? Kalau nggak mau perkawinan kita lanjut, lo cerain aja gue, gue udah nggak tahan lo perlakuin kayak gini, tauuuu???"

Ali bertambah tersulut emosi mendengar ucapan cerai dari mulut Ily. Tapi ucapanbya jauh dari kata emosi karna kata cerai itu.

"Jangan ikut campur urusan gue!" Sahut Ali sambil menghempaskan dirinya ketempat tidur tanpa melepas sepatu apalagi bajunya.

Seperti biasa, meskipun Ily cerewet dan bawel Ily tetap melaksanakan tugasnya melepas sepatu dan mengganti bajunya. Ily tak mau suatu saat Ali menceraikannya karna ia tak becus jadi istrinya lalu Pak Rosehan, ayah Ali menuntut orangtuanya mengembalikan modal dan bunga berbunganya sekaligus.

"Raditnaaa...kenapa lo harus sama  bajingan Radityaa ituuu!!!"

Siapa lagi Raditna? Kemarin Esha  yang diteriaki sialan karna berciuman didepannya. Sebelumnya Wyana diteriaki jalang karna menggandeng Om-om. Nanti nama siapa lagi yang akan dia sebut? Apa dia selalu buruk dimata seorang cewek lalu selalu ditinggalkan? Nggak Mungkin. Dia keren, anak orang kaya, tapi memang kasar sih. Nggak ada lembut-lembutnya. Cuek banget. Mana ada sih cewek yang tahan sama dia? Meskipun ada yang bilang kalau mau jadi pacar seseorang berarti harus menerima apa adanya dirinya, karna itulah sebenarnya arti cinta. Bisa menerima kekurangan dan kelebihan seseorang. Kalau tak bisa menerima kekurangan hanya bisa menerima kelebihannya saja berarti bukan cinta. Apa cewek-cewek itu hanya kepincut pada hartanya saja? Ily berpikir sambil menunduk bersiap melepas sepatu Ali.

"Jangan sentuh-sentuh gue!!!" Teriakan Ali membuat Ily kaget, dan kakinya yang bergerak menolak saat Ily berusaha melepas sepatunya membuat Ily jatuh terduduk.

"Aliii...sakit tau!!"

"Gue nggak peduli sama LO!!!"

Ily terdiam mendengar teriakannya. Ily tau Ali tak pernah peduli padanya. Tapi kali ini mendengar bentakannya Ily merasa sakit hati. Orang yang hari ini membuatnya kepikiran karna pergi bekerja tak sarapan, dimana sarapan yang ia buat hari ini sampai membuat jarinya terluka. Apalagi Ali ternyata siang tak pulang dan malam tak muncul hingga jam 12 malam membuatnya gelisah. Ingin menelpon atau mengirim sms untuk bertanya apakah ia sudah makan dan berada dimana ia saat ini, Ily merasa gengsi. Akhirnya ia hanya bisa menunggu saja. Ternyata saat sudah  ada dihadapannya justru Ali berteriak padanya.

"Gara-gara lo, hidup gue jadi berantakan! Gue harus memilih lo karna kalau enggak, semua fasilitas gue dicabut dan gue nggak bisa senang-senang diluar sana sama gebetan-gebetan guee!!" Ali berteriak lagi sambil berusaha duduk dan menunjuk hidung Ily. Untung saja kamar mereka kedap suara itu juga sebabnya dia berani berteriak-teriak.

Mendengar ucapan Ali, emosi Ily langsung tersulut.

"Gue NGGAK PERNAH minta lo buat mau nikahin gue, dari awal gue udah bilang kenapa nggak lo tolak aja gue, lo nya aja yang nggak bisa hidup susah, jadi jangan salahin gue!" Ily berteriak padanya tak mau kalah. Rasanya ia sudah tak tahan dikasari. Harus menahan diri setiap kali Ali pulang dini hari dalam keadaan mabuk.

"Jadi lo mau ngelawan gue??"

"Gue istri lo, bukan budak lo, jadi Lo nggak bisa semena-mena sama gue!"

"Lo istri gue?"

Ily terkesiap tiba-tiba takut ketika mata Ali yang merah menatap tajam setelah bangun dari tempat tidur dan terhuyung. Ily mundur beberapa langkah ketika tubuh Ali mulai mendekat kearahnya. Ily bergidik ngeri.

"Aa..li, lo..lo mau apa?" gugup Ily berkata sambil mendorong tubuh Ali  yang memepetnya kedinding kamar.

"Gue mau ambil hak gue sebagai suami lo!"

Ily melebarkan mata. Jantungnya seperti berjatuhan sekarang melihat tatapan yang terlihat sangat menakutkan.

"Bu..bukankah, kita sud..sudah janji?!"

"Itu janji lo bukan janji gue, selama ini lo yang ngancam gue, tapi bukan berarti gue takut ancaman lo karna lo adalah hak gue, gue suami lo dan lo nggak ada hak melarang gue nyentuh lo!!"

"Bukannya lo yang bilang, lo nggak minat sama gue?"

Ali tak menjawab tapi menarik Ily dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menarik kepala dan menekan tengkuk lalu melumat bibir istrinya itu kasar. Ily menggigit bibir rakus yang bergerak liar melahap bibirnya itu keras-keras. Ketika Ali menarik bibirnya Ily cukup kaget karna ada darah disana. Dan seketika firasat Ily berkata buruk saat melihat Ali menyeka bibir dan menyeringai kearahnya.

"Lo nantang gue???"

Dan sepertinya benar, ternyata menggigit sampai berdarah adalah kesalahan fatal bagi Ily. Wajah Ali terlihat tambah beringas saja.

"Lo istri gue, berarti lo milik gue, milik gue berarti gue bebas ngelakuin apa aja sama lo!!" Ali berbisik didepan wajah Ily, Ily bergerak  berontak tapi tubuh Ali mengunci tubuhnya dengan kuat membuat ia tak bisa bergerak.

"Ali, please!" Ily menggeleng dengan lutut gemetar. Matanya terpejam saat hembusan udara memburu yang keluar dari hidung Ali menyapu wajahnya. Dadanya terasa sesak karna ditahan. Lututnya makin tak kuat menginjak lantai rasanya.

"Maksud lo? Please masukin gue, begitukan sayang?"

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Banjarmasin, 7 September 2017

Double Update penuh perjuangan!
Ya Allah.
Hampir saja aku menangis, tadi mau update kepencet hapus, akhirnya kehapuslah FC8 ketikan tengah malam. Bisa dibayangkan gimana? Ya Allah... aku mengumpulkan semangat untuk memulai kembali karna sempat down, untung saja masih nyantol diotak setiap intinya, ya Allah aku ngebut selama dua jammm 😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top