F.Couple4

~Ali~

Aku tak peduli rencana perkenalan dan lamaran keluargaku pada gadis bernama Agatha Ily Ily apa itu, aku tak hapal. Gadis yang sama saja memanfaatkan situasi dengan mau-maunya dinikahkan denganku.

Aku sengaja ingin pura-pura tak ingat janji itu dan malah terbang kerumah Esha tanpa menelponnya. Pacarku yang tinggal satu-satunya ini harus aku uji mentalnya. Apa dia sama dengan Raditna dan Wyana akan meninggalkankanku?

"Andraaa....! Kok kesini nggak bilang-bilang?" Esha sepertinya merasa surprise dengan kedatanganku yang mendadak dan tak memberi kabar padanya.

"Emangnya kenapa harus bilang-bilang? Kamukan pacarku, kapan aja aku kangen harusnya tak perlu ijin mau kerumah!" Aku beralasan.

"Tapi akukan bisa dandan dulu sebelum kamu datang biar cantiks!"

"Udah cantik kok, nggak usah dandan lebay juga!"

"Benarkah? Terima kasihhh...." Esha memeluk bahuku kesenangan karna dikatakan sudah cantik. Makin lebay saja. Cewek kayak gini pasti mau dijadikan yang kesekian. Mudah dirayu.

"Mah, aku mau ngomong sama lo tentang sesuatu!"

"Apa sih yang mau diomongin kayaknya penting banget, Papahh!"

Huekkkk. Rasanya mau muntah harus memanggil mamah dan dipanggil papah. Apa setelah ini masih juga akan papah kalau aku bilang akan menikah?

"Soal pernikahan!"

"Apa...apa gue nggak salah dengar, lo mau nikahin gue!" Mata Esha langsung berbinar. Ya salam. Aku yang salah atau dia nih yang baperan? Baru juga ngomong soal pernikahan sudah berbinar. Padahal belum tahu ujungnya.

"Iya, tapi sama kamu NANTI nikahnya, gue mau bilang sekarang ini dipaksa buat nikah sama yang lain dulu!" Dengan songongnya aku berkata membuat Esha terkejut.

"APA? Maksud loooo..." mata Esha melotot. Aku menutup mulutnya dengan telapak tanganku supaya suaranya yang nyaring tak mengagetkan seisi rumah.

"Sttt....lo jangan khawatir, lo bisa jadi bini kedua gue kalau mau nunggu!!" Aku bicara dengan yakinnya pada Esha.

"APA LO BILANG????" Suara Esha makin keras setelah melepas bekapan mulutnya dari tanganku.

Aku memang terdengar tak berperasaan mengatakannya. Karna aku merasa sangat yakin kalau tidak akan ada perempuan yang menolak karna aku punya segalanya.

"Lo tega banget ya ngomong begitu sama gue, lo kira gue ini cewek macam apa hah? Lo pikir gue sudi jadi yang kesekian?"

"Yang pentingkan hidup lo aman terjamin?"

"Ohh, lo pikir gue pacaran sama lo karna lo kaya? Sori, memang iya, tapi bukan cuma lo satu-satunya yang jadi incaran gue!!"

"Maksud lo?"

"Bukan cuma lo cowok gue! Silahkan lo tinggalin gue atau gue nggak masalah jadi bini kedua lo kalau lo juga mau jadi yang kedua!"

DUARRRR!
Rasanya seperti disambar petir saja mendengar ucapannya. Dasar cewek matre. Bukan cuma aku katanya? Sialll!

"Ya udah kalau gitu, alhamdulilah lo sudah punya cadangan!"

Dengan angkuhnya aku berkata dan beranjak berlalu. Meskipun ada perasaan dongkol karna Esha ternyata tak setia padaku. Sialan memang tu cewek. Sama brengseknya denganku. Tapi Sepertinya pernikahanku takkan menyakiti siapa-siapa. Syukurlah.

Huft. Akhirnya aku bertemu juga dengan calon bini terpaksaku. Cantik sih. Imut, mungil, pasti ringan sekali kalau diangkut dan dilemparkan ke ranjang.

'Buset otak lo, Li, langsung banting aja pikiran lo!' Batinku langsung protes dengan isi otakku yang lain. Gara-gara melihat bibirnya yang mengerucut karna pastinya dia sebal aku memotong ucapannya saat menyebutkan namanya. Lagian juga ngapain mau kasih tau nama panjangnya segala. Aku sudah tahu. Dan aku takkan menghabiskan waktu dan pikiranku buat ngehapalin seperti yang mama suruh agar saat ijab kabul lancar. Malas. Mudah sekali akad nikah. Sering dengar, tinggal prakteknya, beres!

Yang ada dalam pikiranku saat memandangnya dia cewek matre pasti. Kenapa nggak nolak dinikahkan paksa? Rela menjual dirinya demi dana yang tak sedikit. Dasar!

'Ck. Kayak lo juga kan punya alasan kenapa terima pemaksaan ini, Ndra?'

Kenapa batinku justru membela ni cewek? Memangnya alasannya apa? Cuma uangkan? Apalagi?

'Nah lo sendiri apa alasan lo? Mempertahankan harta jugakan?'

Batinku membelanya lagi. Sementara tak kuhiraukan celotehannya disebelahku setelah kami sudah duduk berdua ditaman.

"Ck!"

Aku hanya bisa selalu berdecak. Tak ada kata manis untuknya. Stok kata manisku rasanya tak bisa aku keluarkan untuknya. Karna gara-gara dia, gara-gara keluarganya, masa singleku terancam kurang bahagia dan Sia-sia!

°°°°°°

~Author~

"Saya terima nikahnya, Illynaaa..."

"Agatha Ilyna Julita!"

"Maaf..."

"Tarik napas dulu Andra jangan terburu-buru, tak usah khawatir pasti sah kalau bersabar."

Penghulu menenangkan Ali karna terdengar gugup dan salah menyebut nama calon istrinya ketika mengucapkan ijab kabul.

"Kita mulai lagi, istigfar dulu ya calon suami...."

"Astagfirullah hal adzim, Astagfirullah hal adzim, Astagfirullah hal adzim..."

"Ya Andra Liandio Irza bin Rosehan, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan gadis bernama Agatha Ilyna Julita binti Adi kresna dengan mas kawin satu kilo gram emas dibayar tunai!"

"Saya terima nikahnya, Aaa...gaat..."

Ah. Lagi-lagi gugup dan tidak sah karna kali ini saat menyebut nama Ily, Ali tergagap. Keringat dingin mulai membanjiri dahi Ali hingga mengalir kepelipis.

'Mampus Ndra, itu akibatnya kalau menyepelekan akad nikah,' batin Ali merutuk. Akad nikah terdengar biasa dan mudah. Tetapi pada saat kita sudah berada dalam suasana sakral dimana semua orang hanya fokus pada calon suami maka keteganganlah yang melanda.

"Sekali lagi ya, konsentrasi, fokus pada tujuan pernikahan yang sakral ini untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah..."

Dengan sabar penghulu membimbing calon mempelai itu menuju kehalalan. Sementara yang berdebar bukan cuma Ali tetapi seluruh hadirin yang menyaksikan pernikahannya. Disamping decak kagum terdengar ketika penghulu menyebutkan mahar pernikahan. Satu kilo gram emas.

"Subhanallah, berapa duit itu?" Kasak kusuk terdengar dimana-mana dan mengganggu konsentrasi.

"Hadirin harap tenang ya, mohon doanya agar dilancarkan akad nikahnya kali ini!"

"Aamiinnnnnnnnn..........."

Ali bertambah panas dingin dibuatnya. Meskipun terpaksa harusnya ia tidak menyepelekan proses ijab kabul ini. Akhirnya ia harus jadi tontonan sekian mata yang harap-harap cemas menanti ucapan tegasnya sebagai calon suami. Masa putera seorang konglomerat ijab kabulnya berantakan begini? Apa isi headline artikel majalah bisnis kalau ijab kabulnya telah gagal tiga kali. Bisa-bisa bunyinnya begini : "Putra Big Bos PT. TEXT INTERNATIONAL akhirnya menikahi seorang gadis setelah melakukan ijab kabul sebanyak lebih dari tiga kali."

TIDAKKKKKK! Ali hampir saja menutup wajahnya prustrasi.

"Bagaimana nak Andra Liandio Irza, siap?"

"Si...siap!"

"Masih gugup sepertinya, kasih airputih dulu tolong!"

Seseorang tergopoh membawa airputih. Penghulu sekali lagi meminta Ali mengucapkan Istigfar.

"Tolong tulis saja!"

Akhirnya penghulu berinisiatif untuk meminta pada salah satu keluarga yang ada disana menuliskan saja kalimat yang harus diucapkan calon suami. Karna pernikahan itu akan sah jika ada ijab dan kabul. Ijab ucapan yang diucapkan oleh penghulu dan Qobul adalah pernyataan dari calon suami.

"Tinggal baca saja ya...!"

"Bismillahirrahmani rahimmm, ya Andra Liandio Irza bin Rosehan, saya nikahkan engkau dengan Agatha Ilyna Julita binti Adi Krisna dengan mahar satu kilo gram emas dibayar tunai!"
Ali merasakan tangannya digenggam mengejutkan dan langsung saja ia membaca kertas yang sudah berada dihadapannya.

"Saya terima nikahnya Agatha Ilyna Julita binti Adi Krisna dengan mas kawin tersebut, tunai!"

"Sahh..."

Akhirnya semua terlihat lega terlebih orangtua Ali dan Ily. Bagaimana tidak, tiga kali harus mengulang. Sepertinya ia masih belum dari hatinya. Tentu saja. Dan jika percaya mitos, pengucapan ijab dan qobul yang berulang-ulang menandakan bahwa pernikahan mereka tidak akan bertahan lama.

Ily mengusap airmatanya yang tiba-tiba saja meleleh. Dengan sahnya ia menjadi istri Ali, firasatnya mengatakan hidupnya akan jauh dari kata bahagia dan hanya bergelimang tekanan batin. Dengan begitu maka musnah sudah harapannya untuk menikah dengan penuh rasa bahagia karna saling mencintai. Tak ada bunga-bunga cinta yang akan ditabur dikepalanya.

Tak ada senyum, tak ada tawa. Suasana begitu mencekam bagi keduanya saat harus dipertemukan. Saling berhadapan. Menjalankan semua prosesnya. Ily mencium punggung tangan suaminya. Ali mencium ujung dahi istrinya. Semuanya tanpa perasaan.

"Semua tamu mendoakan sakinah, mawaddah, warahmah, Ya Allah aku harus berdoa apa sekarang?" Tak sadar Ily bergumam.

"Berdoa saja semuanya cepat selesai!" Ali menyahut dengan bisikan karna ia mendemgar gumaman Ily.

"Aamiin, selesaikan saja, aku sangat menantikannya!" Balas Ily sama dengan nada penuh tekanan.

°°°°°°°

~Ily~

Aku menggeliat dibawah selimut yang tebal. Tubuhku terasa remuk. Kakiku rasanya pegal. Kukencangkan tangan keatas kepala sekaligus mengencangkan kakiku yang lurus lalu memiringkan tubuhku.

"Oh my god!"
Mataku yang tadinya masih setengah ngantuk melebar tapi kemudian meredup.
Disebelahku sekarang ada dia. Seorang pria yang kemarin pagi menikahiku dan malamnya resepsi pernikahan kami digelar disebuah hotel berbintang.
Sebuah pernikahan impian tapi bukan bersama pilihanku. Sayang sekali resepsi pernikahan mewah itu takkan membawa kami pada satu tujuan. Langgeng sampai kakek nenek. Jodoh dunia akherat. Hidup bersama sampai mati. Kenapa kami harus menjalani perkawinan yang akan sia-sia tanpa dilandasi rasa saling menyayangi dan ingin memiliki.

Kurasakan ranjang mulai bergoyang ketika ia terlihat menggeliat. Bunyi gemeretak tulang yang berbunyi karna dia menggeliat membuatku pura-pura memejamkan mata.

"Nggak usah pura-pura mejamin mata, gue tau lo udah bangun!"

Suaranya yang menyebalkan ditelingaku membuat aku berdecak tak suka. Aku bangun dari tempat tidur dan berdiri ingin melangkahinya karna aku berada pada posisi dipinggir dinding jadi aku harus melewatinya jika mau turun. Kalau tidak berdiri, bisa-bisa aku bersentuhan dengannya dan aku tak sudi.

Aku baru mengangkat kakiku untuk melangkahi kakinya tapi kakinya sudah terlebih dulu terangkat seperti sengaja mengait kakiku yang tak sempat menghindar. Akhirnyaaaa...ya begitulah, tubuhku mendarat diatas tubuhnya bahkaannn bibirku tersentuh bibirnya dan dia sepertinya mengambil kesempatan dalam kesempitan bukannya segera menjauhkan wajahku malah mengecup bibirku membuat aku melotot. Aku merasakan bibir atasku dihisap dan dilepas dengan suara decapan yang memenuhi kamar pengantin kami. Morning kiss secara paksa. Tanpa keromantisan tanpa perasaan.

"Mmpphhhhh....!" Aku mendorong dadanya yang berada dibawahku membuat dia meringis tapi kembali menarik tanganku hingga terhempas diatas tubuhnya lagi.
Apa maunya ni cowok patung? Cuek, diem tapi sepertinya mesum.

"Mau apa lo? Kalau macem-macem gue teriak nih!!" Ancamku didepan wajahnya.

"Teriak aja sana, kalau lo nggak mau lo yang malu, gue laki lo, nggak ada yang bakal nyalahin gue!"

Sial! Dia benar-benar bikin aku kalah telak.

"Gue pingin nikmatin yang udah bokap gue beli!"

Pakkk!
Aku memukul pipinya dengan telapak tanganku.

"Lo jangan kurang ajar ya, lo pikir gue sehina itu?"
Aku segera mendorong tubuhnya keras-keras agar aku menjauh darinya yang dimataku semakin menyebalkan.

"Kalau bisa gue memilih, gue lebih baik jadi pelacur sesungguhnya daripada punya suami yang mulutnya tak bisa dijaga kaya LO!!"

Aku menatap tajam kearahnya dengan mata hampir berkaca sebelum meninggalkan patung mulut berbisa yang terdiam menatap kepergianku kekamar mandi dan membanting pintunya.
BLAMMMM.....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Banjarmasin, 4 September 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top